• Beranda
  • ...
  • Bromo
  • [COC Reg. Bromo] Berkunjung Ketempat Penuh Sejarah Yang Ada Di Pasuruan

lapar.bangAvatar border
TS
MOD
lapar.bang
[COC Reg. Bromo] Berkunjung Ketempat Penuh Sejarah Yang Ada Di Pasuruan
Om Swastiastu
Hong Olon Basuki
Basuki Langgeng


Assalamualaikum, Salam Sejahtera, Salam Kebajikan, dan Halo gan/sis semua, bagaimana kabar kalian hari ini. Pastinya dalam kondisi terbaik dong ya. Ketemu lagi nih kita di cerita perjalanan kali ini, dan disini saya akan mengajak kalian semua untuk kembali jalan-jalan secara virtual

Oh iya, sebelumnya saya mau tanya nih gan/sis, mendengar kata bromo apa sih yang ada dipikiran kalian? Keindahan gunung bromo? Yap, tepat sekali. Tapi perlu diketahui nih gan/sis, regional bromo ini mencakup tiga wilayah, diantaranya Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Kebetulan saya akan mengajak kalian untuk berjalan-jalan di daerah Pasuruan, karena pasuruan sendiri masuk wilayah bromo juga.

Siapkan camilan dan minuman karena cerita ini akan sedikit panjang. Tanpa berlama-lama, yuk kita langsung ke ceritanya.


DAY 1


Perjalanan kali ini kita mulai dari rumah. Sedikit pengenalan, rumah saya sendiri ada di paling ujung barat Kabupaten Pasuruan. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Sidoarjo dan juga Kabupaten Mojokerto, yang masing-masing hanya membutuhkan 10 menit saja untuk bisa sampai di kota tetangga. Deket banget kan hehehe. Sangat strategis karena berada di antara jalur utama Surabaya - Malang dan juga Surabaya - Banyuwangi.

Dan tujuan pertama saya kali ini dimulai dari ujung barat. Dimana saya akan mendatangi sebuah Recoatau dalam bahasa indonesianya adalah Arca.

Terletak di Desa Carat - Dusun Carat -Kecamatan Gempol - Kabupaten Pasuruan, disini ada sebuah arca kembar. Dimana arca dwarapala yang tingginya kurang-lebih 2 meter ini berada di tengah-tengah kebun tebu. Untuk mencapai tempat ini kita harus melewati jalan tanah berdebu yang penuh dengan bebatuan sepanjang 500 meter. Diujung jalan kita bakal nemuin pertigaan dan jalan pun sudah berganti menjadi jalan berpaving, ambil kiri mengikuti jalan paving tersebut, setelah melewati kebun tebu selama 5 menit, barulah kita sampai ditujuan.

Warga setempat menyebutnya dengan situs raos pacinan, dimana situs itu berupa dua buah arca dwarapala.

Disini tidak ada tempat parkir, tidak ada toilet, dan tentunya tidak dipungut biaya masuk. Alias gratis hehehe.




Begitulah kondisi arcanya, terkubur didalam tanah dan sudah rusak, hanya terlihat sedikit bentuk arca yang memegang gada di samping kanan dan-kirinya

Arca ini sendiri merupakan sebuah pintu masuk daerah kerajaan, karena dulunya disini ada sebuah pelabuhan yang bermuara di sungai raos, hanya 100 meter dari tempat ini.



Arca dwarapala sendiri bermakna sebagai penjaga, biasanya arca ini berbentuk kepala barong dengan mata melotot dan memiliki taring yang sangat panjang. Tujuannya untuk melindungi sebuah wilayah dari ancaman, baik ancaman yang terlihat atau tak terlihat.

Letak situs ini berada ditengah kebun tebu, tak banyak orang yang tau keberadaannya. Disini juga banyak orang yang lelaku spiritual atau semedi. Maklum gan/sis ditempat saya ini masih banyak penganut kejawen.

Disini saya tidak menghabiskan banyak waktu, sekedar menikmati dinginnya angin sembari berteduh dibawah pohon beringin. Ditambah bau-bau dupa serta kemenyan membuat saya enggan untuk berlama-lama. Apalagi tempatnya berada jauh dari pemukiman alias berada ditengah kebun.

Setelah dirasa cukup akhirnya saya kembali melanjutkan ke tujuan kedua. Yakni Candi Gunung Gangsir.

