Di 17 Agustus 2020 ini Indonesia sudah berusia 75 Tahun, antusiasme perayaan kemerdekaan terlihat dari deretan bendera dan umbul-umbul berwarna merah putih yang terbentang di pinggir jalan di penjuru nusantara. Deretan video upacara bendera 17 agustus yang dilakukan oleh pedagang pasar, kuli bangunan, santri, pengguna jalan, hingga para petani juga masih banyak terlihat di jagat media sosial. Namun siapa sangka, jika di bulan kemerdekaan bangsa Indonesia ini muncul sebuah film yang akan tayang 20 Agustus 2020 yang bertepatan dengan 1 Muharram 1442H atau juga yang dikenal dengan 1 Suro.

Entah film ini menceritakan tentang apa sebenarnya, tapi kalau melihat dari Judul dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan film ini maka kita akan melihat tokoh-tokoh dan simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) dibelakang nya. Hal ini juga dapat dinilai dalam Trailer film yang telah beredar yang dengan jelas menyebutkan slogan-slogan ala HTI yang selama ini kerap mereka dengungkan. Yah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) memang telah di bubarkan dan dilarang di Indonesia melalui Perppu No. 2 Tahun 2017. Tidak cuma di Indonesia, Hizbut Tahrir sebenarnya juga telah di larang di banyak negara termasuk oleh negara-negara yang penduduknya mayoritas Muslim, seperti: Turki, Mesir, Tunisia, Bangladesh, Yordania, Arab Saudi, Libya, Malaysia, Kirgiztan, Kazakstan, dll.

Film yang dianggap sebagai film sejarah ini konon mengambil refrensi dari Kitab berjudul Kanzul Ulum Karya Ibnu Bathutah. Namun kitab itu tidak bisa dibuktikan wujudnya. Dan yang menarik lagi adalah, adanya perbedaan tahun di tidak presisi antara tahun hidupnya sang penulis kitab, dengan isi sejarah yang ditulis oleh Ibnu Batutah. Ibnu Bathutah hidup pada 1304-1369M, sedangkan salah satu tokoh yang ditulis dalam kitab itu Yakni Sultan Muhammad I hidup pada 1379-1421M. Lalu bagaiman mungkin seseorang bisa menulis sebuah sejarah sedangkan pelaku sejarahnya sendiri belum lahir padasaat kisah itu ditulis??

Entahlah, film ini benar-benar menjadi film yang menceritakan sejarah, atau hanya sebuah sarana sebagai alat propaganda oleh eks-eks HTI di Indonesia. Yang Jelas, kalaupun ada yang mencoba mempertentangkan Pancasila dengan Islam itu adalah hal yang keliru. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam agama, maka dari itu opsi membentuk sebuah negara agama tidak diambil oleh para pendiri bangsa.