
Habib Abu Bakar bin Hasan Alatas, sahabat karib Gus Dur mengatakan bahwa donatur utama pendirian NU 1926 adalah keluarga dekat Ibunda Habib Rizieq Shihab, beliau adalah Habib Abdullah bin Muchsin bin Abu Bakar Alatas. Hal tersebut disampaikan Habib Abu Bakar Alatas dalam Haul-1 Gus Dur di Kediaman Ciganjur beberapa waktu yang lalu.
Menurut dia, Habib Abdullah bin Muchsin Alatas yang biasa disebut Saudagar Betawi ini bekas kediamannya sekarang menjadi Museum Textiel di Jakarta Pusat.
โBeliau adalah pengusaha sukses yang menyumbangkan 26.000 Gulden, yang setara dengan 26 milyar rupiah.โujar Habib Abu Bakar di jakarta, Rabu (12/07).
Lebih lanjut Habib Abu Bakar mengungkapkan bahwa, donasi tersebut diberikan untuk membiayai pendirian NU 1926, dan diberikan tanpa persetujuan Pemerintah Kolonial Belanda. Karena penjajah Belanda sangat membatasi gerak pribumi untuk melakukan usaha yang bisa membahayakan pemerintahan penjajah di Indonesia.

Menurut cucu Habib Abdullah bin Muchsin bin Abu Bakar Alatas, Habib Abu Bakar Alatas dalam Haul-1 Gus Dur di Kediaman Ciganjur. Bahwa Habib Abu Bakar Alatas adalah sahabat dekat Gus Dur, yang menjadi tempat curhat Gus Dur sebelum dan sesudah jadi presiden.
โSaat masih menjabat sebagai Presiden, Gus Dur puluhan kali datang ke kediaman Habib Abu Bakar Alatas di Martapura dekat Banjarmasin.โ bebernya.
Astaghfirullah
Lha iki teknik anyar maneh
Sungguh mulia Baginda Al Habibana, selain Nasab Rasulullah dan Pitung, bapaknya pejuang kemerdekaan RI, ternyata kakeknya dulu juga menyumbang pendirian NU Rp. 26 milyar ya akhi
Bayangkan 26 milyar tahun 1926 itu kira2 kurs sekarang bisa2 Rp. 1 trilyun, Masha Allah
Tapi Baginda Habibana Kalimatullah tetap sederhana dan memilih tinggal di dalam gang Petamburan agar dekat dengan Ummah
Sungguh besar hutang budi warga Nadhliyin NU pada Al Habaib Rizieq, ayo kita segera berbondong2 gabung FPI menegakkan kebenaran melawan kezaliman cebong laknatullah
Subhanallah
Quote:Original Posted By Kkunyuk โบ
Sejarah Nahdlatul Ulama: Majalah Swara Nahdhatoel Oelama dan Laporan Keuangan Publik


laporan keuangan ketika hendak mendirikan Jamโiyyah Nahdlatul Ulama dan ketika hendak mengirimkan utusan ke Mekkah. Catatan keuangan ini dibuat di Surabaya pada 21 Mei 1926. Penerimaan uangnya tertulis shodaqah dari pos wesel dan sebagainya sebanyak 1500 f.
Patut dicatat, dari laporan ini kita tahu bahwa upaya mengikuti Konggres Dunia Islam di Mekkah melalui pembiayaan shodaqah. Bisa jadi ini adalah shodaqah dari para jamaah atau warga. NU sendiri belum lahir sehingga upaya penggalangan dana bisa jadi melalui jalur individual para kiai atau nyai.
Apa pelajaran yang bisa kita petik? Pertama, NU memiliki semangat kemandirian dan keterbukaan dalam pengelolaan keuangan. Jika mencermati sekilas, maka keuangan organisasi mengandalkan dari shodaqah warga para jamaah kiai dan warga NU.
Subhanallah

Quote:Original Posted By Kkunyuk โบ
Museum Tekstil
Jl. KS Tubun No. 2-4, Petamburan
Sebelum menjadi museum tekstil, gedung ini mulanya adalah rumah pribadi seorang warga negara Perancis yang dibangun pada abad ke-19. Tempat ini kemudian dibeli oleh konsul Turki bernama Abdul Azis Almussawi Al Katiri, yang selanjutnya pada tahun 1942 dijual kepada Dr. Karel Christian Cruq.
Pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, gedung ini difungsikan sebagai markas Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan tahun 1947 didiami oleh Lie Sion Pin. Departemen Sosial kemudian membeli gedung tersebut pada 1952 dan diserahkan kepada Pemda DKI Jakarta. Gedung ini diresmikan sebagai Museum Tekstil pada tanggal 28 Juni 1976 oleh Ibu Tien Soeharto.
Taqiyyah