Dari sini dibutuhkan waktu sekitar 20 menit saja ke arah timur.



Candi Gunung Gangsir terletak di Desa Gunung Gangsir Kecamatan Beji Kabupeten Pasuruan.

Candi ini sebenarnya bernama Candi Keboncandi, karena letaknya di Desa Gunung Gangsir, maka masyarakat menyebutnya Candi Gunung Gangsir gan/sis biar gampang nyebutnya karena daerah mereka sendiri bernama Gunung Gangsir.

Diperkirakan candi ini dibangun pada masa pemerintahan Raja Airlangga (Kerajaan Kahuripan) dan lebih awal dari pemerintahan Singasari (Singosari) sekitar abad ke-11 M. Candi ini dibangun dengan menggunakan bahan batu bata merah bukan dari batu andesit seperti kebanyakan candi yang ada di jawa tengah.

Tidak ada informasi yang jelas mengenai fungsi dari candi ini sendiri, bahkan masyarakat setempat mempunyai versinya sendiri yang mereka dengar dan yakini secara turun temurun. Dari beberapa literasi yang saya baca dijelaskan, tujuan pembangunan candi ini adalah sebagai penghormatan kepada Nyi Sri Gati, yang dijuluki Mbok Randa Derma (janda murah hati) atas jasanya dalam membangun masyarakat pertanian di daerah itu.




Nyi Sri Gati sendiri merupakan tokoh dalam legenda masyarakat setempat. Pada zaman dahulu masyarakat di daerah itu belum mengenal kehidupan bercocok tanam gan/sis, mereka hanya memakan rerumputan. Suatu saat rerumputan yang menjadi persediaan makanan mereka semakin menipis, pada saat itulah datang seorang wanita bernama Nyi Sri Gati yang entah darimana. Wanita itu mengajak para pengembara untuk berdoa kepada Sang Hyang Widi tentang bagaimana mengatasi kekurangan pangan yang mereka alami. Tak lama kemudian datanglah sebangsa burung glatik yang membawa biji padi dan menjatuhkannya di dekat para pengembara itu, padi yang jatuh tersebut kemudian di tanam oleh Nyi Sri Gati. Nah, beberapa bulan kemudian dapat dipanen dan Nyi Sri Gati menumbuk hasil panen itu untuk dijadikan beras. Kemudian Nyi Sri Gati mengajarkan cara bercocok tanam kepada pengembara dan sejak saat itu pengembara tersebut menetap dan hidup dari bercocok tanam, dan menjadikan padi sebagai makanan pokoknya.

Sementara nama candi Gunung Gangsir sendiri masih menjadi mitos penduduk sekitar. Warga meyakini bahwa nama 'gunung' sendiri diambil dari keberadaan bangunan candi ini pada masa lampau yang dilingkupi gunung. Sementara kata 'gangsir' (jawa: nggangsir) berarti menggali lubang di bawah permukaan tanah. Hal itu dikarenakan nama tersebut muncul ketika ada seseorang yang berusaha 'menggangsir' gunung ini untuk mencari benda-benda berharga didalam bangunan ini. Maka dikenallah candi jni sebagai Candi Gunung Gangsir.

Ya, sebuah sejarah yang sangat panjang, beberapa versi dari masyarakat juga tak bisa menjadi acuan kita gan/sis, karena selama ini cerita-cerita itu hanya turun temurun dari kakek nenek mereka.

Disini juga saya tidak banyak menghabiskan waktu, saya hanya sekedar melihat-lihat kondisi candi dan melihat apa yang ada di dalam candi tersebut. Kondisinya sangat terjaga, apalagi beberpaa tahun lalu BPCB Pasuruan bekerja sama dengan BPCB Jatim melakukan pemugaran besar-besaran guna menjaga agar candi ini tetap berdiri kokoh sebagai bukti peradaban kerajaan saat itu.

Setelahnya saya kembali bergeser untuk menuju ke sebuah candi yang tak jauh dari rumah. Candi ini berada dilereng sebuah gunung penanggungan. Bernama Candi Sumber Tetek.

Namanya agak saru ya gan/sis hehehe. Tapi memang nama candi ini juga menggambarkan sebuah arca perempuan yang memperlihatkan teteknya. Berikut penampakannya.



