gohanazaAvatar border
TS
gohanaza
Jujur, Horornya Dimana?


Hai Agan dan Sista. Apa kabarnya malam ini?

Ane sedang melakukan kebiasaan nih dalam sebuah kegiatan. Agan tahu apa kebiasaan ane? Tentu saja pada belum tahu dong. Kebiasaan ane yakni sering mengerjakan sesuatu di akhir waktu, serem gak tuh? Hehehe.

Belum cukup sampai di situ, ane adalah seorang marbot mushola suatu instansi BUMN. Nah sudah pasti kerjaanya adzan dan harus sholat tepat waktu dong. Jadi tambah serem gak ya? Hehehe.

Oh iya gan, ane gak boleh sampai lupa menceritakan kisah dan pengalaman ane ke agan dan sista nih. Tentunya pengalaman Kisah Horor Nyata Yang Masih Menghantui!. Namun sebelum masuk ke pembahasan kisah, ane mau terangin dulu nih terkait bagaimana pendapat dan pemahaman ane tentang hantu.

Seperti yang agan baca di atas, ane adalah seorang muadzin dan imam sholat. Ketika berbicara soal hantu atau setan, pastinya ane akan membicarakan soal yang gaib (tak kasat mata). Sehingga ane berkeyakinan bahwa yang gaib tersebut adalah makhluk (ciptaan-Nya) yang tidak bisa dijangkau indra manusia seperti Malaikat dan Jin. Mereka benar-benar ada, bahkan sebelum manusia pertama diciptakan. Kalangan jin telah lebih dulu menghuni bumi ini.

Jika akan dikaitkan dengan kemunculan hantu atau setan, bagi ane pribadi yang sudah pernah menyimak penjelasan dari Ustadz spesialis rukiah, bahwa hantu itu bukanlah refresentasi dari si manusia yang meninggal dalam keadaan penasaran, gentayangan dan sebagainya. Itu adalah tipu daya jin yang jahat dan ingin menggoda manusia. Mengganggu dan menyesatkan manusia, terutama yang mampu untuk diganggu olehnya.

Aduh, ane jadi nulis terlalu ilmiah berbobot tafsir nih. Hehe. Tidak berlama-lama lagi, nih kisah horor yang ane akan bagikan ke agan dan sista.

Oh iya gan, ane juga tipe orang jujur dan tidak mau mengarang-ngarang terkait tema di event oktober ini. Jadi sebisa mungkin ane ceritakan apa adanya, kecuali hanya sedikit bumbu-bumbu setting effect buat membantu menambah pemahaman agan.

Kisah yang pertama, ini datangnya dari mama ane sendiri yang hobi sekali bercerita. Cerita ini sudah berkali-kali ane dengar  dari beliau. Apalagi kalau di kampung ane lagi mati lampu, terus dihidupkan cuman sebatang lilin di tengah-tengah ruangan, yang fungsinya untuk menerangi kami saat sedang duduk-duduk atau rebahan menyandarkan kepala ane dipangkuan (kaki mama ane).

ilustrasi lilin di tengah ruangan bersama

Saat itu mama ane duduk selonjoran kaki sambil melipat baju jemuran yang sudah kering sejak tadi sore. Suasana maupun suara di antara tetangga dan jalan perkampungan sudah tidak sebising sebelumnya lagi. Kami pun begitu, jika berbicara hanya dengan sedikit helaan nafas saja sudah bisa terdengar, dengan jarak 5 meter sekalipun, sangking sunyinya di malam itu.

Mama ane pun mulai bercerita dengan mengatakan,
Mama : "Dahulu, ada tetangga kita yang meninggal gara-gara jatuh dari pohon."

Oke gan, ane lupa menanyakan nama jelas beliau yang diceritakan meninggal tersebut, akan tetapi kita sebut saja beliau bernama bapak Ahmad.

