serbaserbi.comAvatar border
TS
serbaserbi.com
Cerpen; Dilamar Mantan
Quote:


By: Diana Dee

***

[Kamu itu kayak es krim. Dingin tapi manis.]

Send.

Aku mengulum senyum setelah memposting foto es krim cokelat dengan caption bucin. Gak tahu kenapa, aku suka sekali dengan status bucin. Kalau kalian stalkingakun Facebook-ku, yang kalian temukan hanyalah caption-caption bucin yang kadang garing. Kata sebagian orang sih alay, tapi bodo amat. Yang penting aku seneng.

Gara-gara itu, teman-teman Facebook mengira aku benar-benar gadis labil yang sedang dimabuk cinta. Padahal aslinya gak gitu. Mabuk cinta apanya? Orang jomblo gini kok. Bikin status bucin mah, buat hiburan aja. Tau kenapa? Karena status bucin like dan komennya banyak.

Hahahaha.

"Eaaaak, Giskaaaa."
"Siapa hayo, Gis?"
"Bucin terooos."
"Emang udah ratu bucin mah ini bocah."
"Es krimnya dimakan, jangan diliatin doang."
"Mau dong es krimnya, eh kamunyaaa."

Tuh, kan. Betul kataku! Belum ada semenit udah pada rame yang komen. Malah ada yang minta es krimku. Ada-ada aja.

Kutaruh hape lalu rebahan di ranjang. Mataku mengerjap ngantuk. Hawa sejuk AC benar-benar membuai di siang yang panas ini. Aku tertidur.

Ting!
Ting!
Ting!

Oh Lord ... manusia jahannam mana yang sudah mengganggu tidur siangku?! Malas, kubuka mata, lalu menggapai HP yang tergeletak di sisiku. Ada tiga pesan massenger masuk.

[Cieeeee, yang lagi kasmaran.]
[Siapa sih, Giss?]
[Dingin, tapi manis, ya? 😂]

Kuputar bola mata, sebal. Dia lagi. Pria aneh yang gencar menghubungiku tiga bulan terakhir.

Cuma ku-read, lalu lanjut tidur.

[Diread doang 😒]

Abaikan.

[Gis ....]

Abaikan

[Giskaaaaaaaa!]

Aaaaaaa! Napa sih ni orang ganggu aja? Aku kan ngantuk banget!

Kesal, kuketik balasan. [Apasi?]

[Kangen 😘]

What the ...?

Tiba-tiba aku bergidik membaca pesannya. Aneh aja sama nih orang. Gak pernah ketemu, teleponan, tiba-tiba bilang kangen. Aku kan takut. Siapa tahu dia suami orang yang lagi cari simpanan, atau bisa jadi cewek yang nyamar jadi akun cowok. Kan ngeri njir.

Btw, pria aneh ini men-add akunku sejak tiga bulan lalu. Saga Adhyaksa, itu nama akunnya. Pernah beberapa kali ku-stalking, foto-fotonya gak ada yang close up, kalau nggak menghadap ke belakang, ya ditimpuk pakai stiker. Di situlah aku takutnya, siapa tahu nih orang transgender atau gimana, kan? Hiii!

Awal berteman, ada yang aneh sama si Saga--begitu panggilannya. Tiap statusku di-react love dan selalu komen dengan komenan paling garing. Bikin eneg. Parahnya, di semua caption bucinku, dia malah balas bucin. Bikin pen muntah. Ratu bucin dibucinin, mana mempan?

Namun, ada satu yang kusuka darinya. Saga amat jago berpuisi. Sajak-sajak yang ia posting cukup membuatku terbuai, menikmati diksi-diksi sederhana, tapi indah karena ditata sedemikian rupa. Menurutku, ia adalah satu-satunya pujangga Facebook yang mampu menarik perhatianku.

Namun, kalian jangan salah paham! Walaupun aku suka puisi-puisinya, pria gak jelas itu tetap membuatku eneg. Eneg banget!

