informan.forumAvatar border
TS
informan.forum
FAQ Nikah Muda
Disclaimer:
Thread ini adalah kumpulan QA. PANJANG2 ISINYAAAAAA
ini bukan serta merta tips dan trik, Kalau butuh tips spesifik, silakan bertanya di kolom komentar
Ngga usah saklek2
Semua tulisan saya di sini cuma opini2 saya yang dikumpulkan dari pengalaman pribadi, curhatan anak2, dan komplainan orang2 yang pernah nikah muda


KATEGORI A: GENERAL
Q: Apa sih Nikah Muda itu?
A: Nikah muda persepsinya sesuai umur, padahal sebenarnya bukan. Nikah muda itu adalah ketika seseorang menikah ketika mereka belum matang secara fisik, mental, psikologi, uang, keputusan hidup, soft skills, komunikasi dan gambaran masa depan.


Q: Boleh nggak sih nikah muda?
A: Boleh, tapi pertimbangkan dulu siap-nggaknya di atas tadi. Kalau sudah berhasil mempersiapkan segalanya, itu baru namanya nikah beneran, bukan nikah muda lagi. Targetmu ke situ.


Q: Apakah nikah muda itu baik?
A: TIDAK BAIK. Mau apapun alasannya, nikah muda nggak pernah baik. Satu, mempersiapkan fisik, mental dkk itu butuh waktu lama. Kalau belum pernah mempersiapkan itu dari kecil, atau at least belajar dulu sampai bisa paham konsep2nya, artinya belum siap. Ini baru buat dirimu sendiri, belum buat pasanganmu. Tapi at least ya, salah satu dari kalian harus sudah paham dan bisa.


Q: Nikah muda itu rasanya kaya gimana?
A: Kalau belum pernah, jangan kebanyakan mikir rasanya gimana. Fokus kepada meningkatkan dirimu sendiri saja. Sampaikan sentimen yang sama kepada pasanganmu. Samakan tujuan, kesiapan, tabungan dan lain2. Jangan kemakan orang2 yang bilang NIKAH MUDA ITU ENACC LHO atau WAH MASIH KECIL PASTI RAPET. Itu semua bullshit. Kita nggak pernah tau keadaan keluarga lain kaya apa secara faktual. Sekali lagi, fokus sama dirimu sendiri dulu.


Q: Kalau mau siap2, tapi belum pernah nyoba, enaknya mulai dari mana?
A: Mulai dari merenung dulu. Dari masalah uang, fisik, mental, psikologi, komunikasi dan gambaran masa depan, mana saja yang kira2 sudah kamu punya dan mana yang belum. Bidang yang bisa dicicil di sini adalah uang dan komunikasi, sisanya lebih baik fokus. Pertama2 fokus dulu sama hal2 yang sudah kamu punya, pertajam kesiapanmu di situ dulu baru pindah ke bidang yang lain.


Q: Kalau cuma siap fisik, mental dan uang, apakah sudah cukup untuk modal nikah?
A: Justru minimalnya bukan fisik dan uang, tapi mental dan komunikasi. Uang bisa dicari, fisik bisa kompensasi, tapi kamu akan hidup terus sama pasanganmu maka perbagus cara kalian berkomunikasi, kurangi marah karena hal2 sepele, beritahu cara kalian marah dan cara masing2 meredam amarah. Misalnya, ada orang yang marah harus meledak dan langsung reda; ada orang yang harus diem dulu beberapa saat baru berangsu2 reda. Jangan sampai kalau pas lagi proses meredam amarah malah dikompor2in.


