Djamboel79Avatar border
TS
Djamboel79
Mengenang Kembali Sosok Arsene Wenger !!!
Ini bukan cerita terupdate jelang laga Liverpool kontra Arsenal dalam lanjutan pekan ketiga Liga Primer Inggris musim 2020-2021.

Akan tetapi saya sedang mengunggah kembali sebuah cerita yang saya tulis beberapa tahun silam. Menuju tempat kerja di Palmerah, artikel dibawah ini saya mulai dan rampungkan di dalam bus kota trayek Cileungsi-Kalideres.

Kebetulan, ada sangkut paut sedikit dengan Jurgen Klopp, dan berisian dengan legenda Arsenal, Arsene Wenger.



Paragraf setelah ini akan membuka cerita silam tersebut. Enjoy!

Di awal minggu ini saya berbincang dengan seorang kolega saya di dunia ke"HR"an. Di sela-sela perbincangan, saya menanyakan perihal sejak kapan dia menjadi fans Arsenal.

Dengan lugas dia menjawab sejak tahun 1998 saat ia terkesima dengan gol yang diciptakan pemain Belanda ke gawang Argentina di Piala Dunia 1998. Pencetak gol tersebut adalah Dennis Bergkamp yang bermain di klub asal London Utara, Arsenal.

Bergkamp yang mendapat julukan The Non-Flying Dutchman karena phobia atas ketinggian tersebut sesungguhnya tiba di Arsenal tahun 1995 alias berada semusim lebih dahulu dari Sang Arsitek, Arsene Wenger.

Akhir-akhir ini, di media massa yang mengupas sepakbola, banyak kita jumpai ulasan seputar satu tahun Juergen Klopp melatih Liverpool. Benar, tak terasa, "Klopp for the Kop" sudah setahun berada di Anfield.

Namun 1 tahun itu belumlah ada artinya jika dibandingkan dengan Arsene Wenger yang menjadi nahkoda di Highbury lanjut di Stadion Emirates sejak 1 Oktober 1996. Sebuah pengabdian yang panjang bukan?

Lantas mengapa pula Arsene Wenger didapuk sebagai sentral dari tulisan saya di atas Bus AC 42A pagi ini. Alasan sederhananya, ialah hasil kualifikasi Piala Dunia 2018, timnas Inggris hanya bermain imbang 0-0 dengan Slovenia tadi malam.

Hah? apa hubungannya? Saya percaya anda semua juga sudah banyak mendapat dan membaca ulasan sosok Arsene Wenger (AW) paling tidak sepanjang awal musim ini. Musim ini bisa jadi musim terakhir bagi AW sebagai nahkoda The Gunners, dan segala ulasan apa dan bagaimana AW di Arsenal nantinya pasti sudah anda dapat gambaran selanjutnya.

Boleh jadi, walaupun saya bukan fans Arsenal, saya mengagumi sosok AW sebagai salah satus manager sepakbola terbaik dunia. Dalam sebuah tayangan sepakbola di salah satu tv swasta tanah air, saya menjumpai fakta bahwa AW fasih dengan bahasa Prancis, Inggris, Jerman, Italia, Spanyol dan juga Jepang. Untuk penguasaan bahasa yang terakhir bisa dimaklumi karena AW pernah melatih klub J-League, Nagoya Grampus Eight sebelum akhirnya dipercaya membesut Arsenal.

Sedikit membuka sejarah, pada awalnya, AW diragukan untuk bisa sukses menangani Arsenal. Bahkan di awal Oktober 1996 tersebut, sebuah koran lokal kota London memasang kalimat "Arsene Who?" sebagai Head Line.

Pembicaraan seputar perbandingan antara AW dengan George Graham (mantan pelatih Arsenal) pun terjadi di sesama fans hingga ke kamar ganti pemain. Tony Adams, kapten Arsenal saat itu jadi salah satu figur yang mempertanyakan kemampuan melatih AW.

Belakangan sejarah mencatat Tony Adams pun berhenti minum alkohol sepanjang AW melatih Arsenal. Sebuah kemampuan manajerial yang mencampurkan edukasi dan sikap bapak dalam semangat kekeluargaan, terbukti nyata dalam menghadapi sosok kapten yang sempat punya ketergantungan terhadap alkohol.

Wenger telah membuat banyak orang terkesima dalam 2 dekade terakhir. Dalam 20 musim itu, Arsenal tak pernah terlempar dari 4 besar. Hanya di musim pertamanya saja, AW gagal membawa Arsenal ke Liga Champions. Itupun hanya karena kalah selisih gol dan harus puas di peringkat ketiga di akhir musim 1996/1997.

Gelar perdana dipersembahkan AW pada musim keduanya. Pada musim 1997/1998, Wenger membawa Arsenal jadi juara Liga Inggris serta mengawinkannya dengan gelar Piala FA. Sejak itu Arsenal jadi pesaing kuat Manchester United dengan rivalitas Arsene Wenger dan Sir Alex Ferguson sebagai 'madu' dalam duel taktik mereka.

Kenyataannya, sang pemilik nama yang hampir sama dengan klub yang dilatihnya ini punya sejumlah trophy tambahan. Total hingga saat ini, ada 3 gelar Premier League dan 6 gelar FA Cup yang sudah diraihnya bersama The Gunners. Belum lagi titel pemenang di ajang pembuka liga alias Community Shield yang berjumlah 6 gelar.

