i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Keras! Bocah SD Sindir Jokowi Lewat Puisi Sepedah, Ikan dan Batubara


Keras! Bocah SD Sindir Jokowi Lewat Puisi Sepedah, Ikan dan Batubara

Suara.com - Wahyu Hendrawan, anak Sekolah Dasar Negeri 204 Palembang membuat puisi menyindir tanjam dan menohok untuk Presiden Jokowi. Puisinya heboh, dapat banyak pujian dan bikin gemetar, serta bikin bulu kuduk merinding.

Jokowi disindir keras lewat puisi "Sepedah, Ikan dan Batubara" milik Wahyu Hendrawan. Isi puisinya sederhana, Wahyu Hendrawan menyindir habis-habisan proyek batu bara di Palembang.

Puisi "Sepedah, Ikan dan Batubara" diunggah oleh sebuah akun Twitter @Okkymadasari pada 28 November 2020 silam.

Dalam kicauan yang dibuat Okky, ia menjelaskan bahwa puisi yang diunggahnya merupakan karya seorang bocah SD bernama Wahyu Hendrawan yang bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 204 Palembang.

Adapun puisi ini menempati juara kedua dalam lomba karya tulis ekologi.



“Bangga terlibat sebagai juri lomba karya tulis ekologi ini,” tulis akun Okkymadasari.

Tampak dalam poster yang diunggah, karya tulis itu merupakan acara dalam lomba puisi, cerpen, essay tentang Ekologi yang diadakan di Sumater Selatan.

Acara tersebut bertajuk ‘Daya Rusak Pertambangan Batubara dan PLTU Bagi Kehidupan,’ dengan selogan ‘Melawan Perusakan, Merawat Perjuangan’.

Berikut isi puisi menohok bocah SD untuk Jokowi yang bikin kagum:

Sepedah, Ikan dan Batubara
(Karya Wahyu Hendrawan SDN 204 Palembang)


Aku tidak dapat sepeda dari Pak Jokowi karena tidak bisa menjawab nama-nama ikan.
Dari kecil tak ku jumpai tilapnya lagi.
Padahal kata bapak di sungai eni banyak ikan.

Aku mau sepeda.
Tapi bapak tidak membelinya, kebun karet bapak sudah jadi tambang.

Upah kerja buruh tambang cuma cukup makan seminggu.
Kami mungkin tidak akan mati kelaparan.
Sebab kami makan jalan berdebu.
Aku mau sepeda.
Aku harus sekolah yang pintar.
Kata Bu Susi dan Pak Edhy Prabowo makanlah ikan biar pintar.

Tapi di sungai belakang rumah tidak ada anak ikan,
airnya bau dan hitam.

Tak ada lagi masa depan di sungai kami.

Aku tidak punya sepeda dan tidak bisa makan ikan.
Sungai sudah mati.
Hutan gentayangan bersama debu beracun sepanjang jalan.

Aku tidak bisa makan ikan.
Sebab aku dan ikan tidak bisa berenang di sungai tercemar.
Aku tidak punya sepeda,
Padahal jalan ke sekolah sangat jauh.

Sejauh mulut tambang yang makin gaduh.




Sontak kicauan Okky Madasari dibanjiri berbagai komentar dari warganet. Beberapa di antaranya mengaku kagum ketika membaca isi puisi dari bocah bernama Wahyu Hendrawan tersebut.

“Aku menangis baca ini. Antara hormonal dan memang sgitunya lelah dg kondisi Indonesia. Tetiba menemukan dan melihat anak anak menulis ini, mewakili kelelahan semua rakyat daerah dimana mana, my heart just can’t,”balas akun @Salima252.

“Bagus banget. Puisinya sarat makna,” ujar akun @PrayugiSurip.

“Bener2 sulit percaya puisi ini bikinan anak SD. Gila keren bgt. Bibit2 penyair Indonesia ternyata masih aman,”
kata akun @lukmanranso.

“Kok pinter banget ya bikin puisinya. Luar biasa!,” imbuh akun @ributwahyudi72.
sumber

********

Percaya?
Kalau TS, gak percaya.
Teelepas dari isi puisi yang tertulis dan sarat makna. Ada beberapa bagian puisi yang terkesan 'berat' dalam pikiran anak SD.

Dalam sebuah puisi, memang tak selalu harus paralel dengan kenyataan yang ada. Puisi adalah tipuan kata-kata, tak perlu harus dialami oleh sang pujangga.

Akan tetapi terkadang membedah sebuah puisi seringkali harus melihat 'siapa' yang membuat. Entah sajak, puisi, lagu, pada dasarnya sama. Semua tertuang dari sebuah pikiran, dipoles dengan hati, dituangkan dalam bait-bait kata. Dari Chairil Anwar hingga Ariel Noah. Dari William Shakespere hingga Anny Arrow, kata-kata yang tersusun menjadi kalimatlah yang nantinya akan membawa pembaca untuk mengejewantahkan pikirannya kemana-mana.

