enyahernawatiAvatar border
TS
enyahernawati
Jalan-jalan Menyusuri Daerah Serumpun
Masjid Sultan

Assalamualaikum Semuanya ....

Hai, hai, hai, hai!
Jumpa lagi dengan Enya, masih di thread jalan-jalan. Kali ini, Enya tidak membahas serba-serbi Pakistan, ya .... Akan tetapi, kita akan bicara tentang travelling ke negara tetangga, yang katanya mirip banget ama kita orang Indonesia, masih satu rumpun; Malaysia, Singapura, dan sedikit wilayah di selatan Thailand.

Yuk, ah, cuss ... kita kemon! 👍👍👍

❤️❤️❤️

Johor Bahru

Perjalanan pertama menyeberang ke negara tetangga itu, kami mulai dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau. Kami sengaja membeli tiket ferry Tanjung Pinang-Johor Bahru seharga empat ratus ribu pulang pergi (PP). Tiket PP cendrung sedikit lebih murah, lho. Masa berlakunya pun lumayan panjang, hingga tiga bulan.

Memasuki pelabuhan Tanjung Pinang, Sri Bintan Pura 2, kami membayar bea penyeberangan internasional seharga lima belas ribu rupiah per orang. Pelabuhan ini tidak begitu besar. Namun, menjadi sangat penting dengan pemeriksaan yang lumayan ketat, sebab sering menjadi lalu lintas masuknya tenaga kerja kita ke negara tetangga itu. Begitu pun dengan kami. Saat masuk ke tempat pemeriksaan imigrasi, selain dicek paspor, kami juga ditanya-tanya oleh petugas imigrasi apa alasan ke Malaysia dan ... go! 😊😊😊

❤️❤️❤️

Awalnya kami mengira kapal ferrynya bakal bagus dan canggih. Ternyata, wow! Biasa-biasa saja. 😁😁😁 Sudah terlihat tua dan usang. Kursinya pun sudah banyak yang robek di sana-sini. Masih jauh lebih bagus ferry Tanjung Pinang-Batam. Bagaimana dengan penumpangnya? Sepi, hehehe. Hanya sekitar sepuluh orang saja dengan kami.

Setelah bertanya ke sana-ke mari, ternyata penyeberangan ke Johor Bahru dari Tanjung Pinang ini memang tidak seramai dan sepadat ke Singapura. Kapal ferrynya pun katanya berbeda. Kalau yang ke Singapura, lebih besar dan baru. Otomatis tentu terlihat lebih bagus. Ah, enggak apa-apalah. Yang penting pelayarannya lancar.

Eits ... tunggu dulu. Kenapa belum berangkat juga, ya? Ternyata, AC dan katanya starter ada sedikit masalah. Mmh ... bisa dipahami, kapal tua, wkwkwkw. Perjalanan kami pun akhirnya tertunda sekitar satu jam.
Ferry Tanjung Pinang-Johor Bahru

❤️❤️❤️

Laut tampak tenang dan tidak banyak berombak. Sayangnya, kami tidak bisa melihat pemandangan karena semua jendela kapal dicat putih. Ada, sih, anjungan, tetapi terbuka dan angin bertiup sangat kencang. Sehingga, berada di sana, tidak akan cocok untuk anak kami yang paling kecil. Alhasil, saya dan si bungsu tetap tinggal di bawah. Sementara si sulung dan Abinya bolak-balik ke anjungan. Enggak ada kerjaan, ya, hahaha.

Setelah menempuh tiga jam perjalanan yang santai, ditambah bonus terlambat satu jam, akhirnya, kami pun sampai di terminal ferry Johor Bahru, tepat jam delapan malam waktu setempat.

❤️❤️❤️

Saat tiba, ketika baru saja turun dari ferry, kami langsung disambut hujan yang sangat lebat. Seperti tiba-tiba saja dicurahkan dari langit. Ya Allah ... semoga perjalanan di negara tetangga ini mendapat berkah seperti berkahnya hujan yang Engkau turunkan. Aamiin Ya Rabb ....
Hujan menciptakan pelangi di terminal ferry Johor Bahru

❤️❤️❤️

Perjalanan Awal

Hujan yang sangat lebat, keterlambatan ferry, membuat perjalanan kami melambat dari rencana semula. Bus tidak terlihat, dan taksi pun jarang. Mungkin karena sudah malam, hujan, dan ini adalah ferry terakhir dari Tanjung Pinang, satu lagi dari Batam, membuat supir bus dan supir taksi lebih memilih tinggal di rumah atau di warung-warung kopi. Mungkin. Yaelah ... menuduh, hehe.

