si.matamalaikatAvatar border
TS
si.matamalaikat
JAS 39 Gripen, Pesawat Multiperan Generasi 4 Dari Swedia
Bicara soal pesawat jet tempur generasi ke empat, pasti banyak orang yang lebih mengenal F-16 milik Uwak Sam. Pesawat ini memang cukup sukses menarik perhatian masyarakat dunia, namun begitu disegmen pesawat generasi ke empat tidak hanya F-16 yang terlahir ke dunia.

Nyatanya negara dari benua Eropa tak mau kalah untuk membuat pesawat yang bisa menandingi F-16 milik Uwak Sam. Pada kesempatan kali ini TS akan membahas soal JAS 39 Gripen,pesawat jet dari Swedia. Mari kita mulai ceritanya.


SEJARAH

Pada akhir 1970-an, pergolakan iklim politik di Swedia memiliki gelagat untuk tidak lagi mendukung industri pertahanan dalam negeri. Padahal berbagai penelitian sudah dilakukan waktu itu, di tengah intensitas perdebatan di pemerintahan dan parlemen. Sebuah proyek yang diprakarsai oleh Saab bernama proyek B3LA dan A20, proyek ini bertujuan untuk mengembangkan industri alutsista negara Eropa Utara tersebut.

Namun proyek ini terpkasa dihentikan pada bulan Februari 1979, sebagian faksi di pemerintah Swedia berkeinginan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan udara dengan membeli pesawat tempur dari luar negeri yang sudah teruji kualitasnya.

Keputusan parlemen itu membuat Manajemen Saab yang sebelumnya memproduksi pesawat JAS 37 Viggen bergerak cepat, di tahun yang sama mereka mengajukan proposal baru sebagai upaya untuk mengembangkan pesawat tempur dengan teknologi modern menggantikan peran pesawat JAS 37 Viggen.




Gripen E (Next Generation).

Sumber Ilustrasi Foto


Pada bulan Oktober 1979, proyek tersebut dipresentasikan kepada para pemangku kepentingan, Angkatan Bersenjata, Parlemen, dan Pemerintah Swedia yang diwakili oleh Menteri Pertahanan Eric Krönmark.

Gagasan itu akhirnya menemui titik terang, pada persidangan di bulan Mei 1980, Riksdag, badan legislatif nasional dan badan pembuat keputusan tertinggi di Swedia memutuskan bahwa pesawat baru akan dikembangkan. Setelah melalui tahap presentasi, proses evaluasi dilakukan oleh Parlemen Swedia yang kemudian mengambil kebijakan untuk memulai proyek pengembangan JAS 39, pada Juni 1982, hingga rangkaian tes terakhir dilakukan pada bulan Desember 1996.




Gripen tipe D, kursi tandem.

Sumber Ilustrasi Foto


Pada perkembangannya, pihak pemerintah menginginkan kontrak pembuatan pesawat ditangani oleh satu perusahaan saja. Untuk alasan ini, Saab kemudian bekerja sama dengan konsorsium grup industri, antara lain pengembangan yang dikerjakan bersama antara Saab Military Aircraft, Ericsson Microwave Systems, Volvo Aero Corporation dan Celsius Aerotech.

Untuk mengurangi berat badan pesawat, Saab menggunakan bahan komposit, plastik, dan berbagai bahan lain dalam rencana perancangannya, terutama untuk bagian sayap. Hal ini sesuai dengan mandat dari pemerintah, agar membuat pesawat yang ringan.

Purwarupa JAS 39 Gripen sendiri menjalani terbang perdana tanggal 9 Desember 1988 bersama pilot legendaris Swedia, Stig Holmström. Nama JAS sendiri memiliki akronim J= Jakt (Udara-ke-Udara), A= Attack (Serang), dan S= Spaning (Pengintaian). Akronim ini dibuat sesuai dengan peran pesawat tersebut. Untuk angka 39, kemungkinan ini nomor serial produksi pesawat (cmiiw).




Varian tipe C, kursi tunggal.

Sumber Ilustrasi Foto


Sama seperti pesawat dari Eropa, Gripen juga menggunakan sistem canard (sayap kecil) yang terletak didepan sayap utama, berfungsi untuk membuat pesawat terbang stabil dan lebih cepat.

Sementara untuk nama Gripen diambil dari kata 'Griffin' atau disebut juga 'Gryphon', makhluk dalam mitologi Yunani dengan tubuh Singa tetapi bersayap, dan berkepala Rajawali. Layaknya Singa, makhluk ini menjadi ‘raja hewan buas’ di darat dan sebagai Rajawali, ia menjadi ‘raja di udara’.

