KolorRobekKuAvatar border
TS
KolorRobekKu
SEORANG AYAH YANG JAUH
SEORANG AYAH YANG JAUH


"Dikala senja, hanya bayangan wajah anak yang melintas dipikiranku, comelnya, lincahnya, pinternya. Namun maaf ayah tidak bisa selalu disampingmu nak, situasi dan kondisi memaksa kita untuk jauh.  Meskipun begitu, dirimulah penyemangat ayah 😘. Semoga kita cepat bersama lagi, ayah, ibu, dan kamu."

LEBARAN
Lebaran tahun 2020, semuanya sibuk untuk mempersiapkan pernak pernik untuk menerima tamu yang akan bersilaturahmi. Tenaga dan pikiran dikerahkan hanya untuk tujuan memperindah kondisi lingkungan, tak ayal sampai lembur untuk menyelesaikan, huftt sungguh capek luar dalam batinku. Maklum saja keluarga kami pas²an, semua dikerjakan sendiri semampunya.

Ya, lebaran tahun ini memang tidak seperti tahun² sebelumnya karena negara corona menyerang haha😂 Gara² corona banyak hal yang dibatasi, termasuk tidak boleh berkerumun, ibadah berjamaah, dll, semua ini agar penyebaran corona berkurang. Sebagai ayah, aku juga sangat protektif kepada anak istriku, tidak boleh jalan² jauh, tidak boleh ini itu, namun terkadang aku juga luluh meskipun berdebat dengan istri, kasihan karena suntuk dirumah terus & untuk menghilangkan rasa penat kerja seharian. Rasa tidak tega, kasihan, membuatku kurang waspada terhadap corona, tapi semua itu aku lakukan karena aku sayang kalian.

AKU
Aku adalah anak terakhir dari 7 bersaudara, dari 2 ibu, aku anak bungsu dari ibuk kedua yang memiliki 2 anak, anak bontot tepatnya. Dari ketujuh saudara, hanya ada 1 cewek, sisanya burung semua haha. Kami tinggal di kepulauan, pulau yang kecil dikelilingi lautan, nanti ini ada hubungannya dengan hobyku. Dirumah ini kami berempat, aku,anak,istri dan ibuku. Ayahku telah meninggal dunia 2 tahun yang lalu diserang stroke (Miss u dad emoticon-Frown). Istriku kelahiran di pulau sebrang, pulau besar berjarak kurang lebih 200an km, bisa di tempuh sekitar 5 jam jika tanpa halangan atau antrean penyebrangan.

ANAK
Anakku, cewek, lahir tanggal 17 agustus 2018, ya, merdeka, sebentar lagi umurnya 2 tahun.Sesuatu kebanggan bagi diriku memiliki anak cewek, sebab di keluarga kami minim anak cewek, termasuk pamanku yang memiliki 3 orang anak dan semuanya burung. Sewaktu hamil, banyak yang mengira bahwa anakku berjenis kelamin cowok karena lasaknya wktu masih di kandungan, ditambah waktu USG tidak kelihatan jenis kelaminnya. Karena itu kamipun mempersiapkan kelahirannya dengan nama cowok,perlengkapan cowok,dll. Anakku lahir di rumah mertuaku, cucu pertama mertuaku, jadi mreka minta tuk melahirkan disana. Istriku 4 bersaudara, adiknya 3, adik cowok sudah selesai kuliah, kedua adik cewek sekolah SMP & SD. Namun surprise waktu kelahiran ternyata anakku cewek, akupun tak sanggup membendung air mata. Sedih bercampur bahagia bukan karena salah persepsi, tapi karena ingat kata² mendiang ayahku "iki sesok putuku wedok"/"-ini besok cucuku cewek". Ayahku sangat berharap memiliki cucu cewek, sesuai latar belakang keluargaku yang dipenuhi burung. Tapi apa mau dikata, disaat umur anakku 7 bulan di kandungan, ayahkku meninggalkannya, meninggalkan selamanya emoticon-Frown