Bagaimana dengan Liga Champions. Inilah bak kepingan yang hilang dalam mozaik prestasi Sang Professor. Final 2005/2006 jadi pencapaian terbaik Wenger dan Arsenal kala mereka yang harus bermain dengan 10 orang sejak awal laga harus menyerah 1-2 dari Barcelona di Saint Dennis, Prancis.

Bahkan di enam musim terakhir Liga Champions, Arsenal hanya jadi spesialis 16 besar, tak bisa lebih jauh menjejakan kaki prestasi.

Setiap orang punya jalur dan garis hidup masing-masing. Menurut saya itu kalimat paling normatif ketika ditanyakan mengapa Arsene Wenger harus melatih Inggris. Tak terbayangkan memang, kalau Arsene Wenger harus berhenti di Arsenal akhir musim ini dan bergeser ke pengabdian yang lain di sepakbola. Melatih timnas Inggris sebagai fase berikutnya.

Inggris saat ini dilatih Gareth Southgate (pelatih sementara) pasca tragedi memalukan pelatih sebelumnya sehingga The Big Sam hanya menukangi Inggris satu pertandingan selepas Roy Hodgson mundur pasca Piala Eropa 2016 lalu.

Saya tidak bilang Gareth Southgate jelek atau tak layak melatih "Tim Tiga Singa", tapi kegagalannya mengeksekusi penalti dalam drama adu penalti ke gawang Jerman pada semifinal Piala Eropa 1996 di Inggris kala itu masih membekas di ingatan. Belum lagi kemampuannya melatih klub maupun pemain dengan nama besar juga tak ada. Inggris butuh nahkoda pintar untuk semua urusan itu, tak peduli sang pelatih itu Non Inggris.

Nyatanya Inggris pernah dilatih oleh orang Swedia (Sven Goran Erickson) dan Italia (Fabio Capello). Tapi maaf, dua pelatih tersebut tak mengenal baik kultur sepakbola Inggris. Berbeda dengan Wenger, 20 musim di Inggris rasanya akan jadi obat mujarab bagi dahaga prestasi sepakbola The Three Lions.

Walaupun Arsenal asuhan AW sering seperti pasukan perdamaian dunia karena diisi pemain-pemain non-Inggris, saya percaya tangan dingin Wenger akan bisa memainkan sepakbola Inggris di level yang seharusnya. Ia akan menguasai ego Wayne Rooney, Raheem Sterling, Harry Kane bahkan Delle Alli sekalipun.

Anggaplah berlebihan tetapi hemat saya kehadiran Wenger di tanah Inggris adalah salah satu pemberian terbaik dari Surga. Layaklah seorang Wenger disebut Professor. Arsene Wenger melakukan segalanya untuk sepakbola, dengan otak dan kalkulasi perhitungan eksak serta hati yang mulia.

Sekali lagi, menyimak permainan Inggris yang hanya menang 2-0 atas Malta serta imbang 0-0 dengan Slovenia tadi malam, Inggris sudah layak memikirkan siapa arsitek mereka sesungguhnya.

Hanya dua nama yang layak menurut saya, Sir Alex Ferguson dan tentu saja Arsene Wenger. Khusus untuk Arsene Wenger, tentu akan jadi sebuah kehormatan untuk bisa melatih The Three Lions. Kalau tawaran melatih dari klub-klub besar macam Real Madrid, Barcelona dan klub kaya Manchester City sudah ditolaknya, apakah hati kecilnya mampu untuk menepikan tawaran dari Timnas Inggris jika hal itu sungguh nyata datang padanya nanti?

Lagipula sebagai praktisi HR, saya meyakini kaderisasi dan penyegaran perlu untuk Arsenal, terutama sosok pelatih. Cukuplah masa buat Wenger disana, waktunya berkarya di jenjang tim nasional bersama Inggris.

Sekali lagi saya yakin Arsene Wenger adalah sosok yang pantas. Bicara soal kepantasan saya pikir itu hanya di alam perasaan saja. Sulit mengukurnya bukan dan bisa jadi perdebatan tanpa konklusi.

Tapi realitas yang terbentang sekarang, Arsene Wenger adalah kenyataan, bahwa ia sudah saya pilih sebagai pelatih Inggris berikutnya. Bagaimana dengan anda?

So, jika semuanya jadi nyata, bersiap-siaplah pecinta Arsenal dan Tim Nasional Inggris menyambut Sang Professor, Arsene Wenger sebagai Pelatih The Three Lions selanjutnya.

"Kepantasan dan Kenyataan" itu pula yang jadi benang merah pembicaraan dengan kolega HR saya siang itu. Saya tak akan membicarakan kepantasan wanita yang akan dipilih sebagai pasangan hidupnya kelak, tapi realitas sebagai kenyataannya sekarang, Doan Adikara akan melabuhkan cintanya pada sosok wanita bernama Sarah dalam biduk mahligai pernikahan.

Entahlah apakah Sarah seperti Dennis Bergkamp 1998 lalu yang jadi pengikat cintanya pada Arsenal.

Demikian flashback suatu pagi di AC 42A. Fakta terakhir, setelah meninggalkan Arsenal, Arsene Wenger belumlah lagi menangani sebuah tim sepakbola baik level klub maupun negara.

Last but not least, Doan dan Sarah pun akhirnya menikah!

#RinganJari
Diubah oleh Djamboel79 26-09-2020 01:07
doobeyAvatar border
thebavarian.90Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
9
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread10.8KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.