[Gis, VC yuk.]

Lamunanku buyar, bersamaan dengan masuknya pesan dari Saga.

[Ogah!]

[Napa?]

[Ntar lu VC yang aneh-aneh. Ogah gue!]

[Dih, pikirannya kotor amat sih?]
[Cowok baik kek gue mana berani VC kek gitu. Maunya sih langsung.]

Astaga! Benar-benar gila nih cowok!

[Bodo ah! Gue mau tidur, jangan ganggu!]

[Mau ditemenin nggak? 😝😝]

Amit-amit Lucinta Luna! Beneran eneg aku. Sebal, ku-noknatifkan hape, lanjut tidur siang.

****

Hari yang membosankan sekaligus bikin jengkel. Tadi, pagi-pagi sekali aku udah buru-buru berangkat ke kantor, bahkan sampai gak sempat sarapan. Takut telat. Eh, tiba di kantor malah diketawain satpam.

"Rajin sih boleh, Neng Giska. Cuma, kalau hari Minggu itu mbok ya istirahat di rumah, jangan kelayapan pagi-pagi."

Aseem! Aku sampai lupa kalau ini hari Minggu.

Di rumah pun gak ada kegiatan. Mau jalan sama teman-teman, mager. Jalan sama Jody adekku, dia ada janji sama pacar katanya.

Aaaaa! Emang jadi jomlo itu gak enak, ya! Boring kek gini gak ada yang ngajak jalan, minimal telepon gitu. Dulu, waktu masih sama Abimanyu, gak ada tuh yang namanya hari membosankan. Tiap hari kek merah jambu. Cuma, sekarang hidup aku berubah abu-abu, gara-gara Abimanyu udah ....

Aaaaa! Kok aku jadi ingat cowok brengsek itu, sih?

Gontai, aku melangkah ke dapur. Ngambil minuman segar di kulkas, tak lupa kubawa hape kesayangan.

"Cemberut aja sih, Sayang? Hari Minggu, loh." Mama meledek. Jemari lentiknya lincah memotong wortel.

"Bosen, Ma. Mau jalan gak ada teman," jawabku lemas, duduk di kursi lalu menumpukan dagu di meja makan berlapis kaca.

"Udah, potong wortel aja deh. Mama mau goreng lele nih." Mama menyodorkan mangkok plastik berisi wortel yang sudah dipotong sebagian.

Oke, mending potong wortel aja. Anggap aja wortel itu mantan. Akan aku cincang-cincang dia sampai lumat.

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba hapeku berdering. Fokusku teralihkan dari wortel ke benda pipih berlogo apel tergigit itu. Astaga, panggilan massenger dari Saga.

Ngapain sih tu cowok jadi-jadian? Abaikan ajalah!

"Kenapa gak diangkat?" tanya Mama.

"Bukan telepon penting, Ma," jawabku sekenanya.

Mama mengangguk, sementara aku lanjut memotong wortel terakhir.

Lagi, hapeku berdering.

"Angkat aja, Gis. Siapa tahu penting," saran Mama.

Sebal, kuraih benda pipih itu dari meja, lalu beranjak ke ruang tamu.

"Apasi?" tanyaku ketus.

"Giska." Aku mematung seketika. Su-suara itu? Gak mungkin!

"Halo, Gis? Kamu masih di sana, kan?" Lanjut Saga. "Aku udah di teras, ke luar, ya."

****

Apa yang akan kamu lakukan, ketika hati tengah berjuang melupakan, benar-benar tak ingin ingat akan sosok yang pernah mengisi setiap ruang hatimu, karena pengkhianatannya, sekarang ia tiba-tiba muncul, membawa wanita yang sudah membuatnya berpaling darimu?

Apa yang kamu lakukan?

