EmakduyuAvatar border
TS
Emakduyu
Sabuk kebal part 3

Sungguh aku sangat merinding, tatapan itu penuh ambisi. Mulut tak berhenti beristighfar dan bersholawat hanya pertolongan Allah yang bisa menyelamatkanku.

Ternyata firasat ini tak salah, dia merogoh saku pada jaket kulit hitamnya. Betapa terkejutnya diriku, ya Allah itu sebilah pisau tajam.

Aku mulai berjalan mundur, dengan keringat mulai bercucuran. Pada saat ini yang aku fikirkan cuman anak semata wayangku akbar. Bagaimana nasibnya jika tumbuh tanpa kasih sayang ibunya.

Lelaki itu semakin cepat berjalan ke arahku dengan pisau ditangan kanannya. Mulutnya mringis bola matanya masih sama menatap tajam ke arahku kali ini lebih menakutkan.

" mau pergi kemana kamu sayang? kemarilah, pisau ini hanya akan melukaimu jika kamu tak melakukan yang aku perintahkan." kata lelaki itu dengan tangan kiri yang mencoba membuka paksa kerudungku.

" tolong jangan lakukan itu, aku yakin bapak orang baik yang masih punya nurani. Ambillah uangku ini, atau hp atau perhiasan ini... To..to..long ...... kasihini aku pakk....." kataku terbata dengan netra memerah penuh air mata

" isss..aku tak membutuhkan ini. Lihatlah kamu, wajahmu memikatku. Ayolaah..memadu kasih denganku setelah itu kamu boleh pergi. Bukankah itu hal yang indah? Kita bisa sama-sama saling menikmati. Jangan sok suci sayangku" kata lelaki itu dengan jarak kepalanya yang hanya berjarak 1 cm saja, merabah muka ku dengan pisaunya sambil mengendus bau tubuhku. Pria itu menikmati aroma tubuhku. Sungguh aku sangat jijik melihatnya.

" cuuiiih..kamu sungguh lelaki kurang ajar. Bunuhlah aku saja daripada aku harus memberikan tubuhku pada orang selain suamiku." kataku dengan meludahi mukanya, sungguh aku sudah sangat muak melihat lelaki itu.

" berani juga ya kamu, namun itu justru membuatku semakin ingin menikmatimu."

Plaaaaaakkk
Aku menamparnya keras menendang tepat pada kemaluannya dengan segenap sisa kekuatan pada kaki ku. Aku lari sekencangnya.

" seharusnya tadi ku bunuh saya kau" lelaki itu berteriak lantang.

Aku terus berlari menjauh sambil berteriak sekencangnya meminta tolong kepada siapapun. Aku berharap Allah menolongku, semoga saja ada seseorang yang melewati perkebunan ini.

Dengan sisa-sisa tenaga aku berlari walau sejujurnya aku sudah sangat letih.

" mau kemana lagi kamu? Sebenarnya aku hanya ingin mencicipi tubuhmu namun karna kamu bikin aku kesal, jadi aku akan menghabisimu saja baru aku akan menidurimu. "
Lelaki itu tiba-tiba sudah di depanku bergerak ke depan ke arahku dengan pisau yang siap menusuk dadaku. Sungguh aku pasrah jika harus mati terbunuh, ini akan membuatku bangga karna aku bisa menjaga kehormatanku.

"Aahhhhhhhhhhhhhgggg....." spontan mulutku berteriak kencang dengan menutup mataku, hatiku bersholawat dengan muka yang ku tutup dengan kedua telapak tangan.

Saat lelaki itu menancapkan pisau pada perutku sungguh aku tak merasakan apapun. Yang aku pikirkan apa aku sekarang sudah mati dan berada di alam lain.

Berkali-kali lelaki itu menusukku sampai akhirnya pisau itu terpental dan patah, hingga akhirnya lelaki itu panik dan ketakutan sendiri kemudian pergi menjauh dan menyalakan motor meticnya itu.

Seketika aku lemas dan kakiku sudah tak mampu menompang tubuhku lagi, aku menangis sejadi-jadinya. Sungguh Allah selalu memberikan pertolongan pada saat yang tepat. Aku menjatuhkan tubuh ini di tanah. Seketika aku mulai bertanya-tanya antara perasaan syukur dan penasaran mengapa pisau itu tak bisa menembus tubuhku?? Apa yang terjadi??

Sontak seketika mata ini ini tertuju pada benda putih yang terkait pada tas selepangku. Aku baru menyadari kalau itu sabuk kebal dari bapak pengemis tadi.

"Apa mungkin karena sabuk ini? Ah ini hanya benda mati, astaghfirullah jauhkan hamba dari perbuatan syirik ini gusti"

Dengan sisa tenaga yang ada aku segera bangkit berdiri dengan mata yang berkaca-kaca, serta bibir yang tak henti-hentinya mengucapkan hamdallah.