Q: Contoh indikator berhasil dalam hal psikologi itu seperti apa?
A: (PANJANG) Indikatornya dimulai dari komunikasi dulu. Fokus komunikasi adalah kejujuran, tapi cara tahunya bagaimana? Semua dimulai dari diri sendiri. Ga usah pencitraan, ga usah banyak flexing, biasa aja menghadapi segala hal. Kalau keadaan nyaman dan rileks, orang bisa jujur dengan lebih nyaman juga. Ini butuh waktu tergantung masing2 orang.
Kemudian setelah jujur menjadi sebuah kenyamanan dan hal lumrah, baru masuk ke urusan psikologi. Di bagian ini 11 12 sama persiapan mental, tapi lebih spesifik kepada memahami diri dan kepribadian masing2 dari kalian. Dimulai dari diri sendiri dulu, misalnya "aku ga suka sama orang2 yang pamer" berarti kamu ngaca dulu kamu suka pamer apa nggak; "aku benci motor alay bodoh baik keparat" berarti ngaca dulu, kalo naik motor udah taat apa belum. Setelah hal2 kecil semacam itu, coba diagnosis mandiri apakah kamu punya semacam syndrome atau masalah psikologis formal (e.g. depresi, bipolar, ADHD, autisme) tapi jangan otomatis menganggap dirimu seperti itu dulu. Itu udah ranah psikolog profesional. Cukup tau aja, kemudian pelajari gejala psikologi tersebut dan persiapkan diri menghadapi kalau memang itu terjadi suatu saat nanti.
Nah ini yang agak susah diukur kalo sama pasangan. Pemahaman diri orang beda2, dan banyakan yang bebal daripada yang berusaha paham diri sendiri. Gapapa2, ini bisa dicicil pelan2 bahkan setelah nikah. Yang harus itu salah satu pasangan harus paham psikologi. Ini juga berkaitan langsung dengan pendiidkan anak, hubungan seks dan hubungan keluarga jangka panjang. Nanti pelan2 analisis hal2 apa yang ngetrigger kalian, dan cari tahu cara mengatasinya bareng2. Ya, bareng2, jadikan ini tujuan jangka panjang. Kalau nggak sama2 diomongin dan dilalui, kasian anak dan masa depan kalian.


Q: Terus indikator keputusan hidup bagaimana?
A: Keputusan hidup dan soft skill sebenarnya berkaitan erat. Soft skill dulu ya, jadi macam2nya adalah: naik mobil & motor manual, nukang, masak, basa inggris, belanja di pasar basah, mbengkel kecil2an (at least bisa ganti oli sama jump start pakai aki/kick start motor), jalanan kota, tempat2 makan yang sehat DAN murah (paling susah), kalau butuh apa2 harus nelpon siapa (misalnya tukang ledeng, urusan meninggal, polisi, ambulans, pak RT, bendaraha RT), dan lain2. Soft skill bisa dipelajari kapan saja dan pelan2, jadi ga usah ngoyo belajar semuanya sekaligus.
Nahh hubungannya sama keputusan hidup itu, semakin banyak soft skill kita, semakin mudah kita membuat keputusan hidup. Tiap ada masalah pasti ada derajat prioritasnya. Sesuai dengan soft skill yang kita punya, kita bisa mengutamakan mana dulu masalah yang bisa diselesaikan dan mana yang butuh bantuan orang lain. Dengan begini, hidup akan lebih santai tapi pasti.


Q: Kalau udah berhasil semua, dan asumsi udah siap nikah, bagaimana cara melamar pasangan?
A: Ya jangan tanya saya


Q: Kalau gitu Gambaran Masa Depan itu apa?
A: Gambaran masa depan adalah gabungan dari semua indikator lainnya, yang disatukan menjadi visi dan misi keluarga. Ini sebenarnya optional, tapi sangat penting. Sekarang coba saya minta kalian tanya orang tua kalian, "pak buk visi misi keluarga kita apa sih?". Saya bisa yakin 9 dari 10 keluarga nggak bisa langsung menjawabnya.
Nah visi dan misi keluarga itu penting untuk menetapkan tahapan2 dan jenjang2 apa saja yang perlu dilewati keluarga dalam jangka pende, menengah dan panjang. Ini butuh penjelasan spesifik per keluarga karena nggak ada visi misi yang general.


KATEGORI B: SPESIFIK
Q: Pak pacarku(F) baru lulus SMA, aku(M) udah 28 tahun. Boleh nggak aku menikahinya?
A: coba telpon 110 dulu


Q: Pacar saya(M) udah kebelet nikah pak, tapi dia cuma buruh pabrik sedangkan saya(F) masih mahasiswi. Kami udah pacaran 3 tahun.
A: Selama ini sering berantem ga? Sering kangen2an ga jelas ga? Frekuensi ngomongin nikah kaya gimana, dan apa alesan dia ngajak nikah? Definisi "kebelet" di sini bisa dikategorikan menjadi kebelet nikah apa kebelet baik halal. Coba cari tahu dulu.


