- Beranda
- Stories from the Heart
Ketakutan
...
TS
tutorialhidup
Ketakutan
Quote:
Seorang Pendeta baru saja keluar dari gereja. Saat dia membuka pintu, terlihat seorang pria tertidur tepat di hadapannya. Pria tua dengan kantung mata hitam lebam, berbadan kurus dan penampilan berantakan. Rambutnya nampak gondrong dan kasar, pakaiannya sangat kusam
seperi habis berguling diantara genangan lumpur. Pria itu tidur sambil memegang sebotol anggur.
“Tuan, sudah pagi, anda harus bangun sekarang! sebentar lagi akan gelar ibadat di tempat ini,” ujar sang Pendeta sambil berusaha membangunkan pria tersebut.
Tak lama pria tersebut pun perlahan membuka matanya. Perlahan ia berusaha mengerakkan badannya untuk duduk, lalu mengusap ke dua matanya. Matanya nampak merah. Ia memegang kepalanya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya masih tetap memegang botol anggur miliknya.
“Oh maaf Bapak, bisa kah saya duduk sebentar? Saya baru saja bangun, setelah perasaan saya membaik saya akan segera pergi,” jawab pria tersebut.
“Bagaimana kalo Tuan tetap disini? Bukan kah lebih baik ikut berdoa bersama? Dengan begitu Tuhan akan memberikan keselamatan pada hamba-Nya, karena hanya dengan kasih yang diberikan oleh-Nya kita bisa merasakan kebebasan," kata si Pendeta sambil mengulurkan tangannya ke arah pria tersebut.
Mendengar perkataan tersebut lansung berdiri tanpa menjabat tangan si Pendeta. Ia kemudian berbalik arah seolah tak mau melihat wajah sang pendeta. Dengan suara seperti berbisik, kemudian berkata:
“Apanya kebebasan? Baik aku maupun dirimu sama-sama merasa takut. Aku lari dengan ketakutan dengan sebotol anggur, sedangkan kau berpaling dengan doa yang kau panjatkan setiap hari. Ketakutan kita begitu besar sehingga tidak tau harus berbuat apa. Ketakutan yang membuat kita tidak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Tak bisa berenang walaupun memiliki sirip untuk bergerak. Tak bisa melihat walaupun memiliki bola mata. Tak bisa menikmati permainan walaupun di tengah taman hiburan. Kita hanya terus mengeluh dan bertanya tentang arti dari tujuan hidup ini, yang sebelumnya tak pernah kita pertanyakan saat
lahir ke dunia ini. Dan setelah tumbuh menjadi dewasa kita mengalami begitu banyak ketakutan yang membuat perlahan panca indra kita menjadi lumpuh. Perlahan tapi pasti kita dituntun oleh ketakutan menuju kematian. Dan setiap hari kita merasa dicurangi padahal sejak awal tak ada keadilan. Setiap hari kita merasa terancam padahal tak ada lawan. Setiap saat merasa dikhianati padahal tak pernah ada persahabatan. Setiap hari merasa khawatir dengan hari esok padahal belum terjadi. Kita begitu takut untuk memilih, padahal tak pernah ada pilihan. Bahkan kita tak bisa memilih ketakutan kita sendiri. Jadi, sudah lah biarkan aku pergi dengan ketakukan milikku," Si pria itu pun pergi sambil meminum anggur miliknya. Terus berjalan meninggalkan suasana hening nan absurd yang membuat sang Pendeta hanya terdiam dan terpaku membiarkan pria itu pergi.
seperi habis berguling diantara genangan lumpur. Pria itu tidur sambil memegang sebotol anggur.
“Tuan, sudah pagi, anda harus bangun sekarang! sebentar lagi akan gelar ibadat di tempat ini,” ujar sang Pendeta sambil berusaha membangunkan pria tersebut.
Tak lama pria tersebut pun perlahan membuka matanya. Perlahan ia berusaha mengerakkan badannya untuk duduk, lalu mengusap ke dua matanya. Matanya nampak merah. Ia memegang kepalanya dengan tangan kirinya sedangkan tangan kanannya masih tetap memegang botol anggur miliknya.
“Oh maaf Bapak, bisa kah saya duduk sebentar? Saya baru saja bangun, setelah perasaan saya membaik saya akan segera pergi,” jawab pria tersebut.
“Bagaimana kalo Tuan tetap disini? Bukan kah lebih baik ikut berdoa bersama? Dengan begitu Tuhan akan memberikan keselamatan pada hamba-Nya, karena hanya dengan kasih yang diberikan oleh-Nya kita bisa merasakan kebebasan," kata si Pendeta sambil mengulurkan tangannya ke arah pria tersebut.
Mendengar perkataan tersebut lansung berdiri tanpa menjabat tangan si Pendeta. Ia kemudian berbalik arah seolah tak mau melihat wajah sang pendeta. Dengan suara seperti berbisik, kemudian berkata:
“Apanya kebebasan? Baik aku maupun dirimu sama-sama merasa takut. Aku lari dengan ketakutan dengan sebotol anggur, sedangkan kau berpaling dengan doa yang kau panjatkan setiap hari. Ketakutan kita begitu besar sehingga tidak tau harus berbuat apa. Ketakutan yang membuat kita tidak bisa terbang walaupun memiliki sayap. Tak bisa berenang walaupun memiliki sirip untuk bergerak. Tak bisa melihat walaupun memiliki bola mata. Tak bisa menikmati permainan walaupun di tengah taman hiburan. Kita hanya terus mengeluh dan bertanya tentang arti dari tujuan hidup ini, yang sebelumnya tak pernah kita pertanyakan saat
lahir ke dunia ini. Dan setelah tumbuh menjadi dewasa kita mengalami begitu banyak ketakutan yang membuat perlahan panca indra kita menjadi lumpuh. Perlahan tapi pasti kita dituntun oleh ketakutan menuju kematian. Dan setiap hari kita merasa dicurangi padahal sejak awal tak ada keadilan. Setiap hari kita merasa terancam padahal tak ada lawan. Setiap saat merasa dikhianati padahal tak pernah ada persahabatan. Setiap hari merasa khawatir dengan hari esok padahal belum terjadi. Kita begitu takut untuk memilih, padahal tak pernah ada pilihan. Bahkan kita tak bisa memilih ketakutan kita sendiri. Jadi, sudah lah biarkan aku pergi dengan ketakukan milikku," Si pria itu pun pergi sambil meminum anggur miliknya. Terus berjalan meninggalkan suasana hening nan absurd yang membuat sang Pendeta hanya terdiam dan terpaku membiarkan pria itu pergi.
Diubah oleh tutorialhidup 04-08-2020 00:00
caturkristiyani dan 2 lainnya memberi reputasi
3
455
Kutip
4
Balasan
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
Thread Digembok