
Masih hangat tentang berita pangdam jaya yang menyuruh anak buahnya untuk menurunkan Baliho Habib Rizieq. Tapi hal ini malah menjadi polemik ketika TNI ingin melawan FPI, walau ada masyarakat yang tak suka dengan FPI namun pendukung dari FPI juga mempunyai massa yang cukup besar.
Penurunan Baliho ini mendapat simpati sebagian orang, apalagi kata-kata tegas untuk membubarkan FPI terlontar dari sang Jendral. Akibatnya karangan bunga berdatangan ke Kodam Jaya, yang berisikan dukungan bahwa rakyat bersama TNI.

Kemudian aksi pembakaran Baliho Habib Rizieq di Bandung secara tersirat mereka mendukung aksi yang dilakukan oleh TNI, apakah ini saatnya FPI untuk dihabisi? Kenapa harus TNI yang turun gunung kenapa tidak Satpol PP bersama Polisi yang turun tangan?
Para pengkritik kebijakan TNI banyak yang buka suara, mereka menilai apa yang dilakukan oleh TNI tidak sesuai jalurnya, mereka beralibi FPI tidak memberontak, tidak angkat senjata bahkan tidak membunuh tentara lantas apakah negara sedang dibawah ancaman kudeta?

Penanganan FPI yang tegas pun disandingkan dengan penanganan OPM yang hingga kini konflik masih terjadi, bahkan senjata-senjata yang diperoleh OPM pun tidak terdeteksi. Jelas OPM itu makar, kenapa tidak dihabisi?
Disini Pangdam Jaya Mayor Jenderal Dudung Abdurachman menegaskan bahwa yang mengatakan pembubaran FPI hanya dirinya bukan amanat dari Panglima TNI. Namun masalah penurunan Baliho kemungkinan besar Panglima TNI memberikan dukungan.
Menjadi menarik ketika TNI mulai unjuk gigi ketika tahu massa HRS ini cukup banyak juga, bahkan beberapa oknum TNI ada juga yang mendukung HRS dan dikenai sanksi.
Apa benar HRS kini musuh negara?

Untuk menyikapi ini nampaknya kita perlu minum kopi, srupuutt dan santai sejenak sambil merenungi apa yang terjadi sebelumnya, sebagai rakyat yang sering dikorbankan haruslah kita berfikir bijaksana.
Yup, kita harus pelajari dulu apa yang dilakukan organisasi ini dahulu dan kenapa saat ini bisa sebesar sekarang.
Karena ini berupa history ane kutip sedikit, kinerja FPI di tahun mereka diciptakan yaitu saat orde baru tumbang di tahun 1998.
Quote:

Menurut sumber dari media yang menceritakan sepak terjang FPI sebelum ia seperti saat ini, sangat mengejutkan.
ISAI mencatat FPI juga turut aktif terlibat dalam penggalangan Pam Swakarsa menjelang Sidang Istimewa 10-13 November 1998 yang melantik B.J Habibie sebagai presiden; mengamankan Sidang Umum MPR pada Oktober 1999; serta membantu aparat membendung demonstrasi mahasiswa yang menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya. Saat itu, FPI masih bernaung dalam Pam Swakarsa, sebuah organ paramiliter yang dibentuk militer untuk membendung aksi demonstrasi mahasiswa.
Momentum yang menjadi ajang unjuk kekuatan pertama FPI terjadi pada pertengahan Desember 1999. Saat itu, ribuan anggota FPI datang menggeruduk Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Gubernur Sutiyoso. Tuntutan mereka tegas: Sutiyoso harus menutup semua tempat "maksiat" seperti kelab malam, panti pijat, bar, dan diskotek, selama bulan puasa.

Peristiwa penggrudukan FPI sukses membuat Sutiyoso meninjau ulang kebijakan jam operasi tempat-tempat “maksiat" tersebut. Dalam aksi ini, kelompok pimpinan Rizieq telah resmi memanggul nama FPI.
Terkait hal ini, Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal Panggabean dalam Politik Syari’at Islam: Dari Indonesia ke Nigeria (2004) mencatat FPI dinilai dekat dengan orang-orang di sekitar Soeharto, khususnya Prabowo Subianto yang merupakan menantunya sekaligus seorang perwira tinggi militer pada tahun 1998. Setelah Prabowo diberhentikan dari TNI terkait penculikan aktivis, FPI mengalihkan dukungannya kepada Jenderal Wiranto.
Dukungan FPI terhadap Wiranto terlihat dalam aksi ratusan milisi FPI ketika menyatroni kantor Komnas HAM untuk memprotes pemeriksaan terhadap Jenderal Wiranto dalam kasus Mei 1998. Sementara kedekatan dengan ABRI/TNI terlihat dalam aksi demonstrasi tandingan yang dilakukan FPI melawan mahasiswa penentang RUU Keadaan Darurat/RUU PKB yang diajukan Mabes TNI kepada DPR pada tanggal 24 Oktober 1999.
Beberapa tokoh yang diduga turut memberikan dukungannya terhadap FPI adalah Kapolda Metro Jaya tahun 1998-1999 Mayjen (Pol) Nugroho Djayoesman dan Pangdam Jaya (selanjutnya diangkat menjadi Pangkostrad) Mayjen TNI Djaja Suparman. Riset ISAI mencatat FPI sempat mendatangi Polda Metro Jaya untuk meminta aparat Polda tidak ragu memberantas narkoba.

