robbolaAvatar border
TS
robbola
terpaksa

Aku paling malas kalau disuruh menemani Mama ke pasar. Sungguh sangat terpaksa jika harus pergi ke pasar. Sebab, menemani beliau pasti lama pulangnya. Apalagi kalau sampai dia sibuk tawar-menawar dengan penjual. Ribetlah.

Sekarang kami berdua sudah sampai di tempat parkiran motor. Kusandarkan motorku dan mengikuti langkah Mama masuk ke dalam pasar. Jalanan agak becek karena pagi tadi diguyur hujan. Aku dan Mama hati-hati melangkahkan kaki.

Tepat di depan orang berjualan sayur, Mama berhenti dan memilih brokoli. Kuperhatikan dia yang sibuk memilih satu demi satu brokoli. Bertanya harga dan minta dibungkuskan setelah menyetujui harga.

Kemudian, kami mulai masuk ke lorong pasar melewati para penjual buah-buahan, penjual bumbu masakan, dan terus menyusuri lorong menuju tukang ayam.

"Ma, aku bawakan aja belanjaannya sini," kataku.

"Nih," jawab Mama. Mama mulai asyik kembali memilih daging ayam. Sementara aku asyik menatap para penjual keripik pisang. Entah karena melamun, tubuhku terjatuh ke lantai.

Seseorang telah menubrukku sehingga aku terjatuh. Keranjang belanjaan Mama juga berserakan. Isinya berhamburan keluar.

"Maaf, maaf," ujar orang itu sambil memasukkan barang belanjaan Mama.

"Sil, kamu tak apa?" tanya Mama panik. Orang-orang di pasar memperhatikan kami.

"Tak apa, Ma." Aku bangkit dan membersihkan tanganku bekas lumpur. Rokku kotor juga.

"Maaf, maaf, saya buru-buru!" Sesalnya. Saat kulihat wajah orang yang menubrukku itu, tampan.

"Sudah, tak apa-apa. Lain kali hati-hati!" Mama berkata bijak.

"Makasih, Tante." Dia menundukkan wajahnya dan segera berlalu. Sepertinya buru-buru.

"Sakit, Sil?" tanya Mama khawatir.

"Nggak, Ma. Sudah belanjanya?"

Mama mengangguk. Berdua kami keluar dari pasar menuju parkiran motor.

Belum sempat kustarter motorku, kami dihampiri seseorang. Dia, lelaki yang menabrakku di pasar.

"Tante, saya yang tadi. Saya minta maaf karena buru-buru tadi," ujarnya. Dia bercerita bahwa bibi yang bekerja di rumah ibunya itu sedang kesulitan. Lupa membawa uang belanjaan sementara belanjaan sudah dibungkus.

"Sudah, lupakan saja. Sisil juga tidak apa-apa." Mama tersenyum. Aku sedari tadi terpesona melihat perawakan cowok itu. Selain tampan kulitnya putih bersih, giginya juga bersih, gagah juga.

"Oh, Sisil, ya. Perkenalkan saya Ringgo. Saya minta maaf sudah menabrak tadi. Apa ada yang sakit?" tanyanya.

"Tidak, tidak ada." Aku masih belum mengalihkan pandangan ke wajahnya.

"Tempat praktek saya dekat sini, tuh, siku kamu berdarah. Kita obatin dulu sebentar," serunya.

Aku menggeleng.

"Ma, kita pulang aja. Bajuku kotor, aku harus mandi." Aku menolak permintaan cowok itu.

"Kalo begitu, nih kartu nama saya. Kalau tidak keberatan saya minta nomor telponnya, boleh?"

Aku melirik ke arah Mama. Mama mengangguk sambil tersenyum.

...

Sejak saat itu aku dan si cowok itu menjadi akrab. Malahan kami berdua selalu ke pasar, jika mamaku meminta tolong di hari Minggu. Pasar yang dulu paling malas kukunjungi, kini menjadi rutinitasku di hari minggu, tentu saja dia yang selalu menemani.

Keterpaksaan menemani Mama berbelanja, mengantarkanku berjumpa dengan dia. Dia lelaki yang sebulan lagi akan melamarku menjadi istrinya.
tauqeerAvatar border
sitinur200Avatar border
caturkristiyaniAvatar border
caturkristiyani dan 8 lainnya memberi reputasi
7
1.2K
7
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.