Kaskus

Hobby

Pengaturan

Mode Malambeta
Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

cherleviAvatar border
TS
cherlevi
Penarikan Benda Gaib di Makam Kyai Pekke
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Pada masa hidupnya, Kyai Pekke tidak hanya dikenal sebagai ulama, tapi juga sebagai budayawan. Bahkan, menurut sejarah Sumenep, dia pernah memberi pelajaran gending-gending di tanah pusat kebudayaan Jawa, Jogjakarta. Layaknya ulama-ulama di masa lalu, Kyai Pekke juga dikenal memiliki bermacam kesaktian.

Kalau beliau melakukan perjalanan jauh, tidak butuh waktu lama. Tempat-tempat jauh itu, ke Batavia misalnya, hanya ditempuh dalam sekejap mata. Konon, Kyai Pekke selalu suci untuk sholat fardhu atau sholat sunnah, meskipun 4 tahun beliau tidak wudhu. Kehebatan lainnya adalah kemampuan memprediksi masa depan seperti dilakukannya saat melihat Bindara Saod.

Dengan segala kehebatan yang dimilikinya itu, tak salah bila ratusan tahun kemudian, saat eksistensinya hanya bisa dilihat dari makamnya, dia tetap dihormati oleh masyarakat. Peristirahatan terakhirnya terletak di Dusun Daje Songai, Desa Lembung Barat, Kecamatan Lenteng, Sumenep. Kuburannya berada dalam sebuah komplek pemakaman, yang beberapa diantaranya adalah makam-makam leluhur para penguasa Sumenep.

Mereka antara lain; Nyai Izza, saudara sepupu sekaligus istri pertama Bindara Saod, dan Nyai Jeddir, nenek Nyai Izza. Dari Nyai Izza-lah, Raden Asirudin, pengganti Bindara Saod yang bergelar Pangeran Natakusuma I atau dikenal dengan Panembahan Somala. Maka sebelum ke Asta Tinggi, harusnya para peziarah sowan ke sini dulu.

Pada hari-hari yang dikeramatkan, makam Kyai Pekke selalu menjadi jujugan para pengalab berkah. Mereka yang berasal dari berbagai tempat itu, datang dengan berbagai tujuan dan hajat, termasuk para santri yang ingin sukses studi agamanya. Karena orang-orang yang dimakamkan disitu memang dipercaya sebagai wasilah terkabulnya bermacam keinginan.

 

Penarikan benda gaib yang saya lakukan di Makam Kyai Pekke mendapatkan pusaka yang istimewa. Sebuah Keris Udan Mas berkhodam Raja Jin Jawa Level 10 dan beberapa cincin berkhodam.

Sejak umur 6 tahun, Bendara Moh. Saud yang kelak menjadi Adipati Sumenep, telah diasuh oleh Kyai Fakih, pamannya. Di tangan ulama yang oleh masyarakat sekitar akrab dipanggil Kyai Pekke ini, Bendara Moh. Saud seakan dipersiapkan untuk menjadi seorang pemimpin. Padahal konon adipati yang memerintah dari 1751 M sampai 1762 M itu berhasil menjadi penguasa Sumenep tersambung lewat sebuah mimpi.

Saat itu, Kadipaten Sumenep baru usai berperang menumpas pemberontakan Ke'Lesap dari Bangkalan. Dianggap tidak cakap memimpin pemerintahan, Pangeran Alza Cakranegara IV diberhentikan oleh Kompeni. Sebagai penggantinya, musyawarah keraton memilih Raden Ayu Rasmana, bibi Pangeran Alza. Namun, tidak lama kemudian R. Ayu Rasmana ditinggal mati oleh suaminya, Raden Tirtanegara.

Oleh para sesepuh keraton, dia disarankan untuk bersuami kembali agar lebih ringan tugasnya memimpin pemerintahan. Menuruti saran dari sesepuh, kemudian Raden Ayu Rasmana melakukan shalat istikharah selama 40 hari guna memohon petunjuk Tuhan. Petunjuk rupanya hadir lewat mimpi ketika dalam tidurnya dia didatangi seorang lelaki penyabit rumput.

Beberapa kali sholat istikharah, laki-laki itu yang hadir dalam mimpinya selama 40 hari. Bahkan dalam mimpi yang terakhir, laki-laki itu menyebut namanya sebagai Bendara Moh. Saud dari Desa Lembung Barat. Akhirnya melalui utusan, dijemputlah si penyabit rumput, dinikahkan dengan Raden Ayu Rusmana dan diangkat menjadi AdIpati Sumenep bergelar Raden Tumenggung Tirtanegara.

Sejak masih berada dalam asuhan Kyai Pekke, sebenarnya tanda-tanda Bendara Moh. Saud akan menjadi orang besar di kemudian hari telah nampak. Tanda-tanda tersebut dilihat sendiri oleh Kyai Pekke, paman sekaligus gurunya yang menjadi pengasuh sebuah pesantren di Lembung Barat. Suatu malam, dia melihat cahaya terang muncul dari salah satu santrinya yang sedang bersama-sama tidur di langgar.

Kemudian didekatinya santri itu dan pada ujung sarungnya dibuat simpul ikatan sebagai tanda. Keesokan harinya, saat Kyai Pekke memeriksa santri-santrinya, dia menjumpai sarung yang diberi simpul itu adalah milik Bendara Moh. Saud. Saat itu Kyai Pekke bilang kalau Bendara Saud kelak akan menjadi orang ternama.

Kyai Fakih alias Kyai Pekke memang dikenal sebagai ulama mumpuni yang memiliki banyak santri. Di tangannya-lah, Bendara Moh. Saud atau Bindara Saod mendapat gemblengan berbagai macam ilmu, terutama ilmu agama. Dengan ilmu itulah, kemudian hari Bindara Saod berhasil memimpin Sumenep dalam keadaan aman dan sejahtera.

Kyai Pekke adalah anak ketiga dari Kyai Hatib Bangil Parongpong (Putera Kyai Ali Talang Parongpong) dan Dewi Salamah (Puteri Kyai Abdullah Modin Teja, Bacorong Pamekasan). Kakak pertamanya, Nyai Narima atau Nuriyam, dinikahi Raden Abdullah Bindara Bungso (Putera Raden Pandiyan). Dari pernikahan inilah, Bendara Moh. Saud lahir. Jadi, Kyai Pekke adalah Paman Bindara Saod dari garis ibunya.

Setelah dewasa dan mempunyai keinginan mendirikan sebuah pesantren, Kyai Fakih pergi berkeliling wilayah Sumenep. Dia mencari tempat yang cocok dengan cara mencium tanahnya, bila berbau harum berarti cocok dan sebaliknya. Bau harum tanah tersebut akhirnya dia dapatkan setelah sampai di Desa Lembung Barat. Kyai Pekkeh pun memutuskan menetap di sini dan mendirikan sebuah pesantren.


Wassalam.
0
726
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Supranatural
Supranatural
KASKUS Official
15.7KThread11.7KAnggota
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Ikuti KASKUS di
© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.