serbaserbi.com
TS
serbaserbi.com
Yakin, Ente Poligami Karena Sunnah?
🌏🌏🌏

Hai Agan dan Sista!

🌏🌏🌏




Dewasa ini obrolan tentang poligami kian menghangat. Kelompok pembenci dan duta-duta penolak poligami bertebaran di mana-mana. Akan tetapi, perwakilan pendukung poligami kian hari juga kian bertambah. Sehingga tak jarang, debat pro dan kontra dari kedua kubu ini sering terjadi dan memanas.

Menurut pandangan saya, ada yang salah dengan sunnah poligami masa kini. Di mana para pelakunya melakukan poligami tanpa dasar.

Tanpa dasar bagaimana?

Ya, tanpa ilmu dan pengetahuan! Tanpa berkaca bagaimana jalannya poligami ala Rasulullah dahulu. Sebab, jika kita berbicara dalam konteks poligami itu sunnah, maka sangat dianjurkan untuk melihat poligaminya Rasulullah.

Pertama, Rasulullah berpoligami dalam tujuan kelancaran dakwah.

Yup! Ini tujuan utamanya. Dakwah. Coba kita lihat, berapa banyak hadis-hadis atau kebiasaan Nabi yang kemudian diriwayatkan oleh para istri Nabi ini?

Semenjak Rasulullah wafat, kepada istri-istri Rasulullah inilah umat-umat bertanya perkara ini dan itu. Sebab, para Ummul Mukminin inilah yang tahu bagaimana kebiasaan Nabi semasa hidupnya.

Kedua, Rasulullah menikah lagi setelah istri pertamanya wafat.

Hei, jangan kira Rasulullah berpoligami ketika Siti Khadijah radiallahu'anha masih hidup. Sebab, Rasulullah amat mencintai dan menyayangi istri pertamanya ini.

25 tahun berumah tangga, Siti Khadijah akhirnya wafat. Berbarengan dengan wafatnya Abu Thalib, pamannya Rasulullah. Di mana, kepergian dua orang terkasih ini membuat Rasulullah galau dan bermuram hati. Bahkan dalam suatu riwayat, tangisan Rasulullah sampai mengguncang Arsy.

Hal inilah kemudian yang membuat Allah Subhanahu Wa Ta'ala menghibur Rasulullah dengan mengutus Jibril menjemput Rasulullah untuk melakukan perjalanan Israj dan Miraj.

Nah, dalam konteks ini Rasulullah amat mencintai istrinya. Bahkan setelah itu ia tidak menikah lagi, hingga sampai di mana Khaulah binti Hakim Al-Auqash menyarankan beliau untuk menikah lagi. Waktu itu, Khaulah menyarankan agar Rasulullah menikahi Aisyah bint Abu Bakr (dari kalangan gadis) dan Saudah bint Zam'ah (dari kalangan janda).

Akhirnya, terlebih dahulu Rasulullah menikah dengan Sayyidah Saudah, tersebab beliau ini beserta mantan suaminya yang syahid di medan perang, termasuk dalam golongan orang-orang pertama yang masuk Islam. Sejauh ini pun, tak ada pula riwayat yang mengatakan bahwa Saudah adalah janda cantik dan kaya raya.

Tujuan Rasulullah menikahi Sayyidah Saudah pun terlebih utama adalah untuk mengangkat derajat dan melindunginya.

Selain Sayyidah Aisyah, istri Rasulullah adalah janda



Riwayat menyebutkan, bahwa Rasulullah berpoligami bukan untuk tujuan syahwat, apalagi untuk menumpuk istri muda. Melainkan ada tujuan dakwah dan silaturahmi yang mulia yang ia emban. Itulah sebabnya Rasulullah tak menikahi janda atau gadis cantik yang kaya, melainkan janda-janda yang tidak muda dan suaminya pun gugur di medan perang. Bahkan di antaranya ada yang anaknya sudah banyak.

Sebut saja Ummu Salamah, yang di pernikahan sebelumnya dengan Abu Salamah ia sudah memiliki banyak anak. Akan tetapi, Rasulullah tetap menikahi wanita mulia ini karena Abu Salamah wafat akibat luka setelah perang Uhud. Sempat ditolak, tapi akhirnya diterima oleh Ummu Salamah, sebab Rasulullah ingin anak-anak Ummu Salamah dirawat dalam pengawasannya.

Ada pula Ummu Zainab binti Khuzaimah. Beliau adalah janda tua dan miskin. Suaminya Ubaidah bin Harist syahid di perang Badar. Zainab juga tidak cantik, tetapi Rasulullah memilih menikahinya karena kebaikan wanita mulia ini. Beliau terkenal gemar menolong orang-orang miskin, sehingga Ummu Zainab dikenal sebagai Ummu Masakin (ibunya orang miskin).