Aku hanya 1 bulan berada dirumah mertuaku, anakku yang masih bayi & istriku terpaksa aku tinggal, mungkin ada 5 bulan disana, aku pulang duluan mengingat kerjaanku & penghasilanku yang hanya jualan online ada di kampungku & tidak mungkin terlalu lama meninggalkan ibuku yang sendirian dirumah. Selama aku ada di rumah mertua, abang kandungkulah yang aku suruh untuk melihat ibuku, namun tidak bisa setiap hari karena abang kandungku sudah mempunyai rumah sendiri dan anak balita, terlebih abangku sering keluar kota karena kerjaan. Abang dan kakak tiriku sudah jauh tinggalnya, banyak yang di luar kota.

Ibuku 50an tahun umurnya, ibuku mengidap hipertensi (180/120),kolesterol, gula tinggi, jadi sedikit saja kelehan membuatnya sakit. Karena hipertensi emosi ibuku susah di kontrol, dan itu kadang jadi perselisihan antara ibuku dan istriku, lumrah terjadi, bersyukurlah kalau ibumu baik banget terhadap istrimu. Namun itu semua sudah kuatasi, ketegasan, tujuan hidup, keikhlasan, kekeluargaan, akhirnya membuat mereka sadar dan tidak lagi seperti bunyi nyamuk terbang dekat telinga waktu kita mau tidur.

Kembali ke LEBARAN ya hehe..
Badai corona semakin menerjang, ekonomi makin parah. Semua orang terkena imbasnya, termasuk aku, aku yang hanya jualan online kecil²an + usaha servis tutup kehabisan modal setelah kepergian ayahku. Bukannya apa, adat istiadat di tempatku masih kuat, apabila ada keluarga meninggal maka selama 7 hari harus menjamu masyarakat yang datang untuk mendoakan yang meninggal. Dan itu tidak hanya 7 hari, tapi ada 40 hari, 100 hari dst. Setelah itu akupun fokus kepada masa² kelahiran anakku, akhirnya usahaku benar² terbengkalai sampai ke lebaran tahun 2020.

Di lebaran ini, aku berusaha mencukupi kebutuhan anak istri, termasuk baju lebaran dll dengan dana seadanya hasil dari servis hp, parabola,dll dilingkunganku, itupun hanya sedikit karena orang² lebih mikirin beli beras daripada memperbaiki peralatan elktroniknya yang rusak, efek corona, kebutuhan diriku sendiripun sampai tak pernah aku pikirkan. Difikran hanya ada " melihat kalian tersenyum ceria saja sudah membuatku bahgia". Sampai² istriku nekat karena ini, istriku ingin membelikan kolor buatku karena kolorku robek² & lapuk (pasti tau robek karena beliau yang nyuci haha),  namun aku larang, "utamain anak n ibuk dulu, ibuk belilah baju, baju anak sudah ada" ucapku. Maklum saja, yang pasti anak butuh pampers, minyak telon, bedak,dll. Aku tau niat istriku baik, mungkin tidak tega juga melihatku begini, tapi bagiku ada yang lebih penting dari sekedar KOLOR ROBEK.

KABAR
3 hari sebelum hari raya, aku lihat istriku menangis di pintu belakang sambil memegang hp (signal sulit dipelosok), aku dekati, namun pembicaraan mreka sedang intens, aku kode istriku hanya melambaikan tangan. Ada yang tidak beres pikirku, akupun menunggu sambil duduk tidak jauh darinya. Waktu itu anakku sedang diajak jalan² sama neneknya ke rumah tetangga.

