tjapkijangAvatar border
TS
tjapkijang
satu sendok (saja)
sore itu, sat itu, mendung masih kelabu tepat pada hari rabu, ku berjalan dengan sendal jepit warna biru, ku susuri jalan di kampung nelayan, menuju rumah teman. ramai anak anak di sudut kampung sembilan orang berebut bola plastik, sali tawa saling tendang, berlari kesana kesini, sampai matahari tidak dihiraukan lagi. desir angin menembus sela sela jaring, yang setiap hari di jahit namun masih saja berlubang. wangi mawar melati mati disni, terganti aroma ikan asin ikan teri yang terbakar matahari, kalau sedang mendung begini baunya sedikit busuk mungkin, masa hidupnya hanya bikin dosa, jadi matinya disiksa, di kuliti, di jemur dan dibiarkan sampai mati. masih sama ...tiada berbeda, rentetan rumah yang berbaris kocar kacir, semakin lama semakin tenggelam, pasir menggunung di depan pintu, kayu kayu papan terkelupas dari tangannya, masih sama.

sampai aku pada rumah yang ku tuju, sepuluh tahun rasanya masih sama, hanya langit saja yang abu abu, ku lihat temanku, berbaju coklat, baju kebanggaan para aparatur negara baik negeri atau masih setengah swasta, yang membedakan hanya nomor induk pegawai saja. masih ku ingat cerita mu dulu, kalau bapakmu ingin melihat mu menjadi pekerja kantoran, ijazah sarjana yang sudah di dapat dikota berguna untuk mendapat kerja, yang lebih ringan dari seorang nelayan, aku masih ingat itu kawan. satu lagi yang berbeda, aku terpaku melihatmu, duduk di teras sambil mengankat piring berwarna putih, sambil sepucuk sendok di tangan kanan. sesuap bubur, itu kau sembahkan untuk laki laki tua, yang hanya tertidur, di natas kursi kayu panjang, tanpa daging randu, tanpa busa, se adanya tertidur di bawah atap seng, beraroma garam.

sudah pasti laki laki itu bapakmu, orang yang membesarkanmu dengan kerja keras, yang selalu mengajarkanmu untuk tertawa, mengajarkanmu main bola, dan menemani mu bercanda sambil minum kopi. aku masih ingat perawakan bapak mu tegap mantap dengan kulit sedikit gelap, kini terbaring lemah, kemana mana harus dipapah, hanya bisa melihat bicara lewat isyarat, anggukan dan geleng kepala saja, beberpa bekas luka masih belum kering dijidat sebelah kiri, kamu suapi penuh hati hati. dulu begitu aku sebagai teman, rasa rasanya tak ingin mengganggu sore yang ikut duduk di depanku menyaksikan cinta, menyaksikan kasih sayang, di depan mata, aku dan sore iri padamu kawan, ingin rasanya aku suapi bapakku barang satu atau dua suap saja, rasanya kurang malah tidak pernah, seedang dirimu kau habiskan di setiap sore, dengan berdua dengan bapakmu, meski gajimu tak seberapa, meski gajimu seperlima belasku, namun waktu jadi milikmu, tidak untukku.

Diubah oleh tjapkijang 27-11-2020 01:45
namakuveAvatar border
zeze6986Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
811
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.