Lanjut mama ane bercerita,
Mama : "Beliau saat itu ingin mengambil buah langsat yang kebetulan tersisa pada bagian ranting-ranting pohon di kebun. Biasanya beliau ke kebun berdua dengan istrinya yang membantu di bawah pohon. Jadi apabila beliau naik pohon sambil membawa tali, ketika buah sudah dimasukkan ke dalam keranjang, nantinya keranjang tersebut akan diulurkan menggunakan tali dan isinya akan dipindahkan ke dalam keranjang oleh istri beliau yang sedang menunggu di bawah. Seperti itulah biasanya, namun pada hari ini beliau pergi sendirian, karena melihat hari sudah terlalu sore, ia berpikir tidak mungkin mengajak istrinya ke kebun, padahal istrinya harus segera menyiapkan makan malam untuk dirinya dan untuk ketiga orang anaknya yang masih kecil di rumah."

"Hari memang belum benar-benar sore, tidak sesuai dengan dugaan bapak Ahmad, namun langit terlihat tidak seperti biasanya, hari ini awan hitam pekat begitu laju bergulung-gulung mengobok-obok pemandangan langit yang jika terus dipandangi membuat hati jadi semakin berfirasat akan sesuatu yang sangat menakutkan. Namun bapak Ahmad mencoba menepis bayang-bayang buruk yang menyeruak saat terbesit di kepalanya. Sambil mulai meraba batang pohon, memastikan dia akan segera naik dan berpegangan pada bagian yang tidak licin."

ilustrasi pohon yang cukup tinggi dan berbahaya unuk dinaiki


"Buah mulai terkumpul, tali pun mulai dililitkan pada batang pohon untuk sedikit menahan uluran tali sambil terus diulur ke bawah. Hal yang tak disangka terjadi, keranjang yang sudah mulai setengah diulur, tersangkut di sela-sela dahan. Meskipun sudah coba ditarik-tarik atau digoyang-goyang tidak berhasil membuatnya lepas. Mau tidak mau, dengan hati kesal dan sedikit gelisah, bapak Ahmad mencoba memperbaikinya dengan turun ke dahan yang ada di bawah. Tiba-tiba ranting yang dipijak bapak Ahmad pun patah, membuatnya jatuh serta mengalami benturan beberapa kali pada dahan-dahan pohon, hingga kemudian tangannya dapat menangkap lebatnya daun untuk bisa menyelamatkan diri."

"Rintik hujan mulai dirasakan bapak Ahmad menyentuh kulit bahunya, ia mencoba meraih dahan yang ada di atas kepalanya, namun tidak tergapai. Hujan mulai turun dengan derasnya, tali yang ia gunakan tadi rupanya tertiup angin disertai air hujan yang begitu lebat, sehingga tali itu menjuntai di dekatnya, maka ia pun meraih tali tersebut dan menariknya. Akan tetapi dengan sekali tarikan saja untuk tubuhnya yang berat, membuat tali itu putus hingga bapak Ahmad sontak terjatuh ke bawah. Spontan ia berteriak, "Aaaaa....!", (GUBRAAAK!) bapak Ahmad jatuh dengan kepala pertama kali menimpa batu yang cukup besar. Tengkorak kepalanya pecah, yang nampak sedikit masuk sebesar mangkuk, cekung ke dalam menekan wilayah otak kirinya. Dari pandangan mata bapak Ahmad seolah dunia berputar-putar, hutan mulai menari-nari mengejek dirinya yang begitu kesakitan hingga penglihatannya mulai menghilang dan gelap, sepi, berhenti."

"Guntur bersahutan, petir pun menyambar-nyambar tumpukan awan yang saat itu mengitari kebun milik bapak Ahmad. Sang istri mulai gelisah dengan cuaca yang dirasa begitu buruk pada sore ini, ia khawatir terjadi sesuatu pada suaminya. Ia menanti bersama keitiga anaknya berjam-jam, hingga langit menyingsing bulan purnama tepat pukul 19.53 malam ba’da (selepas) isya.

"Hujan sudah teduh, sang istri yang sudah gelisah sejak tadi sore, kini mengajak semua warga untuk berangkat menuju kebun miliknya. Dia ingin ditemani untuk memasikan suaminya kenapa tidak pulang-pulang, firasat buruknya terlalu kuat sehingga membuatnya tidak berani pergi sendirian."

