Kukira, hidupkku akan lebih baik lagi. Tapi entah kenapa malah seperti ini. Seperti orang linglung, jiwaku entah ke mana berlabuhnya. Ragaku seperti gelas kosong tak berisi air setetespun. Yang ada hanyalah penyesalan yang mungkin takkan pernah berujung atas semua keadaan yang semakin pelik, menyuramkan kehidupan.

Oh Tuhan, apakah ini bagian dari cobaan dan ujianmu? Atau ... Tersebab dosa-dosaku di masa lampau?
Katanya sebagian orang bilang, engkau menguji insan-Nya dalam batas kewajaran. Dan pasti manusia mampu melewati semua yang telah engkau kehendaki. Ya.., semoga saja aku dan seisi rumah ini kuat menghadapi keadaan ini. Bukankah manusia harus berusaha sekuat tenaga untuk memerangi cobaan yang telah engkau beri? Kalaupun tidak kuat lagi, ya tinggal lambaikan tangan, dan berkata ”Menyerah.” menyerah dalam hal lain itu sudah biasa. Tapi, pasti ada jalan lain lagi untuk mencari jalan keluar. Pepatah juga pernah bilangkan, ”Ada jalan menuju roma.” jadi, menyerah bukan berarti kalah dan berhenti di tengah jalan. Akan tetapi mencari jalan keluar yang lain lagi agar bisa meniti kehidupan yang lebih baik lagi.

Bukankah Tuhan menciptakan jalan tidak hanya lurus dan lempeng-lempeng saja? Tapi juga ada jalan yang berkelok, ada perempatan, bahkan ada yang bersimpang sampai lima. Dan jalan hidup itu sendiri juga menentukan kitanya(manusia). ”Bagaimana cara kita melewati jalan kalau yang satunya buntu? jadi harus mencari jalan lain untuk bisa keluar dari jalan yang satunya lagi.”

Tetapi, bagaimana dengan hati dan pikiran yang selalu menyimpang siurkan keadaan, yang selalu membolak balikkan perasaan? Yang selalu bertolak belakang? Sungguh, terkadang hati terlilit emosi, kerap kali ego merasuki hati, menjadi atom yang bernama ambisi, hingga sulit sekali terkendali.

Sekali lagi kembali ke hati. Ia tahu ke mana arah akan menuntunnya ke jalan yang benar, jalan yang mesti ia arungi, dan jalan yang nantinya sampai pada tujuan.

#CoretanVienNH
#CelotehPagi

Jember, 31 Oktober 2020