Syukurlah setelah sampai di jalan raya, ada mobil yang melintas dan menawarkan tumpangan. Mobil sejuta umat berwarna hitam itu milik sepasang suami istri yang baru saja mengunjungi orangtuanya yang tinggal di dekat daerah perkebunan ini.

Mereka heran mengapa aku sendiri di perkebunan yang sepi dengan busana lusuh serta jilbab yang berantakan. Seketika air mata ku tumpah, ku ceritakan semua yang terjadi. Alhamdulillah mereka sungguh baik hati bahkan setelah itu aku ditawari tumpangan sampai depan rumah.

" Ya Allah mbak.. sebagai wanita saya tahu bagaimana sedih mbaknya, tapi alhamdulillah mbak dilindungi Allah." Kata mbak yuli

" iya mbak lain kali hati-hati mbak, jangan mudah percaya sama orang. Dan kalau bisa jangan sendiri. Jika suami mbak kerja bisa ngajak teman atau sodara." Timbal pak rudi

Setelah 20 menit perjalanan, mobil yang ku tumpangi melewati jalan dimana aku bertemu dengan pengemis tadi. Mata ku terjaga, menyisir setiap sudut jalan berharap bertemu lagi. Tapi mata ini tak menemukan sosok pengemis tadi.

" mbak, rumah saya setelah ini ada gapura batik warna coklat nanti masuk gang, sekitar 500meteran dari jalan raya. Nanti mampir ya."

" insyaallah mba, terima kasih."

Setelah beberapa menit berlalu

" itu mas rumah saya pagar putih kanan jalan."

" ngih mba."

Aku turun dari mobil di ikutin dengan mbak yuli dan mas rudi.

" mbak rumahnya kok sepi?." Tanya mbak yuli

" iya mba putraku tadi sejak pagi dolan di rumah eyangnya. Rumahnya di kecamatan sini. Biasanya ntar habis maghrib kadang besoknya baru diatar pulang. Maklum mba di sana banyak temannya jadi krasan.
Mbak..mas..mampir yuuk kita ngeteh bentar" Kataku

" haturnuwun mba tapi saya langsung aja" kata mbak yuli

" ini loh mbak udah surup, kata alhmarhumah mbah saya dulu surup itu waktu yang tak bagus untuk berpergian."

" iya mbak, tapi mungkin kami akan singgah di masjid yang di dekat sini saja untuk sholat dan langsung pulang."

" ngihpun hati-hati mbak..mas..lain kali jika lewat sini lagi mampir ya.."

" ngih mbak suwun..monggo pareng assalamualaikum."

" waalaikumsalam."

Setelah mobil berlalu, aku segera masuk dan membersihkan badan. Aku harus merahasiakan ini termasuk dengan suamiku serta ibu bapakku. Semua akan aku ceritakan saat aku sudah siap, untuk sekarang aku takut mereka kuatir.

Setelah adzan maghrib berkumandang, bergegas ku wudhu dan sholat. Aku berdoa dan menangis sejadi-jadinya, memohon ampun dan bersyukur kepada Allah.

Saat hendak melepas mukenah aku teringat dengan sabuk itu. Kulepas ikatan sabuk itu pada tas slempanv hitamku lalu ku duduk di atas sajadah tempat tadi ku bersujud kepada sang kuasa. Memandangi serius sabuknya dengan mukenah yang masih ku pakai.

" ya Allah..jauhkan aku dari sifat syirik. Aku ingin bertemu pengemis itu lagi.
Tapi bagaimana caranya gusti! Sedangkan aku tak tahu dimana alamatnya! Aku ingin berterima kasih da mengembalikan sabuk ini. Apa mungkin besok saja ya aku akan coba ketempat dimana aku bertemu pengemis itu!"

Tiba-tiba mataku mengantuk, benar-benar tak bisa ku tahan. Sungguh aku mata ini sangat berat untuk aku buka seperti ada lem yang sangat lengket.

Samar-samar mata ini mulai bisa ku buka namun anehnya aku sudah tak di kamarku lagi. Aku seperti disebuah taman istana, duduk di samping pengemis itu.

" dimana aku?"

♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡♡

Hayoo ada yang tahu dimana ira sekarang?? Dan apa yang terjadi selanjutnya??
Akankah sabuknya akan dia ambil kembali??

Jangan lupa ya ikutin cerita selanjutnya (end episode)..
Mohon cendolnya ya biar kita semua semangat baca dan nulisnya.

Jangan lupa pake masker, jaga jarak dan cuci tangan ya.. semoga kita semua sehat selalu.aamiin
Salam syayankkk dari bumi arema😍

sugar.dessertAvatar border
MFriza85Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 8 lainnya memberi reputasi
9
867
10
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.