Sudah susah payah ibu guru membimbing anak di sekolah dengan penuh kelembutan, setelah sampai di rumah, anak malah dibentak-bentak. Kasih sayang yang diberikan pada anak di sekolah akan lenyap begitu saja karena anak lebih lama di rumah dibandingkan di sekolah.



Begitu pula dengan keadaan pandemic sekarang yang mengharuskan anak belajar dari rumah serta memerlukan bimbingan dari orang tua. Seringkali karena banyaknya pekerjaan yang harus segera diselesaikan hingga mengundang emosi jika anak terus bertanya tentang tugas dari sekolah yang juga harus segera diselesaikan.

Mari kita simak tayangan di bawah ini!

Quote:

Mari kita sama-sama pahami bahwa kemajuan anak tergantung dari emosi yang diberikan oleh orang tua pada anak. Tidakkah kita melihat bahwa betapa anak kita itu unik? Betapa anak kita itu luar biasa memberi kebahagiaan untuk kita? Mereka adalah sumber segalanya bagi orang tua.

Keadaan seperti mengundang banyak emosi jiwa. Mumet pikiran, mumet inginnya marah-marah. Tapi kita juga harus mengingat bahwa tidak ada yang mengharapkan keadaan seperti ini. Kita semua pasti sudah mengharapkan sekolah normal lagi seperti biasanya. Pada saat seperti ini harus ada komunikasi yang baik antara orang tua dan guru, juga antara orang tua dan anak. Agar kenyamanan belajar dapat dirasakan.

Contoh saja anak usia dini, yang saya lihat di sekolah umumnya guru bersifat kekanak-kanakan mengikuti keadaan sang murid. Memberikan pembelajaran dengan kelembutan dan keibuannya. Beliau para guru berusaha semaksimal mungkin agar psikologis anak berkembang dengan baik di masa golden age itu. Walaupun anak terkesan tidak bisa diam. Tapi ya itulah anak. Anak itu unik perkembangannya. Tidak bisa kita ngejudge anak bodoh dan lain sebagainya. Sebab dalam perkembangannya, anak tentu ada tahapannya. Nah, tahapan perkembangan anak ini perlu diketahui oleh orang tua.

Namun di masa pandemic ini yang mana harus belajar di rumah. Suasananya tidak seenak di sekolah. Kadang ada anak yang gampang bosan. Belum lagi orang tua yang merasa terbebani dengan tugas, belum lagi kuota makin menipis, belum dompet kering. Semua kena dampaknya.



Harusnya di masa sekarang ini kita bisa memanfaatkan momen untuk bisa selalu bersama dengan keluarga. Termasuk sama-sama membimbing anak-anak kita dengan penuh kasih sayang.  Jangan sampai karena pandemic ini justru anak kita menjadi korban perundungan oleh orang tuanya sendiri atau pun oleh orang sekitar.  Disini mari sama-sama mengingat kembali apa yang tidak boleh kita lakukan pada anak saat suasana seperti sekarang ini atau pun suasana pada normalnya.



Ketika anak tidak bisa mengerjakan pekerjaannya sendiri jangan sampai kita mengeluarkan kata-kata seolah benar-benar anak itu tidak bisa. Karena sebagai anak merasa tidak ada apa-apanya. Saya saja contohnya, bila ada yang mengatakan bahwa saya orang yang tidak bisa mengerjakan matematika SD. Saya type orang yang akan terus memikirkan hal itu, terus memikirkan tanpa ada rasa untuk ingin bisa karena sudah dicap bahwa saya tidak bisa. Tapi ada baiknya diganti dengan kata-kata “Mana yang kamu belum paham? Sini biar bunda bantu” Dengan begitu anak akan merasa dipedulikan. Lalu semangat belajar pun kembali tumbuh.

Apalagi jika ditambah dengan suka membanding-bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain atau membandingkan dia dengan kakak atau adiknya. Keadaan seperti itu membuat anak merasa tidak percaya diri. Merasa selalu salah dalam melakukan segala hal. Merasa dibatasi sehingga ia selalu merindukan kebabasan. Yang dikhawatirkan adaalah anak melampiaskannya pada hal yang kurang baik.

Semoga kita semua tergolong manusia yang memiliki kasih sayang luar biasa kepada anak-anak kita. Menjadi pembelajaran kepada Gansis yang sudah menikah atau mau menikah di masa yang akan datang. Mari sayangi anak-anak kita ajari mereka dengan banyak hal positif dan cara yang positif pula.

Saya Brina mohon maaf atas banyaknya kesalahan. Sudi kiranya meninggalkan Rate Cendol Komen dan Share. Terimakasih.





Kunjungi Blog Kompak dengan klik banner di bawah ini Gan!!