Hallo agan-agan dan sista-sista....
Sebelum mulai cerita, kenalan dulu boleh yaah hehehe.
Kenalin, aku Anna, pengguna baru di Kaskus, dan thread yang nanti Anna posting adalah thread pertama Anna. Jadi mohon maaf ya kalau nanti agak berantakan, karena Anna juga masih belajar
Anna spoiler dikit yaah hehehe...
Thread yang mau Anna share ini cerita fiksi yah, semua murni khayalan Anna aja. Bukan khayalan sih, sebenarnya Anna dapat inspirasi ini dari mimpi. Jadi kalau ada kesamaan nama, latar, tempat, dan lain-lain, atau mungkin agak menyinggung Anna mohon maaf ya, karena Anna nggak bermaksud demikian.
Thread ini menceritakan tentang Silvana yang hobi baca thread di Twitter. Suatu hari, Silvana nemu thread aneh yang ceritanya cukup seru, tapi thread itu langsung hilang tepat setelah dia baca.
Suatu hari, Silvana mendapat ajakan
open trip ke Pulau Bening. Karena butuh liburan, Silvana pun tertarik untuk ikut. Tapi siapa sangka, ternyata thread yang dia baca beberapa waktu lalu itu ternyata firasat?
Satu lagi, 'The Thread' adalah cerita thriller pertama yang aku tulis. Kalau agan dan sista ada kritik dan saran, silakan yaa. Supaya Anna bisa menulis lebih baik. Tapi kritiknya yang membangun yaa
Cerita ini juga udah aku post di blog pribadi aku, dan udah selesai. Ini link-nya ya agan dan sista: https://catatanceritaannaonymus.blogspot.com/
Silakan mampir ^ ^
Sama seperti kaskus, aku juga baru belajar ngeblog ehehehe. Jadi maaf yah kalau masih berantakan
Allright then, happy reading!
Quote:
The Thread (Chapter 1)
"Mean adalah nilai rata-rata dari beberapa buah data. Nilai mean dapat ditentukan dengan membagi jumlah data dengan banyaknya data."
Sambil terus menerangkan, Bu Yasmin mulai mencoret-coret papan tulis dengan angka, rumus, dan tabel yang membuat Silvana alergi melihatnya. Matanya terasa berat menatap papan tulis. Bukan karena mengantuk, ia hanya bosan dan pusing memperhatikan mata kuliah Statistika yang sama sekali tidak ia mengerti. Malas juga mengikutinya. Toh sebagus apapun dosen menerangkan, tetap saja otak Silvana terlalu cetek untuk memahami hitung-hitungan. Bahkan lebih parahnya lagi, Silvana alergi angka. Untunglah mata kuliah Statistika hanya ada di semester ini. Ingin rasanya cepat-cepat ujian semester, supaya tidak perlu lagi belajar Statistika atau apapun yang mengharuskannya menghitung.
Silvana mengeluarkan ponselnya dan mulai membuka Twitter. Tidak ada yang memedulikannya. Bu Yasmin masih sibuk menerangkan, sedangkan teman-temannya fokus memperhatikan. Seperti biasa, Silvana membuka akun Twitter @creepystory yang menjadi favoritnya. Namun tampaknya admin akun ini belum posting apa-apa lagi sejak dua minggu lalu. Silvana melenguh. Akhirnya, ia men-scroll beranda, mencari-cari cerita horor atau creepypasta yang cukup seru. Paling tidak seseru cerita di akun @creepystory favoritnya.
Sudah hampir setahun Silvana menjadi pecandu Twitter. Masih ingat dengan cerita KKN di Desa Penari? Itulah awal mula Silvana menjadi gila twitter. Bukan untuk memposting, berkomentar, ataupun mencari teman di media sosial tersebut. Melainkan hanya demi membaca utas horor yang ternyata seru juga. Ia bahkan mulai meninggalkan hobi membaca novelnya karena merasa utas di Twitter lebih seru daripada novel.
Silvana berhenti men-scroll saat menemukan satu utas yang dari judulnya tampak seru, "KKN Berujung Petaka". Ia selalu menyukai utas horor bertemakan KKN, pendakian gunung, apalagi yang berbau sejarah. Ia membuka utas itu dan membacanya. Tak lama kemudian, ia pun larut dalam cerita. Kebosanannya mulai hilang dan penjelasan dosen sedikit demi sedikit terasa menjauh.
"Sil! Ayo ke kantin," ujar Tyas seraya menyenggol lengan Silvana.
Silvana terkejut hingga hampir melonjak dari bangkunya. Senggolan ringan Tyas menarik pikirannya yang sudah terlalu terbawa dalam utas yang dibacanya dan mengembalikannya kembali ke dunia nyata. "Udah kelar kuliahnya?"