Alhamdulillah ... kalau kata orang, doa anak sholeh-sholehah. Kami ditawari tumpangan menuju hotel di JB sentral oleh dua orang yang sama-sama menjadi penumpang di kapal ferry tadi.

Hujan dan tidak adanya kendaraan, tentu saja membuat tawaran ini ibarat mendapatkan durian runtuh. Senang dan bersyukur sekali kami diberi tumpangan yang mengantarkan kami langsung menuju hotel di JB sentral. Terimakasih, ya, Abang, atas kebaikannya. Hanya Allah yang akan membalas semua itu.

❤️❤️❤️

Capek, letih, hujan, dan juga sudah larut, hampir jam dua belas malam, tidak membuat semangat kami kendor keluar untuk menikmati kota, jalan-jalan sambil melihat-lihat dan cari makan. Ternyata, di samping hotel ada tempat makan yang sangat asyik dan nyentrik dengan style food truck. Kelihatannya masih ramai. Hore! Alhamdulillah ....

Beraneka jenis makanan dan jajanan ditawarkan. Dari makanan melayu, jepang, china, dan segala macam es dan kopi. Kami mencoba makanan melayu terlebih dahulu, laksa johor. Mmmh ... enak banget, lho. Suer. Es kelapanya juga gak kalah nikmat. Beda rasa dan aroma dengan es kelapa muda yang biasa saya minum di Indonesia. Hampir semua jenis makanan di sana kami coba. Semuanya enak-enak. Namun, memang, tetap laksa johorlah juaranya. Maklum ya, selera kampung.

Puas berwisata kuliner, jalan-jalan, kami pun kembali ke hotel karena malam telah menjelang dini hari. Kami harus segera beristirahat dan tidur buat persiapan besok.

Mau ke mana? Terserah hati saja yang memilih.
Food Truck

❤️❤️❤️

Hari pertama kami di Johor Bahru, disambut oleh hujan lebat. Kami datang sudah malam. Jalan-jalan, cari makan, dan melihat suasana Johor Bahru, terpaksa dikerjakan malam itu juga. Enggak mau rugi banget, ya.

Hari kedua, setelah sarapan di hotel, kami pun menikmati fasilitas kolam renang yang ada. Sepi, tidak ada orang, membuat kami jadi bebas berenang menikmati suasana, serasa berada di kolam renang pribadi, euy. Asyik ....

Oh ya, harga hotel di Malaysia dan Indonesia beda-beda tipislah, ya. Yang beda tebal itu adalah sarapan paginya. Kalau hotel di kita, sarapan paginya betul-betul aneka warna, aneka rasa, dan melimpah ruah. Buanyak, Gansis. Ada makanan tradisional Indonesia, Chinese food, juga western taste.

Akan tetapi kalau di Malaysia, dari pengalaman kami menginap di beberapa hotel berbintang berbeda, rata-rata sarapan paginya hampir sama; nasi lemak, mi goreng, bubur nasi, dua jenis buah potong. Minumannya standar, satu macam jus buah, teh dan kopi. Sepertinya itu, deh.
Serasa kolam renang pribadi

Johor Bahru dari kamar hotel

❤️❤️❤️

Rencananya hari ini kami akan 'pusing-pusing' eh, jalan-jalan ke pusat perbelanjaan Johor Bahru. Berpikir ... ah! Mumpung di JB, ke Singapura enggak, ya?

Lihat ke mana kaki melangkah sajalah.

Selesai berenang, jam masih menunjukan pukul sebelas siang. Wah, masih banyak waktu nih. Masih panjang. Siap-siap dulu saja. Mikirnya nanti, sambil jalan.

Akhirnya, setelah timbang-menimbang, kami pun memutuskan untuk ke Singapura saja. Mumpung sedang di Johor Bahru. Cus ... tinggal menyeberang perbatasan via jalan darat, sampai, deh. Katanya orang-orang, sih, dekat.