‘Griffin’ merupakan penggambaran makhluk yang paling berkuasa atas kedua hal tersebut dan dijuluki sebagai ‘Raja hewan buas dan penguasa udara’. Saab kemudian mempromosikan pesawat tempur ini dengan tag: Wings of Your Nation.




Sayap canard milik Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


Dalam perjalanannya, Saab berkolaborasi dengan British Aerospace di bidang pemasaran pada tahun 1995. Saab dan British Aerospace (BAe) menandatangani perjanjian untuk bersama-sama memasarkan JAS 39 Gripen. Kesepakatan ini membuat Saab mendapatkan akses ke jaringan penjualan global British Aerospace, serta mendapat dukungan pemerintah dalam pemasaran internasional.

Sementara British Aerospace mendapatkan hak untuk mengadaptasi versi ekspor JAS 39 Gripen yang menggunakan standar NATO. Perjanjian ini mengikat selama lebih dari 10 tahun di antara kedua perusahaan tersebut, menjadi dasar untuk konsilidasi antara Saab dan British Aerospace. Hal ini membuka jalan bagi Saab memperdalam integrasi dengan industri kedirgantaraan Eropa, selamjutnya JAS Gripen sendiri mulai dikenalkan pada 9 Juni 1996.



Varian Pesawat

Gripen sendiri sampai saat ini memiliki 6 varian dasar pesawat yang berbeda, varian tersebut menggunakan kode huruf alfabet. Beberapa varian tersebut anatara lain:

-Gripen A: Versi awal dengan kursi tunggal yang mulai beroperasi dengan Angkatan Udara Swedia pada tahun 1996.

-Gripen B : Versi kursi tandem dari 39A untuk pelatihan, misi khusus dan penyerangan. Agar sesuai dengan sistem kursi tandem, meriam internal dan tangki bahan bakar internal dilepas dan badan pesawat diperpanjang 0,66 m.

-Gripen C : Versi yang kompatibel dengan standar NATO dengan kemampuan yang diperluas dalam hal persenjataan, elektronik, dll. Dapat diisi ulang bahan bakar saat penerbangan.

Gripen D : Versi dua tempat duduk dari Gripen C, dengan perubahan yang mirip dengan Gripen B.




Ilustrasi rancangan Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


-Gripen E : Versi kursi tunggal yang dikembangkan dari program Gripen NG (Next Generation), merupakan varian terbaru dari Gripen. Swedia dan Brasil menggunakan varian tersebut. Sebutan Brasil untuk varian ini adalah F-39E .

-Gripen F : Versi kursi tandem dari varian E. Delapan dipesan oleh Brasil untuk dikembangkan dan dirakit di São Bernardo do Campo , Brasil. Pesawat ini direncanakan untuk pelatihan pilot dan pertempuran. Brasil memberi nama varian tersebut F-39F .

-Gripen M : Versi tambahan baru berbasis kapal induk yang dirancang berdasarkan Gripen NG. Pada 2011 , pengembangannya sedang berlangsung. Varian ini juga dinamai Sea Gripen atau Gripen Maritime.




Sumber Ilustrasi Foto


Varian Gripen menggunakan mesin General Electric F414 buatan GE Aviation, mesin ini juga digunakan oleh F/A-18 E/F Super Hornet. Selanjutnya mesin ini diproduksi dibawah lisensi secara lokal oleh Volvo, mesin produksi lokal ini diberi nama Volvo Aero RM12 yang digunakan sampai varian C/D.

Gripen sendiri menggunakan mesin tunggal sampai saat ini, berbeda dengan pesawat buatan Eropa lainnya yang menggunakan mesin ganda, meskipun begitu dengan mesin General Electric F414 Gripen mampu melesat sampai kecepatan Mach 2.





Mesin tunggal Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


Varian Gripen sendiri secara umum memiliki rancangan yang sama gan sist, perbedannya terletak pada jumlah kursi, sistem radar serta senjata yang bisa dibawanya. Di Asia Tenggara sendiri Thailand menjadi yang pertama mengoperasikan varian Gripen. Selain Thailand, ada Brazil, Hongaria, Ceko serta Afrika Selatan yang ikut mengoperasikan Gripen.



Spesifikasi Gripen


Untuk spesifikasinya TS sajikan varian tipe NG yang merupakan varian baru yang sudah disempurnakan dari varian terdahulunya. Kalau dijelaskan satu-satu per varian nanti akan panjang ceritanya.

Gripen E sendiri mulai diproduksi tahun 2013 dan mulai dikenalkan bulan Mei 2016 di Swedia. Gripen E (Next Generation) memiliki panjang 15,2 meter dengan lebar sayap mencapai 8,6 meter, serta tinggi 4,5 meter. Memiliki berat kosong 8.000 kg, serta berat lepas landas 16.500 kg. Gripen varian terbaru ini dibekali mesin turbofan GE F414G-39E (General Electric RM 16), mampu melesat sampai kecepatan maksimum Mach 2 (2.460 km/jam).

