thedreamcrusher
TS
thedreamcrusher
PENYESALAN


Pagi itu aku bangun sedikit terlambat karena semalam begadang, jadi yang biasanya bangun jam 06:00 pagi, sekarang kebablasan bangun jam 06:30, kelewatan 30 menit.

Tentu 30 menit ini bukanlah hal yang wajar bagiku sebagai seorang pelajar SMA. Karena bel masuk disekolahku termasuk cepat yaitu jam 06:50 dan dengan jarak tempuh ke sekolah yang lumayan jauh dari rumah tentu tidak heran jika ayah dan ibuku sudah mulai mengomel sejak dari bangun hingga berangkat ke sekolah.

Salah memang ketika hari ini aku melawan, mengeluh, dan sedikit membentak kepada ayah karena nada suaranya yang menasehatiku terlambat bangun sedikit lebih keras dari biasanya.

Seketika pagi itu hawa rumah lebih suram akibat perlawanan yang ku berikan, namanya juga remaja yang masih saja tidak bisa mengontrol emosinya. Seketika itu aku langsung berangkat tanpa menyalami mereka, tanpa rasa bersalah sedikitpun ku tancap gas motor dan menderu marah saat ditengah jalan.

***

Masih beruntung saat itu aku tidak terlambat, pada saat bel sekolah berbunyi menandakan jam pertama dimulai sudah ku parkirkan motor dan berlari menuju kelas. Kemudian pada saat jam belajar sedang berlangsung, sepintas pikiranku termenung mengingat kejadian tadi pagi dan merasa bersalah atas apa yang telah aku perbuat.

Perasaan tidak enak ini membuat ku tidak fokus dan benar saja ibuk guru yang sedang menerangkan di depan tiba-tiba saja menoleh ke arahku dan seketika melayangkan satu pertanyaan, aku tau penyebabnya pasti karena melamun. Tentu saja aku cuma bisa menggelang sebagai tanda tidak bisa menjawab, dan lagi tidak dirumah di sekolah pun aku juga dimarahi. Yah benar-benar hari yang sial.

Saat itu aku tidak ambil pusing dan memutuskan nanti sesampainya dirumah akan meminta maaf ke ayah dan ibu atas tindakan tadi pagi, bel istirahat berbunyi dan seperti biasa bergegas ke kantin supaya tidak mengantri panjang berburu makanan.

Kesialan terjadi lagi, ketika terlalu terburu-buru berjalanan di keramaian kantin, tidak sengaja menabrak salah seorang cewek, dan tentu saja makananku tumpah ke bajunya. Sudah seperti jatuh tertimpa tangga, tidak jadi makan dan diomelin si cewe, omelannya membuat semua mata tertuju pada ku, tidak menunggu lama aku berusaha minta maaf dan langsung cabut pergi ninggalin cewek tadi. Yah terpaksa pengganti makanan jatuh tadi cuma sebungkus roti.

***

Jam-jam pelajaran setelah istirahat berjalan dengan aman, lalu bel pulang berbunyi sekitar jam 13:30. Kebetulan hari ini ada mata pelarajan olahraga aku putuskan untuk mengganti baju di salah satu rumah teman yang tidak jauh jaraknya dari sekolah. Karena belum punya SIM jadi kami putuskan untuk lewat jalan pintas, aku rasa aman-aman saja karena tu jalan tidak terlalu sepi karena masih siang. Dan disinilah lagi-lagi kesialan terjadi, diperjalanan ada dua orang preman yang mencoba memberhentikan kami di tengah jalan dengan melambaikan tangannya.

Tidak terlalu ambil serius ku tancap saja gas motor kabur meninggalkan mereka, ternyata tanpa kusadari mereka mengikuti kami dari belakang, orang-orang yang mengikuti kami tadi memacu kecepatannya dan menghambat dari depan, dan malangnya disitu yang terhalang cuma aku dengan teman ku yang dibonceng sementara temanku yang sendirian tadi sudah jauh didepan tanpa tahu apa yang terjadi padaku.

Dan lebih sialnya aku tepat berada di gang jalan yang kebetulan begitu sepi, entah kenapa seolah tempat ini sudah dipersiapkan, preman-preman yang menghadangku tadi menambah jumlahnya dari yang cuma 4 orang dua motor, sekarang menjadi 8 orang empat motor. Firasatku sudah tidak enak, dan benar saja mereka menjadikanku mangsanya, seketika kala itu mereka langsung meminta HP dan uang, sontak awalnya aku menolak dan sedikit memberikan nada yang tinggi.

Namun apalah daya dengan mereka yang jumlahnya lebih banyak dan mengeluarkan sebilah pisau lalu mengancam akan membidik perutku jika masih menolak, aku tahu disini seharusnya aku berteriak atau langsung tancap lari, tapi entah kenapa tubuh ini kaku, keringat dingin bercucuran kemana-mana, detak jantungku tak beraturan, sesak napas ini, dengan pasrah dan berat hati hingga sangat menyesal ku berikan HP yang baru 4 bulan dipakai.