❤️❤️❤️

Dari hotel, kami diantar dengan shuttle bus ke JB sentral menuju imigrasi Malaysia. Rupanya, banyak sekali orang yang niatnya sama dengan kami. Mau jalan-jalan juga ke negara Singa itu. Padahal bukan hari libur, lho. Bukan juga weekend.

Pemeriksaan imigrasi ternyata sangat ketat, sehingga kami mengantri lumayan lama.

❤️❤️❤️

Dari JB sentral, sudah ada terminal dengan bus-bus berbagai jurusan ke daerah-daerah di Singapura. Kami memilih bus yang tujuannya langsung ke Kampong Bugis karena memang tempat pertama yang ingin kami kunjungi adalah Masjid Sultan. Kami ingin merasakan sholat di masjid terbesar di negara Singa tersebut.

Sebelum memasuki Singapura, bus berhenti dulu di Woodland--perbatasan dua negara--untuk pemeriksaan imigrasi. Orang Malaysia sini biasa menyebut nama ini ULEN. Jujur, pengucapan itu bikin kami bingung saja ketika pertama kali mendengarnya. Bikin pusing. ULEN itu di mana ya, wkwkwkw.

Ternyata, pemeriksaan imigrasi untuk masuk ke Singapura jauh lebih ketat lagi. Antriannya sangat panjang dan lama. Mungkin itulah sebabnya tempat ini menjadi sangat padat karena banyaknya orang yang stagnan. Yang ingin ke Singapura ternyata tidak hanya kami wisatawan, tetapi juga oleh warga Malaysia sendiri. Sepertinya, banyak orang Johor Bahru yang bekerja di sana. Kata mereka sih, gaji di Singapura jauh lebih besar. Jadi, meski letih harus pulang-pergi setiap hari, bagi mereka tidak masalah.

Tinggal di JB dan bekerja di Singapura terpaksa harus dijalani. Karena kalau memilih menetap di negara Singa itu, biaya hidup dan sewa rumah sangat tinggi. Jadi, itulah sebabnya mereka lebih memilih pulang-pergi (PP). Sudah menjadi pilihan terbaik menurut mereka karena hidup memang adalah suatu pilihan, bukan?

Lebih satu jam kami mengantri. Saat sampai di meja pemeriksaan, kami semua ditanya dengan sangat mendetail dan menyelidik. Alhamdulillah, tidak perlu waktu lama untuk wawancara, dan akhirnya ....

Ternyata, banyak juga yang terhalang dan tidak bisa masuk ke negara Singa ini, dengan berbagai macam alasan dan penyebab.
Pemeriksaan imigrasi

❤️❤️❤️

Singapura

Jam tiga sore kami tiba di Kampong Bugis, Singapura. Perjalanan yang katanya hanya sebentar, ternyata menghabiskan waktu hampir tiga jam. Kami sampai di Singapura, juga disambut dengan hujan yang sangat lebat. Sama seperti saat pertama tiba di Johor Bahru. Subhanallah, semoga hujan ini juga kembali membawa berkah untuk kami.

Seperti rencana awal, tujuan pertama adalah Masjid Sultan di Kampong Bugis. Dari terminal bis ke Masjid Sultan tidak terlalu jauh. Kami memutuskan berjalan kaki saja di bawah hujan yang sudah mulai reda.

Mmh ... benar, kota ini sangat bersih dan tertata rapi. Dari lapangan di depan terminal Kampong Bugis, kami melihat suasana seperti di Eropa Timur. Bukan suasana modern. Tampak seperti kota-kota di Rusia yang kaku dan mistis. Mungkin karena terpengaruh cuaca mendung dan langit yang hitam, jadi kami belum bisa melihat dengan begitu jelas gedung-gedung modern pencakar langitnya. Berkabut.
Terminal Bus Kampong Bugis saat hujan

❤️❤️❤️

Berjalan menyusuri trotoar, banyak sekali pedagang-pedagang kain dan restoran-restoran Arab yang memanggil-manggil. Kami pun mampir mengintip-intip sedikit. Ternyata, harganya 'muahal' banget, lho ....