Q: Teman saya (M & F) menikah muda persis setelah lulus SMA, dan 3 tahun kemudian bercerai. Cowoknya nggak mau kerja dan ceweknya selingkuh sama orang kaya, padahal mereka udah pacaran sejak SMP. Biar nggak kaya gini, saya harus gimana pak?
A: Nah dinamika orang nikah memang berbeda sama waktu pacaran. Pacaran biasanya diisi pencitraan kan, apalagi 2 orang itu ga ada yang kerja jadi sebelum nikah masih bener2 bergantung sama keluarga masing2. Cara mengatasinya gampang, fokus aja dulu sama bidang komunikasi dan mental.


Q(?): Saya iri sama temen pak. Saya(F) udah pacaran 5 tahun lebih tapi mereka baru kenal 3 bulan langsung nikah dan bahagia banget di sosmednya, jalan2, liburan... Sedangkan pacarku disuruh nikah katanya mau fokus kerja dulu.
A: Coba dipikir deh, kamu iri sama jalan2nya, apa sama sosmednya, apa sama nikahnya? Kalo iri jalan2, kamu juga bisa. Iri sama sosmed, semua sosmed itu ajang pencitraan, kalau mau cari bahan iri ga bakal ada habisnya. Kalo iri sama nikahnya, ya perbaiki coba caramu komunikasi sama pacarmu. Daripada bilang "maasss buruan nikahin akuu cepeeet ga kuat ini rahimku selak kering", coba bilangnya begini "mas, sebenarnya yang bikin kamu belum mau nikah apa sih? Kalau fokus kerjaan, ada apa dengan kerjaanmu sampai gabisa disambi nikah? Kan habis nikah bisa lanjut kerjanya. Gimana mas, coba cerita2 sini kendalanya yuk". Dan ada hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi, yaitu kepentingan bersama. Jangan fokus sama iri dengan orang lain, fokus sama apa yang kalian butuhkan aja.


Q: Pak aku(M) naksir sama temenku(F), tapi dia tipe ukti yang luar biasa ukhtinya. Dalam hal kecantikan, kecerdasan, dan pandangan hidup. Tapi aku cuma orang biasa yang nggak level, gimana caranya biar aku bisa nikah sama dia?
A: Dalam hal mencintai, nggak ada namanya level2an. Cinta ya cinta aja, rasakan sensasinya, pahami cintanya seperti apa, utarakan bila perlu. Di sini karena lawanmu ukhti, dah yakin belum dia mau pacaran apa nggak?
Q: Nggak mau pacaran pak, dosa katanya
A: OK, ya kalau begitu langsung bilang aja "mbak, mohon maaf tapi saya serius ingin menimangmu. Boleh saya kenalan pelan2, atau boleh saya bertemu orang tua mbak?"
Q: Lho kok ketemu ortunya pak?
A: Asumsi saya karena tipe ukti gamau pacaran, artinya pakainya sistem taaruf. Di sini kalau kamu beneran dan serius, ya ketemu orang tuanya. Ngobrol sama mereka. Persiapkan diri dengan baik (mental, komunikasi, soft skill, pandangan hidup). Nggak udah pencitraan bilang kamu manajer atau CEO, bilang aja apa adanya. Nanti penilaian selanjutnya bisa saya kasih seelah kamu ketemu ortunya
Q (bbrp minggu kemudian): pak saya sudah ketemu bapaknya. Bapaknya menanggapi dengan kurang bagus, pak. Katanya anaknya lebih baik lulus kuliahnya dulu, dan saya jujur bilang saya cuma ojol dan bapaknya ga suka karena ojol itu riba.
A: Masih mau lanjut apa nyerah? Ngomong apa aja pas ketemu bapaknya? Ibunya ke mana? Pas di rumah, si cewek itu ada di mana?
Q: Lanjut pak. Saya beneran jatuh cinta sama si mbak itu. Ibunya sudah MD sejak lama. Si mbak nggak ada, katanya lagi ngaji di kamar.
A: OK, ngomongin apa lagi?
Q: Bapaknya lebih suka orang kantoran, terus anaknya udah dijodohin dan nunggu jodohnya pulang dari mesir. Saya tanya, dia kenal jodohnya apa enggak, katanya bukan urusan saya. Udah begitu saja pak.
A: OK, well done. Kamu berani sampai di situ berarti kamu memang niat. Jadi ada 2 pilihan. Yang pertama tanya ceweknya langsung tentang calon jodohnya, kemudian kalau memang ceweknya ga kenal/ga setuju, pertahankan keinginanmu menikahinya. Tapi di sini kamu harus belajar urusan riba dan berani ngajak bapaknya debat logika x agama.
Pilihan kedua adalah... jujur aja ya, bapaknya keliatan sangat mengontrol si cewek itu. Menurut saya kalau kamu ngebet menikahinya dan kejadian, ya siap2 aja kalau hidupmu bakal dikontrol sama mertua. Di sisi ini, komunikasimu dnegan si cewek udah harus bagus dan sejalan buat ngelawan kekangan mertua. Ini bisa butuh bertahun2 melihat kondisinya kaya gitu, belum lagi bidang kesiapan yang lain yang belum kamu tau kan.
(spoiler: pada akhirnya dia berhasil dan mereka udah tunangan sekarang)