"Aba (ayah istri/mertuaku) sakit tidak sadarkan diri", astagfirulah cobaan apa lagi ini dalam batinku. Aba  umurnya sekitar 55an tahun, sebelumnya pernah tumbang karena stroke ringan, namun cepet pulihnya, mungkin karena serangan pertama. Dan ternyata mertuaku kali ini terjatuh waktu keluar dari kamar mandi, serangan stroke kedua, stroke pembuluh darah pecah, bukan penyumbatan.  Kamipun berbincang tentang maslah itu, memastikan apa yang terjadi dan langkah selanjutnya apa. Yang pasti kami harus segera berangkat ke pulau sebelah dimana mertua tinggal, TAPI, ada tapinya ya, saat ini sedang masa PSBB, alhasil penyebrangan lintas pulau ditutup untuk umum, hanya di perbolehkan untuk bahan logistik. Sempat ada fikiran untuk menerobos ke penyebrangan dengan alasan yang sudah dipersiapkan agar kami bisa lepas ke pulau seberang, tapi karena mikirin anak, kasihan kalau dibawa dengan sepeda motor berjam² di jalanan, terlebih masih 1 tahun lebih umurnya. Maklum kami belum memiliki roda empat, kalau ingin pergi ke rumah mertua kami selalu menggunakan travel dengan biaya 150k per orang.

Dengan berat hati, kami pending untuk pergi, kami tetap merayakan lebran disini meskipun dengan fikiran yang kacau, lebaran dengan kesedihan. Setiap hari kami terus menanyakan kabar perkembangan kondisi aba disana, namun tetap tidak ada perubahan ke yang lebih baik. Dirumah di pasang oksigen untuk mempermudah pernapasan aba, oksigen tidak pernah dilepas, infus terus menerus, kesadaran menurun, tidak bisa menelan makanan, hanya sesekali membuka mata, berbicara sepatah duapatah kata, lepas itu matanya tertutup lagi tidak sadarkan diri.

Kenapa tidak dibawa kerumah sakit?
Baiklah, ini memang pertanyaan sulit untuk dijawab. Bagiku penyakit medis ya dibawa ke rumah sakit, kesetanan ya dibawa ke dukun, kebodohan ya dibawa ke orang pintar, itu rasional, namun karena pandemi ini pihak keluarga keberatan untuk membawa ke rumah sakit. Aba sesak nafas, mungkin karena sarafnya akibat stroke. Keluarga sepakat untuk tidak membawanya ke rumah sakit mengingat kondisina sudah seperti itu dan bakal di suspect corona akibat sesak nafasnya. Keluarga tidak ikhlas apabila kondisi terburuknya tidak bisa di tangani dan diproses dengan protokol kesehatan yang membuat kluarga tidak bisa melihatnya untuk terakhir kali.


7 HARI
Kami lalui lebaran ini dengan perasaan berkecamuk, terlebih istriku, tapi alhamdulilah anakku tetap di asuh dengan baik oleh istriku meskipun aku mengerti pikirannya sedang kacau ( love you my wife). Akhirnya waktu yang kami tunggu² sudah datang, PSBB sudah usai seminggu lebaran, kamipun merencanakan kembali untuk segera berangkat, nah disinilah kami bingung, dimana² masalah kebanyakan tidak jauh² dari duit. Dengan kondisi keuangan seperti ini, hanya cukup untuk 1 orang pergi, mau minjam tapi sama siapa, pastinya pada habis untuk lebaran ditambah pandemi lagi. Kamipun sepakat istriku duluan yang pergi dengan travel kepercayaan kami, sedangkan aku akan menyusul apabila kondisi disana sudah gawat, waktu inipun akan aku gunakan untuk mengumpulkan dana dikit demi sedikit sebelum aku menyusul. Alhamdulilah keluarga disana juga mengrti dan memaklumi.