Kembali ke soal puisi diatas yang TS angkat jadi trit ini, ada beberapa penggalan kata-kata yang TS sengaja bold. Jika kita amati, penggalan kata-kata tersebut sebenarnya terlalu berat ditulis oleh seorang anak SD. Pola pikir anak SD, tak akan mampu menulis hal itu, sepandai apapun juga dia merangkai kata.

Akan tetapi menjadi menarik ketika ternyata puisi itu disusun dengan adanya campur tangan orang lain. Bisa ya bisa tidak, sebab puisi itu jelas tidak dibuat dalam sebuat event langsung dihadapan juri. Sama halnya dengan tugas anak SD yang dikirim melalui google form. Bisa saja yang mengerjakan adalah orangtuanya, kakaknya, atau siapa saja. Toh sang guru tidak melihat saat anak didiknya mengerjakan, hanya melihat dari sebuah foto yang dikirim melalui whatsapp sebagai bukti bahwa si anak didik benar ada dan mengerjakan tugas tersebut.

Andai kita mau sedikit mengupas seperti halnya sajak Chairil Anwar yang berjudul "Aku", maka banyak versi yang akan muncul sesuai interpretasi masing-masing yang membacanya. Dan rata-rata para penikmat seni mengatakan bahwa Chairil Anwar tengah gelisah pada hidupnya, benci pada masa lalu, dan bimbang pada masa depan. Dan Chairil Anwar seolah berkata bahwa dia adalah sosok pembangkang yang tidak suka diatur hidupnya.

Nah, jika kita iseng mengupas isi puisi 'anak SD' diatas, maka sebenarnya tak ada sama sekali kesan sindiran pada Jokowi. Mungkin wartawannya tergolong orang yang suka melebih-lebihkan berita.

Si anak SD yang berkata bahwa dia tak dapat sepeda karena tak bisa menjawab nama-nama ikan, berbanding terbalik dengan kemampuannya merangkai kata yang sudah sekelas Anies Baswedan. Semoga dia bisa meneruskan jejak Anies Baswedan agar propinsinya bisa maju pesat sehingga bisa memberi jatah tahunan kepada DPRD agar diam dan mengangguk saja. Bisa saja si anak cuma berumpama dan sebenarnya tak pernah bertemu Jokowi. Tapi andaipun dia bertemu Jokowi dan salah dalam mengucapkan nama-nama ikan, Jokowi tak pernah mau melukai hati anak SD yang sudah berani tampil dihadapannya. Sesalah apapun juga, sepeda selalu menanti. Bahkan andai si anak salah ucap ikan Tongkol jadi ikan Kont*l pun, Jokowi tetap memberi sepeda. Jadi, sebodoh apakah anak SD pembuat puisi ini?

Lalu, jika benar ayahnya telah menjual kebun karetnya kepada pengusaha atau penambang, harga pohon karet itu mahal, ditambah lagi area kebunnya yang pastinya luas. Uang pengganti itu lebih dari cukup untuk membeli sebuah sepeda sepadan dengan sepeda hadiah dari Jokowi. Jika pada akhirnya sang ayah justru menjadi buruh tambang, jelas bodoh. Patut dipertanyakan krmana uang hasil penjualan kebun karet dan tanahnya. Untuk foya-foya?

Bicara soal ikan yang tak ada karena air sungainya hitam dan baupun, banyak ikan biadab dan tak punya ahlak yang masih sanggup hidup diair yang hitam pekat dan bau. Kalau ikan Kont*l jelas tak akan bisa hidup, sebab dia bukan hidup diair tawar, tetapi menempel pada inangnya.

Haduuuh...

Nak...
Jangan pernah mengeluh, sebab kamu lahir tak bisa memilih
Tanya pada ayahmu, kemana uang hasil jual tanah dan kebun
Tak perlu dengan amarah yang naik ke ubun-ubun
Coba tanya hatimu, kelas berapa kamu sekarang
Masa nama ikan saja kamu tak bisa menjawab
Atau gurumu hanya mengajar sastra?
Awas lho, nanti jadi Anies Baswedan

Dan jangan salah...
Yang gentayangan itu kuntilanak
Masa hutan gentayangan

Hayo jujur...
Dibantu siapa bikin puisinya
Hayo jawab..
Sebutkan 5 nama-nama ikan

Salah gak apa-apa..
Sepertiiii...
Ikan Kont*l itu

emoticon-Cape d... (S)



Quote:

Diubah oleh i.am.legend. 05-12-2020 20:07
kuminitsuAvatar border
cydolAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 24 lainnya memberi reputasi
23
4K
93
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.9KThread40.2KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.