Sakit! sakit banget! Gak tau mau apa lagi. Mau nangis, malu, ntar dikira aku belum move on, walau itu memang fakta. Ditahan? Tapi, kok nyesek?

"Giska ... aku minta maaf." Ah, suara itu, suara yang selalu bernyanyi menjelang aku tidur. Sekarang suara itu terdengar amat menyakitkan.

Ya, itu Abimanyu. Sudah dua tahun berlalu sejak kami putus, sekarang dia datang bersama wanita yang ia perkenalkan sebagai Susan. Si perebut, yang sudah menarik paksa Abimanyu dari hidupku.

"Gue udah maafin lo, kok. Sekarang lo pulang aja. Bawa pacar lo." Sama sekali tak kutatap sepasang brengsek di hadapanku itu. Namun, dapat kulihat dari ekor mata, mereka saling bersitatap, lalu beralih memperhatikanku.

"Gis!"

"Udah, lu pulang aja, denger gak sih?!" teriakku. "Gak ada yang perlu dijelasin!"

"Gak bisa! Kamu harus denger penjelasan aku. Bukan cuma tentang akun kloninganku, tapi juga tentang ... aku dan Susan!" tegas Saga.

Entahlah. Dadaku kian sesak terasa. Mataku berembun dan memanas, hingga kemudian ... tangisku pecah juga.

"Aku bikin aku palsu, karena akun asliku kamu block, Giska," ucap Abimanyu.

"Ngapain sih kamu masih cari tau tentang aku? Kan udah ada Susan?" jawabku, mulai melunak dengan memanggil mantanku itu 'kamu'.

"Aku dan Abi saudara sepersusuan, Gis. Gak mungkin kami pacaran," timpal Susan.

Jeduar!

Aku melongo, tangisku berhenti. Ingus yang sudah keluar, kembali kutarik masuk.

"Nah, itu. Kamu itu salah paham, Giska," sambung Abimanyu alias Saga.

Oh Lord! Kok ... bisa? Aku gak tau mau ngomong apa. Tenggorokanku kering disertai lidah yang kelu tiba-tiba. Entah, aku gak tau sekarang harus senang, terharu, atau malu. Ya, malu karena sudah salah paham.

Kuremas ujung baju. Lalu menunduk, flashback ke masa dua tahun lalu, hari terakhir aku bertemu Abimanyu.

Waktu itu gerimis, aku menunggu dengan gelisah di gerbang kampus, dekat pos jaga. Sudah sore, tapi Abimanyu belum juga tampak batang hidungnya. Padahal, dia sudah janji untuk menjemput.

Satu jam lebih aku menunggu, nihil. Kutelepon gak diangkat, ku-chat WhatsApp gak dibalas. Akhirnya, kuputuskan untuk pulang naik angkot. Sebelumnya kulayangkan pandangan ke sekitar untuk terakhir kalinya. Siapa tahu Abimanyu datang.

Namun, kakiku lemas seketika. Hati memanas, mendidih sampai ke ubun-ubun. Aku yakin tak salah lihat. Kulihat Abimanyu membonceng gadis cantik ber-dress merah jambu. Keduanya tampak mesra.

Tahu rasanya saat itu? Melihat cinta pertama berboncengan romantis dengan gadis lain? Sakit! Demi apa, sumpah sakit banget! Dia membiarkanku yang menunggunya berjam-jam lamanya, dan kencan dengan gadis lain.

Malamnya, aku dan Abimanyu bertengkar hebat. Katanya, dia ada urusan keluarga sehingga tak bisa menjemputku. Sontak saja amarahku memuncak. Dia pikir aku tak tahu?

"Urusan keluarga?" amarahku malam itu. "Urusan keluarga lo bilang? Ya, ngebonceng cewek lain dengan romantisnya, lo bilang urusan keluarga?! Brengsek lo!"

"Giska, aku bisa jelasin ini," kilahnya.

"Gak perlu! Gue mau kita putus! Lo, jangan pernah hubungin gue lagi!"