Akhirnya keesokanya mreka berangkat, sedih? Pasti. Ayah mana yang tidak sedih saat ditinggal jauh anak istrinya. Hari² kulalui dengan perasaan sedih + pikiran berkecamuk tentang kondisi aba disana. Disaat tidak ada kerjaan, memancing ikanlah yang membuatku agak fresh, maklum karena kepulauan banyak terdapat spot mancing, terlebih mancing juga jadi hobiku ketiga setelah komputer & elektronik. Terkadang aku mancing sampai larut malam dengan hasil yang lumayan, namun setelah pulang aku malah merasa ada yang kurang, ya, biasanya istriku yang rajin bershin ikan hasil pancinganku, di goreng dengan sepenuh hati, istriku juga tidak pilih² makan ikan. Namun kali ini ikanku hanya teronggok didalam kulkas berhari², ibuku tidak suka makan ikan ditambah kolestrolnya juga lumayan.

Aku adalah tipe cowok yang suka tantangan, mancing malam di hutan²,ditepi pantai, sungai, suka yang kelayapan mencari hal baru, tapi bukan istri baru ya hehe..Jika sedang suntuk & tidak bisa kelayapan karena cuaca, aku lebih suka menghabiskan waktu dengan oprek² komputer, delphi, arduino, elektronik. Barang² rongsok sebisa mungkin untuk dimanfaatkan kembali, kalau berhasil membuat sesuatu itu adalah sesuatu kepuasan tersendiri bagiku, meskipun dari rongsok sampah hehe.

DUKA
"Yah, aba gak ada nafas, mungkin aba udah gak ada yah (sambil nangis)", kata² pertama yang istriku ucapkan ketika telepon jam 2  pagi. Hatiku berkecamuk, takut istriku pingsan dan kenapa², aku hanya menjawab "Panggil saudara² yang dekat buk untuk memastikan, nanti kabarin lagi,ayah tunggu, ibuk yang sabar". Aku tidak bisa melakukan apa² selain menunggu dan menunggu, akhirnya hampir jam 4 dapat kabar bahwa aba positif sudah tidak ada emoticon-Frown

Hanya sebentar istriku menelpon memberi kabar tersebut, aku masih menunggu kabar selanjutnya untuk memastikan kondisi anak istriku seperti apa, namun aku melakukan hal yang salah, aku ketiduran, oh tuhan emoticon-Frown

Jam 8 aku terbangun dan segera menelpon istriku, alhamdulilah ada jawaban dari istriku, aku hanya bisa menyuruhnya untuk bersabar dan ikhlas, hanya itu saja untuk saat ini, aku tanya anak tidak kenapa² kan, alhamdhlilah anakku baik² saja. Istriku juga bilang bahwa almarhum sudah diurus oleh keluarga dan warga setempat. Setelah itu aku buru² menelpon travel, tapi jawaban yang aku dapatkan tidak memuaskan, slot sudah penuh dan sudah berangkat semua. Akhirnya dengan berat hati aku pending keberangkatan hari itu, mengingat meskipun dipaksakan aku tetap tidak bisa mengejar waktu dan esok hari aku pastikan berangkat, alhamdulilah istri dan keluarga disana mengerti dan memaklumi. Yang terpenting keluarga inti mertuaku sudah lengkap, termasuk istriku. Istri dan keluarga ingin sepenuh hati mengurus aba sebelum kepergiannya, dan itu tercapai. Hal ini jugalah yang membuat keluarga istri sepakat untuk tidak membawa almarhum ke rumah sakit.

KESEDIHAN
Raut muka yang hanya terpancar kesedihan, termasuk diriku, aku sudah 2 kali merasakan ini, ketika ayahku meninggal dan sekarang mertuaku meninggal. Yang bertemu akan tiba saatnya berpisah.
Selama 7 hari kami melakukan ziarah kubur, namun ada yang aku lihat berbeda, istriku terlihat lebih terpukul dibanding keluarga yang lain. Aku hanya bisa mengatakan sabar dan ikhlas berkali², mungkin istriku sampe bosen dengerinnya. Doakan beliau semoga mendapatkan tempat yang terbaik disisinya. Batinku sedikit terobati ketika melihat si kecil, ya, anakku, yang sudah mulai lasak & crewet hehe.
Aku juga bersyukur uncle (paman) dan antenya (bibi) sangat menyayangi anakku, disaat istriku sedang sedih, merekalah yang membuat ceria anakku. Tak dipungkiri anakku juga membawa sedikit keceriaan di keluarga yang sedang berduka.