Di depan Mesjid Sultan, banyak terdapat warung nasi halal khas India. Kami kemudian memutuskan makan siang menjelang sore di salah satu restoran, pas di depan masjid. Kami memesan menu nasi briyani porsi jumbo dan martabak daging domba, juga yang berukuran jumbo. Sementara minumnya, tetap biasa .... minuman favorit saya, teh tarik. Kalau di Pakistan, teh susu tersebut disebut chai. Sungguh, teh ini terasa sangat lezat, karena saya memang penikmat teh.

Oh ya, yang paling mahal dari semua menu itu ternyata adalah air putih. Satu botol air mineral lima ratus mililiter saja, dihargai sembilan puluh ribu rupiah. Luar biasa berharganya air bersih, terutama air minum di negara kecil itu. Bersyukur kami membawa air mineral yang cukup dari Johor Bahru. Sebenarnya air tersebut buat berjaga-jaga kalau-kalau si kecil haus saat di jalan. Alhamdulillah, lumayan juga 'kan, jadi ngirit, hahaha.

Selesai makan, kami segera menuju Masjid Sultan untuk sholat Zuhur dan Ashar. Rehat sejenak, melihat-lihat mesjid, foto-foto, kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Masjid Sultan

Masjid Sultan

Masjid Sutan

Masjid Sultan

❤️❤️❤️

Masjid ini memang bagus dan bersih. Katanya, merupakan masjid terbesar di negara Singa ini. Di sekitar masjid, ternyata lebih banyak lagi toko-toko etnik, toko-toko buku Muslim, restoran India dan Timur Tengah. Juga banyak terdapat hostel backpacker yang unik dan menarik.

Sebenarnya kami tertarik juga, sih, menginap di sini, dekat dengan Masjid Sultan. Namun sayang, hotel di Johor Bahru sudah kami bayar untuk hari ini.
Pertokoan di dekat Masjid Sultan

Hotel backpacker yang asyik di dekat Masjid Sultan

Toko di sekitar Masjid Sultan

Bersama Imam Masjid di toko bukunya

Dari jendela Masjid Sultan

❤️❤️❤️

Menikmati Singapura, sepertinya nyaman dengan berjalan kaki. Semua serba teratur. Menyeberang jalan, membuang sampah, tidak boleh sembarangan. Bisa didenda. Mungkin karena negara kecil, sehingga pemerintahnya lebih mudah untuk memantau dan menata negaranya.

❤️❤️❤️

Berbeda dengan suasana di dekat terminal Kampong Bugis yang cenderung seperti Eropa Timur--menurut saya saat itu--di pusat kota, bangunan-bangunan tinggi dan modern menjulang mencakar langit. Hanya saja di sini, satu hal yang sering membuat kami risih. Banyak sekali orang-orang berseliweran dengan pakaian yang sangat minim. Saaangat minim.

❤️❤️❤️

Akhirnya, kami sampai juga di maskot kota, Merlion, si patung singa. Kami jalan-jalan sana-sini, lihat-lihat, foto-foto, dan mengamati kesibukan wisatawan lain. Biasalah ... kegiatan khas pelancong.

Merlion

Restoran kapal

Sekitar Merlion

Menjelang maghrib, kami pun memutuskan kembali ke Johor Bahru berganti alat transportasi dengan kereta api menuju Woodland. Lebih cepat dan lebih nyaman. Untuk sementara, cukup dululah mengeksplor Singapura. Meski hanya tempat-tempat yang memang sudah biasa dikunjungi turis.

Pukul 24.00, kami tiba di JB sentral. Sebelum kembali ke hotel, kami makan malam dulu di restoran melayu di JB sentral ini, supaya nanti sesampai hotel bisa langsung beristirahat. Rencananya, besok pagi kami akan ke Terengganu.

Terengganu, we are coming ....


Menunggu kereta


❤️❤️❤️

Tunggu kelanjutan kisah jalan-jalan kami mengunjungi negara serumpun hingga ke Langkawi dan Thailand di thread berikutnya, ya ....

Keterangan: Pic. pribadi
Diubah oleh enyahernawati 23-11-2020 14:44
riwidyAvatar border
limpahkurnia280Avatar border
limpahkurnia212Avatar border
limpahkurnia212 dan 16 lainnya memberi reputasi
17
7.2K
86
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Mancanegara
Mancanegara
icon
5.9KThread•2.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
Š 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.