Q: Pak saya(M) nikah karena dijodohkan sama guru saya. Istri saya sebenarnya saya tahu tapi dulu belum kenal, dia adik kelas saya di SMA. Waktu taaruf juga dia pakai cadar dan nggak pernah berbicara banyak. Setelah menikah saya benar2 kecewa karena baik dia sangat rata, pak. Saya suka yang dadanya besar. Kekecewaan saya berpengaruh sama kehidupan seks dan suka marah2 sendiri. Ini gimana terusan, pak?
A: ...ya mau gimana lagi, kamu dari awal ga bilang kalau sukanya jilboob toge. Kaya saya dong, meski tertutup cadar saya tetap bisa lihat.


Q: Pak saya(tua, 36 tahun) suka daun muda tapi kelas2 lulusan mahasiswi jadi nggak perlu panggil polisi. Kira2 masyarakat melihat saya nanti bagaimana ya?
A: Ya ga usah mikirin masyarakat. Lulusan S1 kan udah dewasa, 21 tahunan. Nikah ya nikah aja. Tapi RPnya banyak lho pak, inget meski bapak sudah tua tapi bidang2 kesiapan nikah udah siap semua belum? Terus siap nggak ngajarin calone bapak buat itu semua? Jangan cuma nikahin daun muda biar jadi ratu aja, ajari juga buat ngadepin hidup sama2.



Q: Pak istri saya kalau marah selalu ngancem2 mau cerai kemudian balik ke rumah orang tuanya beberapa hari, ninggal saya sama anak. Mentang2 saya cuma tukang bangunan, dikira saya bisa asal libur saja, akhirnya anak sering saya bawa ke lokasi dan diasuh mbak resepsionis. Udah berkali2 kejadian dan saya lama2 muak pak. Baiknya bagaiamana?

A: Ini agak rumit karena yang perlu mengupayakan sesuatu di sini bukan hanya bapak, tapi terutama istri bapak. Jadi selain bapak harus berusaha meyakinkan istri, si istri juga harus memperbaiki cara dia marah. Mungkin dia anak manja yang dikit2 selalu lapor ortu kan, berarti ada masalah psikologis (spot on btw). Dia pasti bakal ngeyel kalo disuruh pergi ke psikolog (tepat). Cara terbaik adalah ngajak ngomong saat bedtalk, atau persis setelah momen bahagia misalnya jalan2. Jangan langsung nembak, awali kata2 dengan "say, sebenarnya aku pengen ngomongin tentang caramu marah. Bisa nggak kita omongin sekarang?". Kalau dia menolak, jangan menyerah, bujuk berkali2 kalau perlu. Ingatlah perjuangan kecil ini dilakukan demi masa depan keluarga kalian dan anak2 kalian.



SUMBER TAUTAN:
https://www.reddit.com/r/indonesia/c...aq_nikah_muda/


Diubah oleh informan.forum 25-09-2020 14:12
ryammaryamAvatar border
delia.adelAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
906
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.