dina.rositaAvatar border
TS
dina.rosita
Kasus Ingin Bunuh Diri Semakin Menjadi Di Tengah Pandemi
Benarkah Pandemi Memicu Anak Untuk Bunuh Diri?


Ditulis oleh: Dina Rosita


Malam ini, saya kembali menerima chat WhatsApp dari seseorang yang menyatakan depresi berat hingga ingin bunuh diri.
Miris rasanya saat kita berjuang untuk hidup tapi di belahan bumi lain seseorang ada yang kehilangan harapannya untuk tetap hidup. Bahkan, kehilangan asa untuk bermimpi.

Haruskah kita diam saja dan menutup mata?

Sementara diri terus bertanya ke mana ayah dan ibunya hingga mereka tak tahu bahwa anaknya sedang tidak baik-baik saja.

Rumah yang sederhana bahkan rumah mewah pun mengapa selalu ada sekat tebal yang memisahkan hubungan emosi orang tua dan anaknya?

Apakah pandemi yang terjadi selama beberapa bulan di negeri ini bisa disebut sebagai pemicunya?

Di mana anak-anak diharuskan di rumah. Para pekerja banyak yang terkena imbas hingga terpaksa berhenti bekerja akibat PHK besar-besaran.

Rakyat sipil jadi korbannya. Hidup yang susah semakin susah. Meski tak sekolah tapi SPP bulanan wajib disetorkan ke pihak sekolah baik dari TK, sekolah Swasta bahkan sampai Mahasiswa.


Kuota yang konon dijanjikan akan diberikan secara cuma-cuma entah ke mana kabarnya. Sampai detik ini, hilang tanpa jejak.

Lalu, wajarkah bila putra-putri kita yang jadi korban akibat pandemi ini?

Untukmu yang disebut sebagai orang tua, jangan bilang keadaan rumahmu baik-baik saja bila kau tak pernah peduli akan kondisi anakmu.

Sebagai orang tua, jangan asik sendiri dengan duniamu. Urus, perhatikan, dan didiklah anakmu, sampai anakmu tahu bahwa kalian memang benar-benar menyayanginya dan menganggapnya ada.

.

Berikut saya sertakan screenshot percakapan dengan anak tersebut.



Sudah sepatutnya pemerintah memperhatikan kondisi anak-anak secara mental. Haruskah anak sebagai generasi bangsa ini yang jadi korban?
Haruskah kita tetap tutup mata dengan kasus bunuh diri yang semakin tinggi?

Bila begitu, bagaimana peran lingkungan setingkat RT, RW bahkan kelurahan serta para petinggi negeri ini untuk mengatasinya?

Apakah kita harus menunggu dulu anak kandung kita sendiri yang menjadi korban?

Atau kita menunggu generasi kita ini habis atau mengalami kemunduran dengan psikis yang terguncang?


Setidaknya, mulai sekarang, perhatikan anakmu, berhenti bersikap tak peduli dan seolah semua baik-baik saja sementara anakmu di kamarnya menjerit meminta tolong. Jangan tunggu sampai anakmu
meledakkan bom waktunya padamu.


Tanyakan bagaimana kabarnya.

Tanyakan apa ada sesak di hatinya yang sulit ia ungkap?

Jangan sampai ada kasus yang terulang lagi, anak bunuh ayah atau ibu kandungnya sendiri hanya karena mereka kecewa dengan perlakuan serta caranya dididik.

Gadget sebagai benda yang tak bisa dipisahkan dari anak pun bisa menjadi pemicu hancurnya hubungan emosi antara orang tua dan anak.


So, masih tetapkah kita tak peduli dan asyik sendiri?


Opini pribadi. Foto milik pribadi.
Diubah oleh dina.rosita 14-09-2020 13:48
Lalalalala000Avatar border
kudanil.laAvatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.4K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Wedding & Family
Wedding & Family
icon
8.8KThread9.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.