"Sesampainya di sana, tepat pukul 21.43 seluruh warga dan juga istri bapak Ahmad sangat terkejut melihat kondisi bapak Ahmad sudah terbujur kaku bersimbah darah, bahkan juga ada banyak darah di mana-mana. Daun-daun serta sampah semak-semak semuanya sudah berwarna merah pucat, dengan basah bekas air hujan yang menyiraminya, namun tidak menghilangkan pekatnya darah yang melengket begitu erat. Disinari remang-remang rembulan, seputaran tanah di dekat pohon bagaikan pusaran lubang hitam kemerah-merahan, barangkali yang ada dibayangan warga adalah, bahwa bapak Ahmad sempat berguling-guling menahan sakitnya kepala dengan tengkorak yang sudah pecah ke dalam dan menggencet saraf-saraf otaknya. Bahkan jasad bapak Ahmad berada luar kubangan darah itu sekitar 1.5 meteran."

"Istrinya sontak menangis, dengan bayangan suaminya yang kemarin sore masih sempat bertemu dan menyetujui ketika suaminya ingin berangkat ke kebun sendirian. "(Betapa menyesalnya)" itu yang ada di pikiran sang istri. Kemudian ia terheran-heran karena melihat para warga yang hanya bisa diam menyaksikan suaminya sedang terluka parah bahkan sudah dapat dipastikan kalau suaminya telah wafat. Ia pun berteriak meminta tolong, agar warga membantu membawakan suaminya pulang untuk dipersiapkan pemakamannya. Namun tampak jelas, tidak ada satupun warga yang berani mendekati, apalagi mengambil jasad tersebut untuk dibawa pulang ke perkampungan mereka. Konon dahulu, segala akses masih sulit dan kalau ada suatu bencana dan musibah, hanya diselesaikan secara gotong royong. Bukan seperti sekarang dimana kita bisa langsung menghubungi polisi atau memanggil ambulan."

Nah gan, kata mama ane, akhirnya abah ane lah yang dengan besar hati mendekat dan berusaha mengangkat jasad bapak Ahmad tersebut, sehingga banyak warga yang lain turut membantu dengan sedikit keberanian mereka, mengangkat sampai membawa pulang dan jasad bapak Ahmad diletakkan di dalam mushola perkampungan di samping rumah ane.

keranda mushola yang ane ceritain gan, ane ambil fotonya dari loteng rumah jam 23.43 malam

Mama : "Mayat bapak Ahmad tidak langsung dibersihkan apalagi dimandikan. Dia dibiarkan begitu saja hingga semalaman suntuk. Di malam setelah kejadian itu, semua anak-anak pada takut keluar rumah, tidak ada yang berani lewat dengan santuy(santai banget) di seputaran mushola ini. Semua orang berlari ketakutan, seolah-olah ada aura mengundang yang teramat menyeramkan dari mayat yang sedang terbaring di dalam mushola tesebut. Keranda sebagai wadah jasad bapak Ahmad hanya ditutupi selembar kain hijau pada bagian atasnya, dan dengan bau anyir darah yang tak pernah berhenti menetes kecil-kecil namun aliran genangannya semakin meluas kemana-mana."

wilayah sekitaran

Nah gan, jadi sebetulnya bukan soal mushola itu menjadi angker, tapi karena sudah mulai banyak yang ketakutan lewat sana setelah kejadian tersebutlah yang menjadikan orang beranggapan bahwa di wilayah ini sangat menakutkan. Beberapa waktu berlalu desas-desus mulai bersahutan. Ada yang mengatakan ada pocong yang sering mondar-mandir di jalan ini, ada pula yang mengatakan sekitaran jam 2 malam sering ada nenek berambut panjang yang sudah beruban terlihat mengambil air di sumur yang berdekatan dengan mushola tersebut. Rumor ini pun diperdalam lagi dengan cerita dari beberapa warga yang pernah mengalami sendiri kejadian itu.