SENDIRI
Kekuatan dompetku ternyata sudah sekarat setelah semingguan di rumah mertua, mau tidak mau aku harus pulang duluan ke kampung halamanku. Sejujurnya aku tidak puas hanya semingguan disana, masih kurang, masih kurang waktu untuk mancing disana haha. Disini terdapat sungai yang besar dengan ikan yang beraneka ragam, beda dengan sungai di daerahku yang airnya payau/asin, disinj tawar. Dari semenjak menikah ingin sekali untuk strike ikan patin liar, namun sampai sekarang anaknyapun belum pernah nyangkut di mata kailku.

"Nak, jangan nakal disini ya, ayah pulang duluan, main sma uncle & ante ya", ayah pulang karena untuk cari uang beli pampersmu nak. Berat untuk meninggalkannya kembali, tapi lebih berat kalau kebutuhannya tidak tercukupi. Istriku menunggu 40 hari meninggalnya mertuaku, akupun tidak melarangnya lama² tinggal disini, aku pernah merasakan ditinggal ayahku jadi aku tau gimana rasanya di hati, 2 bulan tetap teringat, 6 bulan mendingan. Yang pnting aku tidak membuat tambah berat kluarga ini karena dompetku robek haha.

Akhirnya aku kembali seperti semula, kembali ke kesendirian, kembali terbayang² anakku, dan yang pasti kembali mancing. Suasana daerahku semakin menyedihkan, efek corona benar² membuat ekonomi lumpuh, terlebih sekarang sedang musim hujan, setiap hari hujan, secara masyarakat daerahku mata pencariannya menoreh karet, akibat hujan membuat mreka hanya tidur dirumah. Yang berdagang juga bingung karena daya beli masyarakat menurun drastis, lalat lewat terbang aja kedengeran suaranya sangking sepinya pembeli, termasuk aku yang mengalami nasib seperti ini, jualan online bner² stuck.

Pusing? Pasti. Dimana bisa dapat duit? Setiap malam mikir itu, sangking pusingnya tidurpun tidak nyenyak, kalaupun tidur malah mimpi gimana cara dapet duit haha. Akhirnya rejeki itu tidak kemana², rejeki anak, ada saja yang minta perbaiki ini perbaiki itu, khususnya perbaiki parabola yang hilang emt*k groupnya. Sedikit² pundi terkumpul dan itulah yang aku transfer buat anak istriku, sedikit asal halal bagi kami.

Tapi memang ada saatnya bener² harus beingung, dompet bener² robek tapi pampers anak habis, mengharap teman² atau saudara hanya untuk berhutang sepertinya tidak mungkin untuk saat ini, mreka juga sedang kesusahan. Sudah teramat pusing, akhirnya teringat pancing, pancing yang setia menemani disaat suntuk, ada 5 set pancing yang aku kumpulin sejak lama, setidaknya dikurangi jadi 2 set sudah bisa mendapatkan pundi² sedikit. 2 set sudah cukup buatku.

Banyak banget 5 set untuk mancing? Iya banyak, tapi ada yang lebih banyak jika orang tersebut hoby mancing, diatas guru ada suhu, eh kebalik gak ya?
Bukanya apa, setiap set itu fungsinya beda² tergantung spotnya, spot semak atau tidak bisa dibedakan tacklenya, untuk meminimalisir kerusakan tacklenya. Terlebih untuk perbedaan air, air asin/payau dan air tawar tidak bisa digabung bagi penghoby, air asin sangat korosif. Ribet banget? Iya. Tapi kalau punya 1 set ya apa boleh baut kan.

