indrag057
TS
indrag057
[Coc Reg. KalTeng] "Tiwah" Upacara Sakral Kematian Suku Dayak Di Kalimantan Tengah
Hai gansist
WELCOME MY THREAD




Setelah di thread sebelumnya ane sempat membahas soal tradisi dan upacara adat yang sering dilakukan oleh suku Dayak yang ada di Kalimantan Timur, maka pada kesempatan ini ane akan lanjutkan untuk membahas upacara adat yang biasa dilakukan oleh suku Dayak yang ada di Kalimantan Tengah.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, bahwa kehidupan suku Dayak tak lepas dari yang namanya ritual atau upacara adat yang selalu mereka lakukan dalam kehidupan sehari hari. Dan yang ingin ane bahas kali ini adalah ritual atau upacara adat yang berhubungan dengan kematian.

Tiwah,begitu upacara adat ini mereka namakan. Yang mana upacara ini memiliki beberapa tujuan yaitu:

1. Menghantarkan roh leluhur atau sanak saudara yang telah meninggal dunia ke alam baka.

2. Melepas Rutas atau kesialan bagi keluarga atau sanak saudara almarhum yang ditinggalkan dari kesialan atau pengaruh buruk yang menimpa.

3. Melepas ikatan duda atau janda bagi pasangan yang telah berkeluarga. Setelah melakukan upacara Tiwah ini, secara adat mereka telah diperkenankan untuk mencari pasangan hidup yang baru setelah ditinggal mati oleh pasangannya. Jadi selama upacara Tiwah ini belum dilaksanakan, maka janda atau duda dari orang yang telah meninggal ini, secara adat belum diperkenankan untuk mencari pasangan baru.

Spoiler for :


Pelaksanaan upacara Tiwahini sendiri dilakukan dengan cara menyucikan dan memindahkan sisa jasad (yang biasanya tinggal tulang belulang) dari liang kubur ke sebuah tempat yang disebut Sandung. Jadi sisa jasad dari orang yang telah meninggal ini akan digali, dibersihkan dan disucikan dengan ritual rirual khusus, untuk selanjutnya dipindahkan ke suatu tempat yang bernama Sandung.

Spoiler for Sandung:


Sandungsendiri merupakan sebuah bangunan berbentuk rumah panggung kecil yang biasa digunakan untuk menyimpan sisa sisa jasad atau tulang belulang para leluhur. Hampir di setiap rumah warga Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan memiliki bangunan Sandung ini.

Spoiler for tulang belulang leluhur yang telah disucikan:


Menurut warga masyarakat Dayak yang menganut agama atau kepercayaan Kaharingan, arwah atau roh orang yang meninggal ini tidak akan pernah bisa naik ke Lewu Tatau(surga dalam bahasa Sangiang) sebelum upacara Tiwah ini dilakukan. Karena itulah, meski untuk melaksanakan upacara ini butuh biaya besar, waktu yang tidak sebentar, dan berbagai macam ritual yang cukup rumit, namun masyarakat suku Dayak yang menganut kepercayaan Kaharingan akan tetap melaksanakannya.

Spoiler for :


Lalu bagaimana kalau keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum ini belum sanggup melaksanakan upacara ini? Ada upacara lain yang disebut Tantulak,yaitu mengantar roh atau arwah orang yang meninggal ini ke Bukit Malian, tempat roh atau arwah orang yang meninggal ini menunggu untuk diberangkatkan ke Lewu Tatau (surga) dengan upacara Tiwah untuk bertemu dengan Ranying Hattala Langit. (Tuhan dalam kepercayaan Kaharingan)

Upacara Tiwah ini juga tidak mengenal batasan waktu. Jika anak dari orang yang meninggal ini tak sanggup melaksanakan upacara Tiwah sampai menjelang ajalnya, maka kewajiban untuk melaksanakan upacara ini bisa dilakukan oleh cucunya. Kalau cucunya juga tak sanggup, maka kewajibannya jatuh ke cicitnya, begitu seterusnya sampai ada keturunannya yang sanggup melaksanakannya.

Mengingat upacara ini cukup memakan biaya, maka biasanya upacara Tiwah dilakukan sekaligus untuk beberapa makam leluhur. Jadi dalam sekali upacara Tiwah bisa sekaligus untuk men"Tiwah"kan beberapa makam leluhur.

Spoiler for :


Dalam upacara ini juga diirngi dengan tarian tarian tradisional dan tetabuhan alat musik tradisional, serta ada prosesi "penombakan" hewan korban yang biasanya adalah kerbau. Ingat, "penombakan" ya gansist, bukan penyembelihan. Jadi akan ada beberapa orang laki laki yang akan melemparkan tombak ke arah hewan yang akan dikorbankan.

Spoiler for :


Spoiler for :


Menombaknyapun tidak boleh sembarangan, harus di bagian bagian tubuh hewan yang telah ditentukan. Biasanya bagian bagian tubuh hewan yang tidak boleh ditombak sebelumnya telah ditandai terlebih dahulu oleh tetua adat. Setelah hewan korban ini sekarat karena dihujani tombak, barulah hewan ini disembelih.

Terdengar sedikit ekstrim ya gansist, namun semua itu memiliki nilai nilai sakral yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Konon penderitaan dan siksaan yang diterima oleh hewan korban ini untuk menggantikan penderitaan dan siksaan yang harusnya diterima oleh arwah leluhur di alam sana akibat dari kesalahan kesalahan yang telah dilakukan semasa hidupnya.

Bagaimana gansist, cukup unik dan menarik bukan tradisi ini? Terlepas apakah tradisi seperti ini sesuai atau tidak dengan kepercayaan yang agan dan sista anut, tapi yang namanya kepercayaan tidak bisa dipaksakan. Kita tidak bisa menjudge bahwa kepercayaan yang tidak sesuai dengan kepercayaan yang kita anut itu salah, karena yang benar benar tahu mana yang benar dan mana yang salah hanyalah Dia Yang Maha Tahu.

Intinya, hormati kepercayaan yang dianut oleh orang lain, maka niscaya orang lain juga akan menghormati kepercayaan yang kita anut.

Demikian sedikit yang bisa ane sampaikan, mohon maaf jika ada kesalahan dalam ane menyampaikan ulasan ini, sampai bertemu di thread yang lain.

Wassalam.


sumber:
phinemodan opini pribadi

gambar :
phinemo
bobo.grid
disini
Diubah oleh indrag057 27-10-2020 20:20
bonita71rotten7070danjau
danjau dan 54 lainnya memberi reputasi
53
6.7K
291
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
icon
664Thread246Anggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.