mushola dengan terasnya yang terang namun sangat mencurigakan

Menurut cerita salah saorang warga yang bernama Dedy. Di musim kemarau panjang bulan lalu, ia ingin mengambil air buat kebutuhannya di rumah. Setelah melihat tong air di rumahnya sedang kosong, di larut malam atau bisa dibilang sudah jam pagi yakni 02.00  ia keluar rumah untuk memenuhi hajatnya tersebut. Sebelum sampai di sumur, ia mendapati seorang nenek yang duduk di teras mushola, seperti sedang menunggu gilirang untuk mengambil air. Melihat ada nenek yang sudah lama menunggu air sumur penuh, Dedy pun bertanya kepadanya, (“Nenek menunggu air sumur ya?”). Namun nenek tersebut hanya diam saja, tidak memalingkan wajah ke arah Dedy dan tidak pula bersuara. Dalam pikiran Dedy mulai muncul rasa khawatir akan sosok yang ada di hadapannya ini, ia balik arah dan bergegas pulang ke rumah. Dengan langkah laju ia mencoba menepis imajinasi liar tentang siapakah nenek tersebut. Akan tetapi ketakutannya semakin menderu hingga ia pun tak tahan untuk berlari sekencang-kencangnya agar tak dibuntuti oleh si nenek tadi.

sumur di perkampungan ane

Sesampainya di rumah, Dedy mencoba menenangkan diri. Rasanya hangat sekali setelah detak jantungnya mulai menurun akibat ketakutan tadi. Ia pun memutuskan menggunakan air seadanya saja, dan besok pagi saja mengambil airnya. Sambil berpikir bahwa yang tadi itu memang seorang nenek yang sedang menunggu air sumur agar semakin banyak dari mata air yang sangat tersbatas. Dedy pun masuk ke kamar mandi, betapa terkejutnya ia, karena melihat kedua tong airnya sudah terisi penuh bahkan seolah-olah baru saja diisi karena masih terlihat tumpahan-tumpahan di sekitarnya.

teras mushola tempat nenek sedang duduk

Ia tidak ingin ambil pusing, rasa ingin buang airnya begitu menuntut sehingga ia cuek saja hingga hajatnya selesai. Ia gunakan air tersebut sepuas-puasnya karena merasa punya banyak air, dan selepas itu ia kembali ke kamar. Namun baru beberapa langkah ia sontak terkejut mendengar seperti ada yang sedang mengisi air lagi ke dalam tong airnya di kamar mandi. Tak berpikir panjang, Dedy langsung berlari ke ruang tengah dan masuk ke dalam kamarnya.

RT 03

Pengalaman seram ini tidak cukup sekali ia alami, beberapa hari setelah kejadian nenek berambut panjang, Dedy kembali dikejutkan oleh sosok pocong yang mondar-mandir di sekitaran jalan dekat sumur dan mushola yang ane ceritain tadi gan. Tentu saja Dedy tak berani kecuali langsung kabur setelah mencoba menahan dirinya agar tetap menyaksikan tingkah pocong tersebut lalu-lalang di kampungnya.

Arah RT 01

Nah gan. untuk kesekian kalinya ane ingin pastikan, penampakan semacam ini disebabkan oleh ketakutan masyarakat yang mulai muncul akibat peristiwa-peristiwa yang memang cukup menyeramkan. Sehingga ketakutan tersebut didukung pula oleh penampakan-penampakan yang sebetulnya adalah dari golongan jin yang nakal bahkan jahat. Bukan dari si mayit yang mati penasaran, mengenaskan atau tragis sekalipun.

Serem gak sih cerita ane gan? Haha... Jadi horornya dimana ya gan? Tidak ada ya? Aduh... Sedih banget ane gan. Wkwkwk. Baca lagi saat malam ya gan.

Aduh gan, ane bener-bener kelewat hari nih untuk posting cerita horonya. Astaga… Hehehe. Tak apalah yang penting tetap produktif, iya kan…
Maafin ane ya gan, soalnya kemarin di tanggal 23 sebelum jam 00.00, ane lagi ada persoalan yang harus dipertanggungjawabkan, akhirnya kami membahas soalan tersebut via Telepon Whatsapp hingga jam 01.30 Subuh. Soalannya sih, karena ane pengen jadi teman dia gan. Orangnya keren, salut ane sama dia gan. Tapi sayang, belum bisa seperti yang kita harapkan. Ya sudah kita bersabar saja gan.

#Oktoberhantu


Pertanyaan ane,
Apakah orang yang mati penasaran (belum sadar kali ya), wajib jadi hantu?
zukii.vixiiAvatar border
minerva.chilliAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.3K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.