Hanya itu yang bisa jadi bahan untuk menjahit dompet yang robek, akhirnya akupun menjualnya dengan harga miring, miring banget malah, kalau tidak seperti itu siapa yang mau adopsi disaat musim seperti ini. Istriku juga melarangku menjualnya, kami sampe berotot membicarakannya, tapi aku udah mantap, anak istri nomor 1, pancing kalau dompet sudah tebal bisa beli lagi dan akupun tidak akan menyesalinya, setidaknya masih ada 2 set yang akan menemaniku disaat suntuk, itu sudah cukup, ikannya juga susah didapat sekarang. Maafkan suamimu ya, ini juga demi kalian.

Saat ini fikiranku hanya dipenuhi dengan anak dan istri, mohon dimaklumi karena kami jauh, anak juga masih kecil, masih comel²nya. Aku sebagai ayah sebenarnya bukan meminta yang muluk², dapat kabar dari anak istri + fotonya saja sudah membuatku bahagia, untuk saat ini. Aku juga memaklumi kondisi istriku sekarang, aku pernah merasakan yang dirasakan istriku saat ini, jadi akupun tak berharap lebih untuk memperhatikanku. Aku percaya dengan istriku meskipun kami sedang jauh, karena aku masih memegang teguh komitmen kami. Dan terimakasih kepada istriku telah menerimaku apa adanya, mau susah senang bersama, aku hanya begini, namun aku punya angan² yang besar buat kalian, aku sedang mengejar itu. Aku menikahimu bukan untuk mencari bahagia, terlalu egois bagiku jika seperti itu, aku menikahimu untuk berbagi kebahagiaan. Aku juga minta maaf selama ini aku banyak salah, banyak menyakiti hatimu secara langsung atau tidak langsung, sengaja atau tidak disengaja, namun aku akan menuntun keluarga kita ke jalan yang lebih baik, aku berharap dukungan darimu.

Semoga rejekiku mengalir terus, tetep berusaha pantang menyerah, ingat dengan tujuan hidup, semoga sesegera mungkin keluarga kecil kami berkumpul kembali, doakan aku ya kawan.

Kepada ibu mertuaku yang sangat aku hormati:
Aku turut berduka cita atas apa yang telah terjadi. Maaf menantumu belum bisa menjadi menantu yang terbaik saat ini. Hanya doa yang bisa kuberikan untuk saat ini.

Kepada istriku:
Tabah dan ikhlaskanlah kepergian ayahnda kita. Kita tidak bisa memberikan apa² lagi kepada beliau kecuali doa. Hanya doalah kita bisa meberikan perhatian terhadap beliau. Ayah juga berharap asuhlah buah hati kecil kita dengan sepenuh hati, ayah minta maaf belum bisa membantu untuk saat ini.

Kepada Uncle :
Tabah dan ikhlaskanlah kepergian ayahnda kita. Kita tidak bisa memberikan apa² lagi kepada beliau kecuali doa. Sama² kita ketahui kalau uncle sekarang menjadi tumpuan keluarga disana, kehidupan juga mungkin akan berubah. Tetep semangat, kerja apapun yang penting halal, kondisi sekarang sangat susah untuk mencari kerjaan. Setiap ada kesempatan ambilah, kesempatan itu cepat sekali sirna, lakukanlah asal itu tidak melanggar hukum dan halal. Maaf abangmu belum bisa membantu banyak untuk saat ini.

Kepada Ante:
Tetap semangat ya belajarnya, banyakin pialanya di rumah. Itulah salah satu kebanggaan kami.


My Real Life

by KolorRobekKU
Diubah oleh KolorRobekKu 31-07-2020 02:32
nomoreliesAvatar border
caturkristiyaniAvatar border
indrag057Avatar border
indrag057 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
1.3K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.