FPI juga kerap mengadakan pertemuan informal dengan para petinggi militer, seperti yang pernah dilakukan dengan Mayjen Djaja Suparman di Hotel Milenium Jakarta, menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1999. Para petinggi militer dan kepolisian, khususnya di tingkat Daerah Khusus Ibukota Jakarta, beberapa kali menghadiri apel siaga yang dilakukan FPI maupun ormas-ormas lain yang menyandang nama “PAM Swakarsa".
sumber kutipan

Menurut sumber dari media yang menceritakan sepak terjang FPI sebelum ia seperti saat ini, sangat mengejutkan.
ISAI mencatat FPI juga turut aktif terlibat dalam penggalangan Pam Swakarsa menjelang Sidang Istimewa 10-13 November 1998 yang melantik B.J Habibie sebagai presiden; mengamankan Sidang Umum MPR pada Oktober 1999; serta membantu aparat membendung demonstrasi mahasiswa yang menolak RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya. Saat itu, FPI masih bernaung dalam Pam Swakarsa, sebuah organ paramiliter yang dibentuk militer untuk membendung aksi demonstrasi mahasiswa.
Momentum yang menjadi ajang unjuk kekuatan pertama FPI terjadi pada pertengahan Desember 1999. Saat itu, ribuan anggota FPI datang menggeruduk Balai Kota DKI Jakarta untuk menemui Gubernur Sutiyoso. Tuntutan mereka tegas: Sutiyoso harus menutup semua tempat "maksiat" seperti kelab malam, panti pijat, bar, dan diskotek, selama bulan puasa.

Peristiwa penggrudukan FPI sukses membuat Sutiyoso meninjau ulang kebijakan jam operasi tempat-tempat “maksiat" tersebut. Dalam aksi ini, kelompok pimpinan Rizieq telah resmi memanggul nama FPI.
Terkait hal ini, Taufik Adnan Amal dan Samsu Rizal Panggabean dalam Politik Syari’at Islam: Dari Indonesia ke Nigeria (2004) mencatat FPI dinilai dekat dengan orang-orang di sekitar Soeharto, khususnya Prabowo Subianto yang merupakan menantunya sekaligus seorang perwira tinggi militer pada tahun 1998. Setelah Prabowo diberhentikan dari TNI terkait penculikan aktivis, FPI mengalihkan dukungannya kepada Jenderal Wiranto.
Dukungan FPI terhadap Wiranto terlihat dalam aksi ratusan milisi FPI ketika menyatroni kantor Komnas HAM untuk memprotes pemeriksaan terhadap Jenderal Wiranto dalam kasus Mei 1998. Sementara kedekatan dengan ABRI/TNI terlihat dalam aksi demonstrasi tandingan yang dilakukan FPI melawan mahasiswa penentang RUU Keadaan Darurat/RUU PKB yang diajukan Mabes TNI kepada DPR pada tanggal 24 Oktober 1999.
Beberapa tokoh yang diduga turut memberikan dukungannya terhadap FPI adalah Kapolda Metro Jaya tahun 1998-1999 Mayjen (Pol) Nugroho Djayoesman dan Pangdam Jaya (selanjutnya diangkat menjadi Pangkostrad) Mayjen TNI Djaja Suparman. Riset ISAI mencatat FPI sempat mendatangi Polda Metro Jaya untuk meminta aparat Polda tidak ragu memberantas narkoba.

FPI juga kerap mengadakan pertemuan informal dengan para petinggi militer, seperti yang pernah dilakukan dengan Mayjen Djaja Suparman di Hotel Milenium Jakarta, menjelang pelaksanaan Sidang Umum MPR 1999. Para petinggi militer dan kepolisian, khususnya di tingkat Daerah Khusus Ibukota Jakarta, beberapa kali menghadiri apel siaga yang dilakukan FPI maupun ormas-ormas lain yang menyandang nama “PAM Swakarsa".
sumber kutipan
Di Lebak Banten kita juga bisa melihat rekam jejak FPI yang dibantu TNI melakukan PPBN (Pelatihan Pendahuluan Bela Negara), lantas untuk membungkam FPI tidak bisa institusi lain kecuali dari TNI sendiri.

Tagar pembubaran FPI semakin menguat di linimasa twitter, tapi yang jadi persoalan apakah dengan membubarkan FPI maka akan selesai semua urusan? Bagaimana kalau FPI berubah nama? Selama HRS masih ada maka pendukungnya akan tetap setia.
Hayo, gimana cara mengatasi ini belum lagi di pemilu nanti ormas-ormas dengan massa besar bisa memberikan efek yang luar biasa loh.

Apa TNI sengaja di tarik ke ranah politik? Bila itu terjadi Welcome dwi fungsi ABRI, menjadi pertanyaan besar apakah aksi Pak Dudung akan didukung atau malah tersandung? See u next thread.


"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2020
referensi : klik, klik, klik, klik
Pic : google