Rasulullah berpoligami demi memperkuat hubungan antar kabilah.

Seperti halnya pernikahan Rasulullah dengan Sayyidah Aisyah dan Hafsah Bint Umar. Keduanya dinikahi bukan karena jatuh cinta seperti di novel-novel. Melainkan demi Mempererat hubungan silaturahmi antara beliau dengan kedua sahabatnya Abu Bakar dan Umar bin Khatab.

***

Mungkin itu sedikit tentang kisah pernikahan poligami Rasulullah, yang mana di baliknya ada tujuan mulia demi keberlangsungan Islam.

Pernikahannya dengan para janda yang suaminya meninggal setelah perang, sebagai isyarat bahwa wanita yang janda karena suaminya syahid tidak akan diterlantarkan. Sebab, para laki-laki muslim yang lain akan menikahi, menjaga, dan mengangkat derajatnya seperti yang Rasulullah lakukan.



Cinta? Hampir semuanya dinikahi bukan karena Rasulullah tiba-tiba jatuh cinta pada pandangan pertama. Melainkan karena tujuan-tujuan mulia. Perkara cinta, ia tumbuh setelah pernikahan berjalan beberapa lama.

Bahkan kepada Sayyidah Aisyah yang dinikahi ketika usia 6 tahun dan sebagian riwayat menyatakan 7 dan 9 tahun, Rasulullah menikahinya semata-mata karena beliau bermimpi Jibril tiga kali datang datang padanya dan membawa lukisan yang terlukis wajah Sayyidah Aisyah, juga karena saran dari Khaulah.

Bahkan Umar bin Khatab pernah berkata kepada Hafsah ketika putrinya itu pernah berkonflik dengan Rasulullah, "Aku peringatkan, jika bukan karena engkau adalah putriku, maka Rasulullah sudah menceraikanmu!"

Namun, biarpun begitu, Rasulullah selalu memperlakukan istrinya dengan baik dan terhormat.

***



Kembali ke konteks poligami di masa kini. Di mana poligami dilakukan semata-mata untuk melepas syahwat, tetapi berkedok sunnah.

Tak ada lagi poligami sunnah itu terlihat sekarang. Mungkin, dari 10 yang berpoligami, hanya 1 yang niatnya murni karena sunnah. Sementara sisanya hanyalah demi nafsu semata. Menumpuk para istri muda nan cantik dan rupawan. Baik dari kalangan gadis atau janda.

Mungkin akan ada yang keberatan dengan statement saya ini.

Kalau begitu, coba saya tanya. Jika Anda disuruh menikahi janda tua, banyak anaknya, dan sulit ekonominya, apakah Anda bersedia?

Alhamdulillah jika bersedia. Namun, bila keberatan, itu membuktikan kalau Anda berpoligami hanya sekadar keinginan syahwat tapi bertopeng sunnah.

Sejatinya poligami adalah jalan sunnah nan mulia. Akan tetapi, umat-umat zaman sekarang malah mengubah posisi poligami menjadi sunnah yang binal, karena mereka melakukan poligami tanpa dasar yang sesuai syariat.

Ada yang berpoligami dengan memaksa istri pertamanya. Ada yang menikah diam-diam. Ada yang kepincut di sosmed lalu meminta menikah lagi.

Ya, semacam itu alasannya! Sama sekali tidak ada tujuan yang sesuai dengan sunnah nabi itu.

Sekarang jika tujuan Anda berpoligami karena syahwat, ya sudah, mengaku saja! Tak perlu munafik dengan mengatakan poligami sunnah sedangkan yang Anda lakukan sendiri jauh dari alasan sunnah.

Sungguh sifat munafik para pelaku poligami ini sudah mencoreng nama poligami di mata dunia. Doktrin buta tentang poligami yang mereka tebarkan membuat dunia memandang kalau poligami adalah sunnah yang melecehkan dan sewenang-wenang terhadap wanita. Padahal asal-usulnya tidak seperti itu!

Sekarang saya tanya lagi. Yakin, tujuan Anda berpoligami karena sunnah?

Jika karena syahwat, terang-terangan saja mengaku. Tak perlu atas namakan sunnah terhadap nafsu Anda yang tidak teredam!

****
Diubah oleh serbaserbi.com 11-09-2020 03:24
x.enammasboeingANAKqutu
ANAKqutu dan 5 lainnya memberi reputasi
4
2.9K
97
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.4KThread81.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.