• Beranda
  • ...
  • Sista
  • Gara-gara Salah Diagnosa Bayi Lahir Sungsang Dan Nyawa Hampir Melayang

ymulyanig3
TS
ymulyanig3
Gara-gara Salah Diagnosa Bayi Lahir Sungsang Dan Nyawa Hampir Melayang
Hampir meregang nyawa akibat bidan salah diagnosa

Melahirkan adalah proses awal suatu kehidupan. Setiap wanita hamil pasti merasakan sakitnya kontraksi menuju kelahiran si jabang bayi.

Begitupun dengan TS yang berjuang mempertaruhkan nyawa demi si buah hati di tengah pandemi. Pentingnya USG di usia kandungan delapan atau sebulan sebelum HPL dirasakan sendiri oleh TS.

Kehamilan anak ke empat, TS rutin memeriksakan kandungannya ke posyandu atau bidan terdekat. Di usia kandungan empat bulan TS mengeluarkan bercak darah, kemudian memeriksakan kandungannya ke klinik terdekat.

Melalui USG TS didiagnosa Plasenta Previa atau plasenta berada di bawah dan menutup jalan lahir. Namun, karena usia kandungan masih relatif muda. Dokter menyarankan untuk menunggu sampai usia kandungan tujuh atau delapan bulan.

Usia kandungan tujuh bulan TS kembali memeriksakan kandungan ke doktor SPOG di Rumah sakit yang diinginkan. berbekal diagnosa sebelumnya dengan menggunakan fasilitas BPJS.

Setelah di periksa, posisi kepala bayi sudah mulai di bawah dan plasenta naik ke atas. Dokter menyarankan untuk melahirkan di bidan atau klinik terdekat yang bekerja sama dengan BPJS  karena posisi bayi normal.

Setelah mendapatkan klinik terdekat yang bekerja sama dengan BPJS, TS rutin periksa kandungan dan semua dinyatakan normal. Bahkan seminggu sebelum melahirkan sempat diperiksa dan dinyatakan posisi bayi normal.

Tanggal 8 April pagi, perut TS sudah mengalami kontraksi yang teratur. Sekitar pukul 10.00 pagi, TS dibawa ke klinik dan dilakukan pemeriksaan dalam. Kandungan TS sudah pembukaan empat.

Bidan klinik menyarankan TS untuk berjalan- jalan di sekitar klinik agar pembukaan berjalan cepat. Pukul tiga sore TS merasakan keram perut yang semakin kuat.

Bidan kembali memeriksa bagian dalam TS. Namun, tiba-tiba sang bidan menyatakan bahwa posisi bayi sungsang sesaat setelah pembukaan enam.

Seisi klinik panik dan segera menghubungi ambulance. TS dibawa ke RS terdekat saat pembukaan sudah lengkap ditemani dua petugas klinik.

Bayangkan betapa takut dan sakitnya TS yang harus menahan mengejan di dalam ambulance.

Setelah sampai di RS, petugas mencecar rentetan pertanyaan seputar covid 19 kepada suami dan keluarga yang mengantar. TS yang sudah kesakitan di dalam ambulance harus menunggu beberapa menit sebelum akhirnya diperbolehkan memasuki ruang IGD.

Ranjang RS yang dinaiki TS di dorong dari satu ruangan ke ruangan yang lain. Hingga akhirnya berada di ruang persalinan khusus posisi bayi sungsang.

Di sana TS memperjuangkan kelahiran Si jabang bayi dengan sisa-sisa tenaga yang ada. Dua dokter dan empat bidan turut membantu proses kelahiran.

Karena posisi bayi sungsang dan berat bayi yang lumayan besar 3,5 kg. TS harus rela jalan lahir digunting hingga ke dubur tanpa suntikan anastesia maupun alkohol untuk mengurangi rasa sakit.

Di sisa tenaga, TS mengalami kendala di proses mengejan. Setelah mengejan enam kali baru kaki dan tubuh bayi yang berhasil keluar. Kepala bayi masih terjepit di dalam. Namun, rasa mulas nendadak hilang. Dokter dan bidan sontak panik dan menyuruh TS untuk mengejan lagi. Satu dokter memasukkan sebagian tangan untuk mendorong kepala bayi. Dokter yang lainnya mendorong dari atas perut.   Setelah sepersekian detik akhirnya TS berhasil mengejan dan lahirlah Dede bayi yang lucu.

Perjuangan TS tidak berhenti sampai di situ. Plasenta bayi ternyata tertinggal sebagian di dalam rahim. Dokter kembali mengaduk-aduk isi perut TS hingga TS tidak sadarkan diri.

Setelah beberapa jam tidak sadarkan diri akhirnya TS membuka mata.

Yang saya sayangkan di sini adalah Bidan yang memeriksa di klinik terlalu ceroboh dan tidak teliti. Bahkan terkesan asal saat melayani pasien BPJS.

Padahal TS memakai BPJS mandiri kelas 1. Namun, pelayanan dari paskes tidak sesuai dengan iuran yang dibayar tiap bulannya. Jauh dari kata memuaskan.

Apakah pemerintah memiliki solusi untuk ini kasus TS ini? Apakah pelayanan terhadap pasien BPJS selalu dipandang sebelah mata?

Saya berharap pemerintah maupun pihak BPJS bisa menemukan solusinya.

Sumber berita : Pengalaman pribadi

Foto : Dokumen pribadi


Diubah oleh ymulyanig3 05-08-2020 15:04
embunsucisatyagilangtien212700
tien212700 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
2.7K
59
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sista
Sista
icon
3.9KThread7.4KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.