• Beranda
  • ...
  • Education
  • Apakah Pembelajaran Jarak Jauh Menjamin Kualitas Keilmuan Siswa?

alizazetAvatar border
TS
alizazet
Apakah Pembelajaran Jarak Jauh Menjamin Kualitas Keilmuan Siswa?


Awal pandemi wali mutid dan para siswa sudah merasa gerah berlama-lama di rumah, namun kondisi semakin buruk sehingga tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dengan tatap muka.

Kekhawatiran orang tia serasa bertumpuk. Bila sekolah was-was terpapar virus namun bila dari rumah, ada hal-hal terutama materi yang masih sulit dipahami dan belum menemukan solusi yang tepat.

Mengapa? Karrna beberapa hal

✒Kemampuan ekonomi beragam
Apa hubungannya belajar dengan ekonomi?
Dengan adanya pandemi PJJ dilakukan melalui daring atau dalam jaringan yang disebut juga online. Sarana yang harus dipersiapkan minimal smart phone, lalu kuota, belum lagi unfuk tugas pengetikan, foto copy, cetak bukti foto dan lain sebagainya.

Akan menjadi kendala proses belajar jarak jauh bila smart phone hanya satu dan pemasukan terbatas. Dalam hal ini kebijakan pemerintah setempat terutama kemendiknas sangat diharapkan. Walau hidup di kota besar tidak menutup kemungkinan masih ada yang tidak mempunyai smart phone.

✒Kemampuan akademik juga bermacam tingkatannya

Sebenarnya sangat tidak nyaman, anak belum terbiasa dengan situasi belajar jarak jauh, apalagi orang tua tidak menguasai materi.

Pendataan harus seteliti mungkin agar mengetahui bagaimana metode terbaik untuk ptoses belajar jarak jauh yang hemat, baik tenaga dan biaya.
Awal dulu saya pribadi punya pemikiran tetap sekolah tetapi pengurangan jam belajar, satu kali datang untuk satu materi saja misal matematika, setelah itu pulang tanpa istirahat, dan bergantian siswa yang hadir, satu kelas dibagi 2 shift, pembelajaran dilakasanakan dengan terfokus pada penjelasan materi, dan latihan soal hanya dua atau tiga saja, selebihnya dikerjakan di rumah. Dan seminggu hanya masuk tiga hari saja. Namun ide itu hanya di kepala saya.

Mrmang sepatutnya segala sesuatu yang berhubungan dengan pendidikan dan kesehatan harus dipikirkan masak-masak dan bijaksana. Agar tidak ada yang dirugikan, kewajiban dan hak harus berjalan seimbang.

Semua kejadian akan berdampak positif dan negatif, itu pasti. Baik di kota maupun di desa. Tinggal seberapa besar prosentasinya. Dulu kita wanti-wanti agar anak tidak terus-terusan bermain hp tapi dengan adanya pandemi mau tidak mau rela tidak rrla mereka harus memagang hp sebagai sarana belajar. Kita kilas balik pada masa sebelum terjadi pandemi.

🔬Sebelum Pandemi

🔔Negatif

1. Sudah beberapa kali berganti kurikulum demi peningkatan mutu terutama bagi siswa, samapi yang terakhir program full day, di sekolah negeri. Yang pada kenyataannya banyak keluhan muncul baik dari siswa atau orang tua. Saat harus pulang menjelang sore, tapi perkembangan siswa tidak tampak yang ada malah kelelahan.

2. Kemacetan dimana-mana pada saat pagi dan sore, terutama di kota karena para siswa dan pekerja yang berangkat hampir bersamaan ke tempat tujuan. (tidak berlaku di pelosok)

🔔Positif

1. Bisa langsung tatap muka dengan guru, bila ada materi yang belum paham bisa langsung bertanya
2. Sosialisasi dengan teman, bisa berdiskusi langsung.
3. Ada pergantian suasana di rumah fan di sekolah, tidak monoton dan menjemukan
4. Berbagai aktivitas dan kegiatan lain
5. Materi lebih mudah terserap walau sekian persen dengan adanya tatap muka
6. Ada semangat yang memacu siswa

🔬 Saat Pandemi

🔔Negatif

1. Belajar sendiri tidak nyaman walau melalui video confrence, Baik dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Apa lagi yang kejutuan harusnya padat praktek kerja.
2. Mengeluarkan banyak biaya untuk kuota dan smart phone yang menunjang, kalaupun saat ini mulai ada berbagi wifi itupun masih belum merata.
3. Bila orang tua dua-duanya pekerja anak akan belajar sendiri tanpa pengawasan, bisa-bisa banyak mainnya ketimbang belajar. Terutama bermain game dari hp
4. Beban orang tua makin bertambah, bisa jadi makin stres anak juga bila jenuh dengan tugas yang makin banyak.
5. Apalagi yang berprofesi guru dan mempunyai putra putri, pekerjaan jadi berlipat ganda
6. Bagi anak usia dini, ini hal yang sangat sulit, pekembangan di saat golden age akan sedikit terganggu terutama untuk mempelajari hal-hal baru dan bersosialosasi dengan orang lain
7. Untuk di pelosok sangat prihatin bila sekolah ditiadakan karena tidak ada jaringan walau ada lembar kerja yang dikumpulkan seminggu sekali namun kebanyakan orang tua tidak menguasai materi karena dahulu tidak sekolah.
8. Gedung sekolah yang sudah dibangun dengan biaya tidak sedikit menjadi kosong dan sunyi bagai mati suri.

