gitalubisAvatar border
TS
gitalubis
Dendam sang Arwah (bagian 2)


Sebelumnya
https://www.kaskus.co.id/show_post/5...f6c46a066cd87d

Tujuh menit sebelum pukul dua belas tepat tengah malam, aku terbangun. Sudah tiga kali ini terjadi dan dia datang lagi ke mimpi. Kuusap dahi yang penuh dengan peluh keringat. Kipas anginnya mati, padahal sebelumnya hidup.

Karena tak bisa tidur, kubuka laptop melanjutkan tugas yang tertunda. Jemariku sudah sibuk menari-nari di atas keyboardnya.

Pukul satu dini hari, saklarku berbunyi. Seketika ruangan mendadak gelap, beruntung laptop dalam keadaan menyala, sehingga ruangan sedikit bercahaya walau tidak seterang sebelumnya. Tak lama kemudian lampu kembali menyala, lalu mati lagi, begitu terjadi berulang-ulang sampai tiga kali.

Tirai jendela kamar bergerak--mungkin akibat angin-- yang masuk melalui ventisali udara. Suara hujan yang jatuh masih bisa kudengar dengan jelas.

Aku memutuskan untuk kembali melanjutkan mimpi, memaksakan diri agar segera terlelap. Hal-hal aneh yang terjadi malam ini membuatku sedikit takut.
***

Aku terbangun saat jam menunjukan pukul 07;12. Imsomnia yang mendera membuatku terlambat bangun. Cepat kubersihkan badan dan berlalu keluar dengan kamera bergelayut manja di leher. Menyelesaikan riset yang belum selesai.

"Pagi, Pak! Oh, iya tadi malam mati lampu ya?" tanyaku yang melewati Pak Penjaga.

Ia mencoba mengingat. "Tadi malam sepertinya tidak, Non."

Mataku membesar mendengar jawabannya. "Tapi, kenapa lampu kamar saya mati?"

"Memangnya kamar Non nomor berapa?"

"Kamar Saya nomor lima, Pak."

Sekarang, giliran dia pula yang tampak terkejut. "Loh, kamar itu masih dipakai? sebenarnya ka--"

"Pak Atan bisa bantu saya?" Wanita yang memberikan kunci hotel tempo hari lalu memotong pembicaraan kami.

Waktu yang terus bergerak mampu menghilangkan rasa penasaranku yang tinggi. Dengan langkah yang lebar, cepat kubergegas menunggu bus di halte.

Aku memotret sebuah bangunan tua yang masih terlihat cantik. Menurut sejarah, dulunya ini digunakan sebagai tempat belajar untuk para anggota kerajaan dan orang kaya. Namun, sekarang tempat ini dijadikan sebuah museum yang menyimpan ratusan benda yang punya nilai sejarah tersendiri.

***
Malam ini aku kembali ke Golden House di waktu yang mulai larut. Menunggu bus terakhir, berharap jam datangnya tidak meleset seperti tiga hari lalu.

Lagi dan lagi. Aku melihat wanita itu di posisi yang sama, pas di depan pohon beringin kemarin. Anehya, ia terlihat di malam hari saja. Saat sore menunggu bus di halte ini, tak pernah sama sekali aku melihatnya.

"Nak!" tegurnya sambil memegang pundakku.

"Ka ... u? Bibi kemarin kan?" Mencoba memastikan, setelah menetraliskan jantung yang berdegub kencang karena sentuhannya.

"Ya. Kupikir kau sudah pergi dari kota ini?"

"Waktu risetku masih tersisa tiga hari lagi, Bi."

Dia hanya mengangguk mendengarkan.

"Bibi, Bolehkah aku bertanya?" tanyaku ragu.

Dia menaikkan alisnya sedikit, lalu mengangguk sebagai jawab yang tak terucap.

"Apakah Bibi melihat wanita di seberang sana? tanyaku pelan sambil menunjuk.

Ia sedikit terkejut. "Ya, Aku melihatnya. Kau juga?"

"Apa maksudmu 'juga'?" Akuperlu menjawab pertanyaannya, Karena pastilah ia sudah tau.

Tepat saat pertanyaanku selesai, bus terakhir tiba. Aku memilih bangku yang berdekatan dengan bibi itu.

Tepat pukul 20,00 bus terakhir tiba. Aku berusaha untuk duduk berdekatan dengan bibi itu agar dapat bertanya lebih tentang sosok itu.

Bersambung ....
andrian0509Avatar border
muyasyAvatar border
husnamutiaAvatar border
husnamutia dan 16 lainnya memberi reputasi
17
1.8K
36
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.