Sumber tetek disebut juga candi belahan yang dibangun tahun 1049 masehi pada zaman kerajaan Kahuripan sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga berfungsi sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Terdapat dua patung yang salah satunya menggeluarkan air yakni Dewi Sri dan Dewi Laksmi yang keduanya adalah merupakan permaisuri dari Prabu Airlangga.

Candi ini berada di Desa Wonosunyo Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan.

Tak dipungut biaya sepeserpun untuk masuk ke area ini, parkir juga gratis. Sementara untuk falisitas semua lengkap, ada warung, mushollah, dan juga toilet. Jika gan/sis pengen mandi di sumbernya juga bisa, tapi sangat dilarang keras menggunakan sabun atau shampo, karena sumber air ini juga dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.




Tak jauh dari Candi Tetek ada sebuah candi bernama Candi Gapura lanang. Berada di desa yang sama hanya saja letaknya sedikit masuk kedalam hutan, dan kita harus treking sejauh 20-30 menit untuk mencapainya.

Dan di candi ini sangat minim literasi. Diperkirakan candi ini adalah sebuah gerbang masuk menuju perkomplekan candi lain karena bentuknya seperti gapura masuk.

Setelah dirasa cukup akhirnya saya keembali melanjutkan perjalanan menuju Candi Jawi. Candi paling epic menurut saya dibanding dengan candi yang sebelumnya saya datangi.



Candi Jawi terletak di desa dan membutuhkan waktu sekitar 45 menit dari tempat saya berada saat ini.

Candi Jawi merupakan satu dari dua candi penginggalan kerajaan Singosari. Yang satunya bernama Candi Sepilar terletak dipuncak Gunung Arjuno. Jika Arca Dwarapala tadi adalah peninggalan kerajaan Majapahit sementara Candi Gunung Gangsir dan Candi Tetek adalah peninggalan kerajaan Kahuripan, tapi tidak dengan candi ini.

Candi ini berbahan batu andesit, berbeda dengan candi-candi sebelumnya. Dibelakang candi ini juga ada reruntuhan candi kecil, hawa di sekitaran tempat ini juga sangat sejuk, ini semua karena desa berada di dataran tinggi. Dengan view 3 gunung membuat pemandangan disekitar candi ini menjadi lebih menarik.



Sebelum hari semakin sore, saya berusaha mengoptimalkan perjalanan hari pertama ini sebalik mungkin. Saya melanjutkan perjalanan untuk menuju The Taman Dayu. sebuah tempat nongkrong asik kekinian, jika kalian berpikir ini adalah sebuah taman seperti taman kota atau alun-alun kota, maka kalian salah. The Taman Dayu adalah sebuah komplek villa dan perumahan yang menyajikan pemandangan langsung ke arah pegunungan.

Disekitaran sini juga banyak tersedia tempat makan dan tempat ngopi asik untuk nongkrong. Ada juga komedi putar untuk kalian yang jika kesini membawa buah hati. Selain itu Ada tempat bermain golf juga. Jadi tau lah ini tempat untuk golongan kelas apa hehehe.

Untuk orang seperti saya ini ya.. hanya bisa numpang lewat doang, itu juga gak boleh lama-lama karena setiap beberapa jam sekali pasti ada pol pp yang kontrol untuk melarang orang-orang yang berhenti dipinggir jalan.

Ya gimana gak berhenti gan/sis, spot disini foto-able banget. Viewnya cakep parah.



Kira-kira itulah beberapa spot ciamik yang ada di Taman Dayu ini. Nah setelah dari sini akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Candi Jawi lagi, tapi kali ini saya pengen ngincip makanan dan minuman yang ada disini. Namanya Angkringan Jawi. Letaknya berada di belakang candi jawi pas.

Setelah puas seharian berkeliling akhirnya saya menyudahi jalan jalan jalan ini.

Saya memutuskan untuk pulang dan langsung menulis dari apa yang telah saya jalani hari ini.

Terimakasih sudah mau membaca cerita singkat saya. Apabila ada kesalahan kata atau penulisan yang typo, harap dijadikan maklum.








Sumber gambar dan artikel: pribadi





666fapfapAvatar border
tiada.taraAvatar border
balaprabuAvatar border
balaprabu dan 39 lainnya memberi reputasi
38
4.1K
130
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Bromo
Bromo
icon
372Thread262Anggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.