Tyas ngiyem. "Dosennya aja udah keluar."
Silvana segera membereskan meja dan menenteng tasnya. Seperti biasa, kantin mulai dipenuhi para mahasiswa yang jajan atau sekadar ikut nongkrong. Silvana dan Tyas duduk di bangku kantin yang masih tersisa. Begitu duduk, Silvana langsung membuka ponselnya untuk melanjutkan utas yang sudah dibacanya. Ceritanya semakin seru menjelang akhir cerita.
"Lo mau beli apa?"
"Bubur ayam ya, sama es teh."
Tyas yang untungnya peka, melangkah ke jejeran penjual makanan untuk memesankan makanan Silvana dan untuk dirinya sendiri. Setelahnya, ia kembali duduk di meja kantin dan menunggu pesanan mereka diantar. Sedangkan Silvana masih asyik dengan utas yang dibacanya.
"Akhirnya selesai juga!" gumam Silvana seraya menutup aplikasi Twitter dan kembali memasukkan ponsel ke dalam tasnya.
Tyas tertawa kecil. "Seru banget baca thread. Sampai-sampai dianggurin bubur ayamnya," tegurnya seraya menyedot jus jambunya.
Silvana menoleh dan baru menyadari ada mangkuk bubur ayam di sampingnya. Sementara makanan Tyas sendiri sudah hampir habis. Sebagian besar kerupuknya sudah tidak renyah lagi karena terendam kuah. Untung Silvana termasuk tim bubur diaduk, sehingga ia tidak masalah dengan hal itu. "Ah, lo bukannya bilang." Ia menyeret mangkuk buburnya mendekat dan mulai menyantap. Silvana baru sadar ia menahan lapar gara-gara keasyikan membaca utas.
"Lo aja kebangetan. Masa tukang bubur naruh mangkuk, lo nggak nyadar." Sebenarnya Tyas memang sengaja tidak memberitahu Silvana. Iseng saja. "Emang lo baca thread apa?"
"Thread 'KKN Berujung Petaka'."
"@creepystory?" Kebetulan Tyas juga suka membaca utas Twitter sama seperti Silvana. Hanya saja masih dalam taraf normal.
"Bukan. Hmm lupa gue nama akunnya. Agak susah gitu," Silvana mencoba mengingat-ingat seraya menyantap makan siangnya. "Apa ya tadi namanya?" gumamnya.
"Ya udah, share ke gue dong. Penasaran gue," pinta Tyas.
"Oke." Silvana memasukkan satu suap bubur ayam ke dalam mulutnya dan mengambil lagi ponselnya, lalu membuka aplikasi Twitter. Namun sampai beberapa saat menunggu, aplikasi itu tak kunjung terbuka. "Lemot amat sih?"
Silvana mencoba membuka sekali lagi, namun gagal lagi. Kemudian ia pun menyadari ternyata ponselnya tidak mendapat sinyal. "Yaah, hilang sinyal. Pantesan nggak kebuka-buka!"
"Yaah... provider lo kentang sih!"
"Enak aja," tukas Silvana. "Coba gue restart."
Setelah di-restart, Silvana kembali mendapat sinyal. Ia menunggu dengan tak sabaran hingga ponselnya siap digunakan dan kembali membuka aplikasi Twitter. Utas yang dibacanya begitu seru dan ia ingin sekali membagikan keseruan itu dengan Tyas.
"Mana? Udah lo share belum?" tanya Tyas. Melihat serunya Silvana membaca utas tersebut dan antusiasnya saat bercerita, ia jadi penasaran dan ingin ikut membacanya.
"Bentar deh, mana ya?" gumam Silvana sambil terus menggeser layar ponselnya. Ia belum menemukan utas yang dibacanya. Seingat Silvana, utas itu memang belum lama diposting, hanya selang dua jam sebelum Silvana membacanya. Tapi saat ia menggeser sampai tweet tiga jam yang lalu, utas itu belum ketemu juga.
"Emang lo nggak like?"
"Udah gue like, Yas." Kebiasaan Silvana untuk menandai utas bacaannya adalah dengan menyukai bagian demi bagian utas tersebut. Selain itu, ia juga me-retweet bagian pertama.
"Kok bisa nggak ada?" Tyas jadi penasaran.
Silvana mengangkat bahu. "Nih, coba deh lo buka profil gue," Silvana menyerahkan ponselnya pada Tyas.
Tyas membuka ponsel Silvana dan me-refresh. Namun nihil. Tweet terakhir yang disukai Silvana adalah tweet kemarin. Sama sekali tidak ada tweet hari ini pada bagian disukai. Aneh sekali.
"Ya udahlah, mungkin yang nge-tweet lagi galau kali. Habis posting dihapus lagi," gumamnya pasrah. "Yuk balik, lima menit lagi kelas."
***