Dengan didukung kapasitas tangki internal mencapai 3.400 liter, pesawat ini mampu menempuh jarak tempur mencapai 1.500 km. Selain itu Gripen juga sudah dilengkapi probe (corong) untuk kegiatan air refueling (pengisian bahan bakar udara).

Yang menarik probe milik Gripen diletakkan disisi sebelah kiri kokpit, tepatnya terletak diatas sayap canard-nya. Posisi probe ini lebih menguntungkan, karena tidak menghalangi jarak pandang pilot. Sementara pesaawat Rafale milik Prancis memiliki probe didekat hidung yang sedikit mengurangi jarak pandang pilot. Probe ini mulai digunakan pada varian C sampai E.




Yang dilingkari warna merah itu adalah probe (corong BBM) dari Gripen gan sist.

Sumber Ilustrasi Foto




Air refueling Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


Gripen dipasangi sistem pertukaran data (data-link) buatan Swedia yaitu TIDLS (Tactical Information Datalink System), namun Gripen E  juga kompatibel dengan Link-16 MIDS yang merupakan standar dari NATO.

Gripen E dibekali sistem sensor aktif AESA (active electronically-scanned array) dengan tipe ES-05 Raven buatan Selex ES. Gripen E juga dibekali sensor pasif berupa IRST Skyward-G yang merupakan lansiran Selex. Sensor IRST ini sebelumnya tak ada pada Gripen generasi sebelumnya.

Pabrikan juga menawarkan perangkat HMCS (helmet-mounted cueing system) Cobra buatan BAE Systems yang langsung terintegrasi dengan kokpit dan manajemen tempur Gripen E.




Sumber Ilustrasi Foto


Untuk pertahanan diri dari incaran rudal lawan, Gripen E dibekali sistem peperangan elektronik terintegrasi (highly-integrated electronic warfare suite) yang terdiri dari RWR (radar warning receiver), MAWS (missile approach warning system), ECM dan ESM. Sistem pertahanan diri ini bisa diaktifkan secara manual dan otomatis.

Untuk kokpitnya sudah menganut sistem digital dengan tiga layar multifungsi (MFD) besar termasuk beberapa layar 3D. Kokpit juga dilengkapi dengan hands-on-throttle-and-stick (HOTAS) yang memberikan kesadaran situasional yang unggul bagi pilot.




Kokpit Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


Untuk bagian hardpoint (cantelan), Gripen E memiliki 10 cantelan, dimana versi sebelumnya hanya memiliki 8 cantelan. Cantelan itu terletak pada bagian bawah badan pesawat sejumlah 8 titik, sementara diujung masing-masing sayap ada 2 titik cantelan. Senjata yang bisa dibawa adalah sebagai berikut:

Cannon: Meriam revolver Mauser BK-27 1 × 27 mm dengan 120 peluru (hanya untuk model kursi tunggal).

Rudal: 6 × IRIS-T, AIM-9 Sidewinder, A-Darter.

4 × MBDA Meteor , AIM-120 AMRAAM, MBDA MICA.

4 × RUPS-65 Maverick, 2 × KEPD. 350, 2 × Rbs.15F (rudal anti-kapal).




Ilustrasi senjata.

Sumber Ilustrasi Foto

Bom: Bom berpemandu laser, 4 × GBU-12 Paveway II.

2 × Bk.90 bom cluster.

8 × Mark 82 bom.




Gripen mendarat di jalan raya.

Sumber Ilustrasi Foto


Salah satu kemampuan yang bisa dilakukan Gripen adalah mendarat di jalan raya seperti kita lihat pada foto diatas, hal ini adalah kemampuan yang belum bisa dilakukan pesawat jet generasi ke empat yang lain. Dalam situasi darurat, baik untuk pengisian bahan bakar maupun memasang amunisi tambahan.

Gripen mampu mendarat darurat disekitar jalan raya, dimana di area tersebut akan ditempatkan kru dari darat yang akan membantu pengisian bahan bakar dan pemasangan senjata tambahan. Untuk melakukan hal ini hanya memerlukan 6 orang kru dengan unit truk kontainer kargo militer. Kru tersebut terdiri dari satu teknisi dan lima orang mekanik.




Mekanik Gripen saat di daratan.

Sumber Ilustrasi Foto


Hal ini menjadi senjata Gripen untuk menembus pasar internasional, dalam sebuah simulasi yang dilakukan oleh AU Swedia, proses pemasangan amunisi oleh kru yang terlatih bisa dilakukan sekitar 10 menit. Setelah pesawat sudah dipasangi senjata, kru akan kembali bersembunyi untuk menghindari deteksi musuh.