Juga HP temanku yang turut mereka ambil, setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan mereka langsung pergi dengan cepat, diriku yang bodoh mencoba mengikuti mereka, jauh, jauh dan sangat jauh dari rumah teman yang rencananya ingin ku singgahi, mengikuti mereka bagai malapetaka hampir saja dengan kebut-kebutan dan lengah dijalan sebuah mobil hampir menabrak ku, disitulah aku terhenti dan kehilangan jejak mereka.

Aku coba berhenti dan menepikan motor, terdiam, sakit hati, marah, menyesal, dendam, dan merasa sangat putus asa, semuanya bercampur sedemikian rupa, tak tertahankan aku mulai menangis dan teringat akan seperti apa nanti jika pulang kerumah dan ayah tahu kalau HP ku sudah tidak ada. Masih menangis di trotoar jalan dengan putus asa, temanku mengajak ke kantor polisi untuk melaporkan apa yang terjadi pada kami.

***

Hari ini begitu sangat sial sekali, sesampainya di kantor polisi bukannya menerima laporan kami, itu polisi malah ingin makan siang dulu sebelum melayani diriku yang sudah tak tau arah, gelisah, dan putus asa. Sakit, sakit, sakit sekali ketika satu-satunya pelindung masyarakat lebih mendahulukan isi perutnya ketimbang tugas yang semestinya ia lakukan.

Setelah mengisi perutnya yang besar melebihi ikat pinggangnya, aku dipersilahkan masuk dan langsung menceritakan apa yang telah kami alami, dan bukannya memberi harapan yang keluar dari mulutnya malah, “untung cuma HP kamu yang diambil, bagaimana motor atau badan kamu yang ditusuk” seolah kalimat yang ia sematkan seperti menyudutkan dan semua yang terjadi karena salahku.

Polisi tersebut hanya menyuruhku mengisi selembar kertas dan meninggalkan nomor telfon yang bisa dihubungi. Dalam hati ku bergumam “paling mereka tidak akan mau membantu, ada uang ada jalan, ada uang ada harapan, bodohnya aku melakukan hal yang sangat percuma dan sia-sia”.

Selepas dari kantor polisi diri ini mulai kehilangan arah, jam olahraga tidak ku ikuti, terbesit di benak ku untuk tidak pulang kerumah karena takut, takut akan seperti apa nanti respon dari mereka kalau saja tahu HP ku sudah diambil orang, terlebih lagi tadi pagi aku juga bersikap tidak baik pada ayah.

***

Satu jam berlalu meratapi nasib, kemudian terdengar suara adzan ashar dan aku sempatkan solat di masjid yang ada didepan kantor polisi sembari meminta pengampunan dan pertolongan, yah benar, seharusnya sejak awal aku tidak perlu melapor dan meminta bantuan kepada polisi. Yang seharusnya aku lakukan adalah melapor dan meminta bantuan kepada Allah.

Selepas solat pikiran ini mulai membaik dan jernih sedikit demi sedikit, aku putuskan untuk pulang saja agar tidak mendatangkan masalah lainnya. Aku juga merasa bersalah kepada temanku dan meminta maaf kepadanya, kemudian ku antarkan dia pulang dan setelahnya aku langsung pulang kerumah tanpa merasa takut lagi.

Ya aku harus hadapi, aku harus cerita, aku tidak akan bisa sembunyi, seburuk dan sekeras apapun nanti hukuman yang ku dapatkan, hal itu sudah semestinya terjadi. Sesampainya dirumah tentu saja hanya ada adik ku, sementara ayah dan ibu sedang bekerja dan mereka pulang jam 18:00, ganti pakaian dan tidur berharap hari ini akan cepat berlalu.

***

Singkat cerita, setelah ayah dan ibu pulang lalu selesai makan malam, ku beranikan diri ini untuk menceritakan semuanya, mereka marah tentu saja, dan setelah itu ku pegang tangan mereka seraya mengucapkan kata maaf sambil menitik air mata, sungguh sebuah penyesalan yang tidak akan aku lupakan seumur hidup.

Pelajaran yang ingin aku bagi disini kepada para pembaca semoga selalu bersabar dan berhati-hati, sabar ketika kedua orangtua kita marah karena tanda sayang, hati-hati ketika dalam perjalanan, lebih baik berkendara dengan lengkap dan usahakan tidak mengambil jalan pintas terlebih lagi jika jalan itu sepi, dan sedikit pesan jika sebelum berangkat pergi kemanapun dari rumah hendaklah berpamitan kepada orangtua, salami mereka, juga iringi dengan doa semoga selamat pulang maupun pergi.

Terakhir jangan melawan dan bersikap kasar kepada mereka, jangan sekali-kali menyakiti hatinya, minta maaflah sebelum terlambat karena ridho tuhanmu adalah ridho kedua orangtuamu.
darmawati040wakyu06zukii.vixii
zukii.vixii dan 7 lainnya memberi reputasi
8
1.5K
8
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.3KThread40.9KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.