Sejak hari itu, kujalani masa-masa patah hati. Sakit, nangis, mood down, dan paling jelas, aku benci banget sama Abimanyu. Sumpah! Akhirnya, kublokir semua kontak Abimanyu di media sosialku.

Hingga kemudian, tiga bulan terakhir, muncul satu akun nyebelin yang selalu ngintilin aku di Facebook. Saga, yang ternyata akun kloningan Abimanyu.

Gila!

"Gis." Suara Abimanyu membuyarkan lamunan. Aku mendongak, menatap mata teduh lelaki atletis itu. Hatiku berdebar, hangat.

"Sekarang udah jelaskan? Aku mau, kamu maafin aku. Ya, maaf atas aku yang gak kasih tahu kamu tentang Susan. Maaf atas aku yang udah bentak kamu malam itu."

Suaranya itu ... lembut sekali. Aku, entah .... Aku luluh. Jujur saja, sampai detik ini, aku gak bisa lupain Abimanyu, cinta pertama dan cinta terakhir, semoga.

"A-aku maafin kok," jawabku singkat.

"Oke, masalah kelar. Sekarang aku dan Susan balik dulu, ya." Abimanyu dan Susan beranjak dari sofa.

What the ...? Begitu doang? Kukira Abimanyu bakal ... ngajak balikan. Huaaaa, kok aku jadi ngarep gini sih?!

"Kamu kok gak nahan aku?" ucap Abimanyu kemudian. Aku terbelalak seketika.

"Ka-katanya mau balik? Yaudah, balik sana!" jawabku sok tegar, padahal aslinya hancur.

"Ya, kirain kamu mau ngomong sesuatu gitu. Ngajak balikan kek."

Tuhan, kamu kok berubah jadi nyebelin gini sih, Bi?

"Ogah!" ucapku.

"Aku juga ogah," jawab Abimanyu.

Aaaaa, Abimanyu! Peka napa sih? Ogah kataku itu, berarti aku mau. Aku pengen balikan sama kamu. Huaaaa.

"Kamu gak pantes jadi pacar aku."

Serah lu dah, Abimanyu! Kesel juga aku!

"Tapi ... pantesnya jadi ibu dari anak-anak kita."

A-apa?

Belum sempat aku ngomong, Abimanyu yang sudah berdiri di depan pintu berbalik ke arahku. Berlutut, seraya mengeluarkan kotak cincin dan memperlihatkannya padaku. Di sampingnya, Susan mengulum senyum.

"Will you marry me, Giska?"

A-ku dilamar? Sama Abimanyu? Gak salah? Huaaaa!

Belum sempat kujawab, Mama muncul dari belakang dengan pakaian rapi. Berikutnya, dari luar muncul Papa dan Jody, diikuti Om Umar dan Tante Fani, orangtua Abimanyu.

Mama dan Papa menatapku penuh arti. Apa mereka sudah tahu? Kok, gak bilang? Sepertinya, mereka semua berhutang penjelasan padaku.

Dasar!

Entah, hari ini, aku seperti anak kecil yang tertangkap basah mencuri jambu. Bengong. Jujur, aku gak nyangka akan dapat kejutan seperti ini. Kejutan yang gak akan kulupakan seumur hidup. Dilamar mantan.

"Gimana?" Abimanyu menatapku lembut. Mata itu ... sungguh memesona.

Perlahan, aku mengangguk. "Ya."

Prs, 200820



emoticon-Big Kissemoticon-Big Kissemoticon-Big Kiss

Kritik dan sarannya, Agan dan Sista. Jangan lupa cendolnya, ya. Terima kasih.
Diubah oleh serbaserbi.com 20-08-2020 06:21
lumut66Avatar border
mmuji1575Avatar border
disya1628Avatar border
disya1628 dan 22 lainnya memberi reputasi
23
3.2K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.