Era pandemi Covid-19menjadi suatu tantangan tersendiri bagi ane, mulai dari berbagai kebiasaan baru yang harus diterapkan dalam rutinitas sehari-hari, hingga berbagai aturan tentang batasan dalam interaksi sosial yang lama-lama kian terasa menyebalkan. Meskipun sampai saat ini memang belum ada titik terang untuk masalah yang kompleks itu, lantas bukan berarti tidak ada hal baik yang bisa kita dapatkan di waktu sekarang ini.

     Mengesampingkan berbagai “pencapaian-pencapaian” yang harus tertunda, momentum pandemi ini memberikan kita ruang untuk lebih intens kepada diri kita sendiri, yang dari sudut pandang ane, bisa untuk perenungan dan introspeksi diri, juga untuk merealisasikan berbagai hiburan yang sempat tertunda karena bentrok dengan jadwal kerja. Termasuk ane sendiri yang dalam hal ini, memilih buku sebagai salah satu piranti untuk menghibur diri.

    Bertepatan dengan event forum buku ini dibuat, ane baru saja menyelesaikan membaca 1 buku yang baru ane beli di awal bulan ini, lewat salah satu online marketplace ternama. Dengan niat awal menambah koleksi buku bernuansa adventure/petualangan, akhirnya pilihan ane jatuh pada bukunya Seno Gumira Ajidarma yang berjudul Nagabumi 1: Jurus Tanpa Bentuk.







    Oke, sekarang kita masuk ke ulasan bukunya. Buku ini menyajikan kisah petualangan penuh pertarungan dalam dunia persilatan yang sangat menarik. Tak hanya itu, pergumulan batin & pikir sang tokoh utama yang menyebut dirinya Pendekar Tanpa Namaitu juga tak kalah seru untuk diikuti. Kita dibawa untuk berpikir tentang budaya, agama, filsafat, dan kekuasaan (politik) di era abad 8 itu.

    Penuturan yang detail tentang alam dunia dalam cerita Nagabumi I, juga menjadi kelebihan tersendiri bagi buku ini. Seperti berkelana ke masa lalu, membaca bab demi bab kita diperlihatkan kehidupan sehari-hari pada zaman itu. Ane sangat yakin ada riset luar biasa yang dilakukan oleh penulis, karena bukan hal mudah untuk menuliskan kembali gambaran keadaan zaman kerajaan-kerajaan Nusantara dan sekitarnya pada abad 8-9 yang kompleks itu dengan detail dan akurat.

    Sebagai bagian dari penjabaran cerita yang begitu detail, tentu terdapat sebuah resiko dan itu menjadi poin untuk kekurangan buku ini. Seperti yang sudah dituliskan, informasi sejarah dan filsafat yang melebur dalam setiap bab itu memuat banyak istilah dan kosa kata yang jarang dijumpai, yang jujur menimbulkan kelelahan tersendiri dalam membacanya. Mesipun hal tersebut memang tidak mengurangi nilai keseruan isi cerita, dibutuhkan tenaga ekstra dari kita sebagai pembaca untuk bisa menikmati keseluruhan cerita Nagabumi I.



    Dalam sepak terjang petualangan sang tokoh utama, yaitu Pendekar Tanpa Nama, ijinkan ane menuliskan salah satu kegundahan pikirannya, yang akan menjadi kutipan spesial dari review yang singkat ini.