cigro
TS
cigro
Bangga Upacara di Kantor Gubernur, tapi Ditelantarkan Sekolah
Mau ikutan cerita upacara 17 Agustusan ah... mumpung lagi trending. Sebagai langganan petugas upacara sejak SD hingga SMA, diutus menjadi wakil sekolah untuk ikutan upacara kantor Gubernur tentu sesuatu yang melelahkan... eh membanggakan.



Petugas Paskibra (Tribunnews)


Melelahkan? Nah ini, kita semua tahu dong kalau peserta upacara di kantor-kantor pemerintahan itu adalah "pion" yang harus dipersiapkan berjam-jam sebelum "raja daerah" memasuki lapangan upacara... dalam hal ini Pak Gubernur.

Cerita ini terjadi di sebuah provinsi di Pulau Sumatra. Ketika menerima perintah dari Wakil Kepala Sekolah, saya dan beberapa teman yang ditunjuk mewakili sekolah tak bisa menolak. Siapa yang berani?

Lho, bukankah harusnya tugas mewakili sekolah di kantor Gubernur adalah sebuah kebanggaan? Hmmm... mending hadiahnya boleh gak ikut ujian tapi naik kelas deh. Atau boleh ulangan susulan dengan dikasih pertanyaan sebelumnya.

Pukul 06.00 WIB, kami berempat sudah diwajibkan hadir berkumpul di sekolah untuk diantarkan ke kantor Gubernur naik mobil sekolah. Perjalanan sekitar 30 menit karena masih pagi... dan lokasinya di daerah ya.

Jam berapa upacaranya? Jam 10.00 WIB. Kebayang kan... begitu sampai di lokasi, kami semua disuruh berbaris sesuai urutan yang sudah disiapkan. Panas? So pasti. Tapi, menunggu terlalu lama juga gak menjamin peserta upacara diam di dalam barisan.


(Sumber: Tribunnews)


Akhirnya, karena pukul 10.00 masih terasa lama, pohon yang rindang jadi rebutan peserta upacara, gak pelajar, gak pegawai negeri. Lewat dari pukul 08.00 WIB, barisan sudah berantakan.

Singkat cerita, upacara berlangsung sukses selama sekitar 90 menit walau mata kami lebih tertuju pada petugas Paskibra putri yang biasanya bening-bening. Suwer, bisa banget dah nyaring yang bagus-bagus buat dipajang di depan Pak Gubernur.


(Sumber: AyoBandung)


Perlahan, peserta upacara meninggalkan lokasi dengan bus jemputan, naik angkutan umum, atau kendaraan pribadi. Kami? Menunggu... dan menunggu mobil sekolah yang tadi pagi mengantar ke kantor Gubernur. Ke mana sih pak supir?

Duduk di trotoar kantor Gubernur dengan seragam sekolah... waktu menunjukkan pukul 12 lewat... kami seperti anak terlantar. Sialnya lagi, tak satupun dari kami berempat yang membawa bekal uang cukup untuk makan siang. Membeli minuman dalam kantong plastik dan sejumlah kerupuk menjadi peredam bunyi keroncongan di perut. Lumayanlah... untuk sesaat.

Pemikiran kami, biasanya kalau ada acara hingga siang seperti ini pihak sekolah akan menyediakan makan siang, nasi bungkus dari Rumah Makan Padang langganan. Atau, mobil sekolah akan standby menunggu kami hingga upacara selesai agar segera mengembalikan kami ke sekolah. Rumah kami di kompleks yang sama dengan sekolah, cukup berjalan kaki.


(Sumber: Solo Pos)


Jam tangan kami menunjukkan waktu hampir pukul 14.00 WIB. Emosi memuncak. Wajar dong. Perut seperti melilit karena gak diisi sesuatu yang pantas untuk makan siang. Cuaca panas sejak pagi, keletihan berdiri hampir 1,5 jam mengikuti upacara 17 Agustusan di Kantor Gubernur seperti makian penyesalan karena tak kuasa menolak perintah pihak sekolah.

Ujian kesabaran itu akhirnya selesai ketika mobil sekolah yang ditunggu lewat di hadapan... dengan laju kencang seperti tak berencana berhenti menjemput penumpang. Sontak, kami melompat dari trotoar, berteriak kencang memanggil nama pak supir sambil berlari mengejar mobil.

Ciiittt... mobil berhenti. Si Pengemudi bingung. "Kalian kok masih di sini?" Ucapan seseorang yang merasa tak bersalah. Kali ini, mobil ternyata dikendarai petugas tata usaha sekolah. Ia menyangka kami pasti sudah pulang dijemput orang tua masing-masing, padahal tak ada instruksi seperti itu sejak awal.

Kalau bukan orang tua (walau dia masih cukup muda), ingin rasanya menonjok petugas tata usaha ini. Ternyata, dia meminjam mobil sekolah karena hari itu adalah Sabtu... dan "ternyata" kebiasaan dia membawa mobil sekolah entah menuju ke mana. Ganjen.

Kami memang diajak makan ke resoran Padang paling dekat, walau menu makanan dia yang pilih dan kami gak boleh nambah lauk. Mungkin sebagai cara dia agar kami tak bercerita soal kejadian siang itu kepada pihak sekolah, walau ia harus keluar uang dari kocek sendiri.


(Sumber: Pergi Kuliner)


Sampai saat ini, bila bertemu teman-teman yang "beruntung mengalami ujian di Kantor Gubernur" pas 17 Agustusan, situasi tersebut sering menjadi bahan ketawa dan hiburan mengingat kelakuan dan nasib petugas tata usaha sekolah itu.

Gan Sis punya bayangan gak bagaimana nasib si petugas tata usaha itu ketika kami diminta laporan kegiatan oleh Wakil Kepala Sekolah pada Senin usai upacara rutin, di mana saya kembali menjadi komandan upacara.



(Sumber: Palocorszag)

zukii.vixiironalddchdhinyzfrn
dhinyzfrn dan 5 lainnya memberi reputasi
6
1.3K
7
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.