Hal yang dilakukan Gripen ini juga mampu membuatnya melakukan peran perang gerilya, tentu untuk melakukan hal itu sebuah negara harus punya infrastruktur jalan yang baik. Bagi negara yang punya infrastruktur jalan yang baik, mereka bisa membuat pangkalan rahasia diberbagai pelosok wilayah negaranya untuk mengakomodasi kemampuan Gripen ini.




Uji coba pendaratan jalan raya oleh Gripen.

Sumber Ilustrasi Foto


Gripen mampu lepas landas dari jaan raya lurus dengan panjang 600-800 meter, selain itu pesawat ini juga mampu lepas landas dari kondisi landasan yang buruk serta lapangan terbang sipil kecil yang memiliki landasan pendek.

Apa yang dilakukan Gripen ini layaknya apa yang dilakukan pebalap F1 atau Nascar, dimana mereka akan kembali ke pit untuk mengganti roda dan mengisi bahan bakar, perbedaannya adalah Gripen melakukan hal tersebut dari udara menuju darat.

Untuk melakukan pendaratan darurat ini pun tidak mudah, disini peran canard bekerja untuk menciptakan efek downforce agar pengereman dapat bekerja maksimal. Selain itu jika diperlukan pesawat ini juga mampu memutar balik di jalan raya tersebut. Untuk mendarat di jalan raya area sekitarnya harus steril dari kendaraan.




Gripen lepas landas dari jalan raya.

Sumber
Ilustrasi Foto



Satu unit Gripen bisa ditebus dengan harga US$ 60 juta dan biaya operasional sebesar US$ 4.700 (sekitar Rp 66 juta) per jam penerbangan, sementara biaya pengembangannya menghabiskan dana US$ 13,56 Miliar. Harganya lebih terjangkau daripada F-35 yang harganya US$ 100 juta per pesawat dan biaya operasional mencapai US$ 30.000 per jam penerbangan.

Sementara pesawat F-16 memakan biaya operasional US$ 7.000 (sekitar Rp 98 juta), Sukhoi Su-35 US$ 14.000 (Rp197 juta), Rafale US$ 16.500 (Rp 232 juta), Eurofighter Typhoon US$ 18.000 (Rp253 juta), dan F-35 US$ 30.000 (Rp 431 juta).

Meski belum sebanding dengan pesawat buatan Uwak Sam, namun Gripen bisa menjadi solusi bagi negara dengan dana militer terbatas. Mereka juga menawarkan paket ToT 100%, artinya negara pembeli akan diajari cara membuat pesawat benar-benar dari nol.




Sumber Ilustrasi Foto


Swedia sebagai negara netral tidak pernah memiliki motif politik dalam penjualan alutsistanya, justru mereka membuka pintu lebar-lebar untuk siapa saja yang ingin belajar membuat pesawat dan mengembangkannya bersama. Brazil adalah salah satu negara yang loyal dengan produk Gripen, saat ini mereka bekerjasama dengan Swedia untuk mengembangkan varian Gripen, rencananya kedepan Gripen akan dirakit dan diproduksi mandiri di Brazil.

Gripen milik Brazil sendiri memakai teknologi dari berbagai negara, salah satunya mereka juga memasangkan teknologi hasil pengembangan mandiri mereka. Gripen milik Brazil ikut menggunakan teknologi dari beberapa negara seperti Afrika Selatan, Israel, Amerika, serta Swedia.




Gripen Brazil dengan teknologi gado-gado.

Sumber Ilustrasi Foto


Dulu Indonesia sekitar tahun 2015-2016 sempat ditawar Gripen E (Next Generation), waktu itu Saab menawarkan 6 unit pesawat untuk dirakit di Indonesia. Selain itu mereka juga mengajak para putra-putri terbaik bangsa untuk ikut bergabung dalam perakitannya.

Namun tawaran ini dulu sempat ditolak dan Indonesia lebih memilih Sukhoi Su-35 yang tak jelas kabarnya sampai sekarang. Namun jika Indonesia gagal mendapat Su-35 atau Eurofighter Typhoon, Saab masih membuka pintu lebar untuk pembelian JAS 39 Gripen.



Demikian sejarah panjang lahirnya JAS 39 Gripen, semoga bisa menambah wawasan baru buat kita semya khusus di bidang alutsista. Sampai jumpa lagi, enjoy Kaskus emoticon-Angkat Beer


Referensi: 1.2.3.4.5.6
Ilustrasi: google image
Diubah oleh si.matamalaikat 18-10-2020 15:21
yosefulAvatar border
galigulagaluAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 35 lainnya memberi reputasi
36
7.6K
123
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Militer dan Kepolisian
Militer dan Kepolisian
icon
2.2KThread2.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.