Keluarga Toxic?

Ngeri, ya? Kita hidup serba salah. Jadi anak memang begitu resikonya. Orang tua yang bertengkar, kita yang deg-degan. Apalagi kalau orang tua berkelahi pakai fisik. Uh, gak kuat. Rasanya pengen mati saja. Belum lagi, kalau seusai mereka bertengkar, malah kita jadi pelampiasan.

Banyak dari kita yang trauma dan merasa hidup tidak adil. Orang tua terkadang memang begitu egois. Sementara kita tidak bisa membantah ketika mereka mengeluarkan dalil agama untuk membenarkan perbuatan mereka.

"Kamu durhaka, lho, kalau membentak orang tua?"
"Kamu berdosa, lho, membuat orang tua sedih."

PADAHAL! Tidak akan berbuat dosa, tidak akan durhaka seorang anak jika orang tua bisa bersikap arif dan bijaksana.



Kebayang, gak, sih? Kita udah bantuin pekerjaan rumah, kita udah berusaha menjaga hati dan perasaan mereka, eh, selalu saja ada yang salah di kita. Rasanya, apa yang kita usahakan sia-sia saja. Lalu, kita mulai berpikir bahkan sampai ada yang menjawab, "AKU TIDAK MINTA DILAHIRKAN?"

Kita tidak pernah benar-benar paham mana yang ujian dan mana yang penderitaan. Kalau ujian menimbulkan penderitaan, lalu untuk apa?

Sebagai seorang anak, kita memang terlahir untuk serba salah.



Hanya saja, dengan semua pemikiran-pemikiran yang sangat menyiksa tersebut kita jangan sampai keluar jalur.

Keluarga tetap keluarga. Suka atau tidak suka, mereka tetap orang tua kita.

Satu-satunya cara hanyalah dengan tetap bertahan menahan semua rasa sakit. Perkuat diri dengan berbagai keahlian. Setiap kita memiliki kemampuan untuk melanjutkan hidup. Kalau kita suka memasak, jadilah tukang masak. Pintar membangun? Jadilah tukang bangunan. Pintar nge-game? Jadilah gamer sejati. Pintar nulis? Jadilah seorang penulis. Apa pun keahlian yang kita punya, yakinkan itu bisa membuat kita menghasilkan uang sehingga pada masanya kita bisa mengatakan ke orang tua, saya bahagia dengan kehidupan saya, semoga bapak dan emak mau berbahagia dengan saya.

Semuanya hanya masalah waktu dan kesabaran dalam menghadapi masalah hidup. Kuat kita akan menang, kalah kita akan menjadi pecundang.

Memang menuliskan kalimat-kalimat seperti ini gampang, tapi tidak ada salahnya mencoba, bukan? Dari pada kita diam dan meratapi nasib, mending bangkit dan gali potensi diri. Itu jauh lebih bermanfaat dan bermartabat.

Salam bahagia untuk kita semua.