🔔Positif

1. Anak selalu di rumah bila orang tua bukan pekerja maka bisa mengawasi 24 jam, pendidikan karakter bisa diperkuat dari orang tua.
2. Muncul inovasi baru untuk mengisi waktu luang yang menghasilkan semisal sebagai yutuber, tiktoker atau penulis, seputar belajar dan pengalaman menarik, memeperluas wawasan melalui browsing, bagi yang memiliki sarana teraebut.
3. Guru dipacu lebih kreatif meningkatkan ilmu teknologinya agar materi bisa tersampaikan dan dipahami siswa, seperti membuat video pembelajaran. Tidak ada guru gaptek lagi. Juga semakin perhatian pada anak didik, kalau perlu japri satu persatu sebagai kepedulian perkembangan anak didik. Bahkan ada yang datang ke rumah-rumah atau home visit
4. Anak-anak yang senang sendiri akan merasa nyaman berada di rumah
5. Tidak ada peristiwa pembulian, dimana sebelum pandemi marak terjadi di berbagai sekolah terutama sekolah negeri.
6. Ada waktu untuk menambah ilmu ketrampilan, asal tugas sekolah tidak terlalu banyak
7. Bagi guru yang bertugas di pelosok pembelajaran jarak jauh ini adalah tantangan besar, harus bisa menemukan solusi bagaimana mengatasi keterbatasan dalam teknologi
8. Melatih disiplin waktu dan tanggung jawab dalam melaksanakan hak dan kewajiban, selama belajar di rumah.
9. Anak dan orang tua mendadak jadi model dan fotografer, lalu mempelajari aplikasi foto agar laporan menarik.
10. Di pelosok yang menggunakan sistem luring, guru menjelaskan pada saya bahwa orang tua yang rajin semakin perhatian pada pelajaran anaknya, dan guru tertantang menyemangati orang tua yang belum perhatian.



Quote:


Saya melihat tayangan pada sebuah TV swasta tentang rencana pembelajaran yang dilakukan dengan tatap muka, di daerah Jawa Barat yang mungkin bisa diaplikasikan di daerah lain yang sudah berzona kuning. Namun masih untuk timgkat Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan. Belum untuk tingkat pendidikan lainnya.

Mereka akan melakukan pembelajaran dengan tetap menjalankan protokol kesehatan, seperti anjuran pemerintah, akan tetapi bila orang tua tidak berkenan maka pihak sekolah tidak memaksa.

Bagaimana pun manusia itu bersifat sosial akan selalu membutuhkan satu sama lain akan selalu ingin bertemu saling menyapa, berbincang dan sebagainya, walaupun teknogi semakin maju. Saat ini sudah ditemukan vaksin yang sesuai untuk orang Indonesia sendiri, semoga pandemi segera berlalu, dan siswa bisa bersekolah lagi seperti dulu, mulai aktivitas lagi walau dengan kebiasaan baru.

Harapan-harapan orang tua pasti ada untuk masa depan anaknya dalam situasi saat ini. Semoga pembelajaran jarak jauh ini tidak bersifat permanen, bila sampai terjadi hal yang demikian maka solusi tepat harus sudah dimatangkan agar ada bekal ketrampilan atau skill pada siswa yang bisa memberi nilai lebih atau berkualitas untuk masa depannya. Bukan hanya tugas menyalin saja, tentunya dengan biaya terjangkau. Untuk semua jenjang pendidikan.

Ini ada rekaman saya tanya jawab dengan anak kelas satu SD yang tidak sengaja saya lakukan pada beberapa minggu lalu. Padahal maksud saya hanya tertarik pada anak ini yang berani dan tidak malu-malu saat dia bertamu ke rumah dengan orang tuanya. Selamat menyaksikan.

{thread_title}


Ada percakapan diluar rekaman ketika saya tanya mengapa dengan emak yang ternyata neneknya apakah ibunya sibuk kerja, dan jawabannya membuat hati serasa ngilu., ini jawabannya. "Karena ibu sudah meninggal."
Tentu Belajar dari rumah akan menguras waktu dan tenaga bagi single parent, kalaupun dengan nenek atau kakek tidak semaksimal yang diharapkan.

Semoga ke depan pendidikan di Indonesia semakin baik dan maju, dengan perhatian penuh dari pemerintah dan semua masyarakat.

Ini kemajuan, hari ini adalah kebalikan dari kemarin, pelarangan memegang Smart phone menjadi keharusan, seperti yang sudah saya ungkapkan di atas, tapi harus tetap dalam pengawasan orang tua. Kesehatan mata juga perlu dijaga.


Demikian ulasan dari saya, salam semangat.

📚



📝sumber video dan gambar dokumen pribadi dan teman
📝ulasan penulis berdasarkan pengalaman, pengamatan, berita di Net TV dan perbincangan di balik layar dengan siswa, guru juga orang tua
Diubah oleh alizazet 31-08-2020 04:28
anna1812Avatar border
CahayahalimahAvatar border
selirsadisAvatar border
selirsadis dan 11 lainnya memberi reputasi
12
361
20
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Education
Education
icon
22.4KThread13.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.