benny1010Avatar border
TS
benny1010
Karya Tari SURAK RANG KUANTAN Terpilih Tampil Di Istana Negara
   
foto : epi martison

Lebih kurang sepuluh tahun belakangan ini Kabupaten Kuantan Singingi Riau terus berbenah diri, menyatukan barisan membangun negeri, menatap masa depan penuh optimis, mencipta, membuka cakrawala berpikir, untuk menggali potensi wilayah yang kaya, baik potensi alam maupun seni budayanya. 

Secara geografis kabupaten ini merupakan salah satu wilayah dari Provinsi Riau yang berbatasan langsung dengan Provisi lainnya di Sumatera. Memiliki pemimpin yang berorientasi maju, merangkul seluruh masyarakat baik elemen Pemerintah maupun swasta, saling-bahu membahu, bergandengan tangan menggapai cita-cita meraih peradaban baru akan wajah Kabupaten Kuantan Singingi di masa datang. 

Kabupaten Kuantan Singingi sebelumnya terdiri dari 5 kecamatan yaitu, Kuantan Tengah, Kuantan Mudik, Kuantan Hilir, Cerenti dan Kecamatan Singingi. Dulu, Kabupaten induknya adalah Indragiri Hulu yang berpusat di Rengat.

Setelah pemekaran wilayah akhirnya menjadi Kabupaten Kuantan Singingi, di Teluk Kuantan. Kabupaten Indragiri Hulu di Rengat, dan Kabupaten Indragiri hilir di Tambilahan Riau.


foto : epi martison

Bagi anak muda Kuantan Singingi khususnya yang bergerak di dunia seni budaya, waktu sepuluh tahun mereka gunakan untuk memperkaya pengalaman dan kemampuannya dalam bidang seni yang diminati. 

Berbagai kegiatan mereka ikuti dengan tekun dan penuh dedikasi tinggi  seperti, mengikuti worshop-worshop teknik tari, teknik komposisi musik untuk tari dan teknik mencipta karya tari atau koreografi. Bahkan tidak sedikit yang melanjutkan studinya ke perguruan-perguruan tinggi seni yang ada di seluruh Indonesia.

Upaya meningkatkan kemampuan dalam seni pertunjukan, anak muda Kuantan Singingi selalu dilibatkan dalam berbagai kegiatan seni yang bersifat kedaerahan seperti opening ceremony Musabaqah Tilawatil Qoran (MTQ), tingkat Provinsi Riau, tari kolosal Titian Ilahi, Tari kolosal dalam rangka memeriahkan pembukaan Pacu Jalur Menyapa Dunia,   yang diadakan di Batang Kuantan atau Sungai Kuantan. Tari kolosal Mangonji yang diadakan di lapangan Limuno dan stadion utama Kuansing yang berdekatan dengan Batang Kuantan atau Sungai Kuantan. Banyak lagi bentuk-bentuk kegiatan seni lainnya. Seiring waktu berjalan kemampuan anak muda di Kuantan Singingi kian terasah dan mulai mampu bersaing dengan provinsi lain di Indonesia.


foto : epi martison

Kemunculan anak muda Kuantan Singingi di berbagai festival baik skala daerah maupun Nasional, mencengangkan banyak orang.  Hal itu dipicu oleh bentuk karya tari maupun kemampuan penari anak-anak muda Kuantan Singingi ini hadir dengan kwalitas garapan serta teknik kepenarian yang luar biasa. Sehingga tidak pelak lagi, hampir setiap festival yang diikuti meraih peringkat pertama.

Dunia tari Kuantan Singingi mulai menggeliat, menembus pentas Nasional maupun International. Sungguh prestasi membanggakan. Bukan lagi Pacu Jalur yang menyapa dunia, akan tetapi seni tari Kuantan Singingi juga tak mau kalah, mereka akan segara terbang ke berbagai pentas-pentas seni tari dunia.

Semua itu melalui perjuangan, kerja keras dan penuh disiplin, seperti yang diungkapkan oleh Epi Martison, Ketua 1 Dewan Kesenian Kuantan Singingi (DKKS), seorang seniman putra asli Teluk Kuantan yang berperan penting sekaligus menjadi motivator seni budaya yang gigih dalam membina anak-anak muda Kuantan Singingi.

Menurut Epi Martison, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite Tari Dewan Kesenian Riau, periode 2017 – 2022, dan kini menjadi duta seni Riau di Jakarta mengatakan,  “Perjalanan panjang membina anak muda dalam dunia seni budaya, harus melalui sistim dan program berkesinambungan secara baik. Agar semua yang terlibat dalam pembinaan seni budaya tersebut dapat merasakan pengalaman berkesenian sesungguhnya dalam setiap proses bidang seni yang mereka tekuni”, ungkap Epi Martison.

Ketika pengalaman berproses itu dapat dirasakan atau dilalui secara baik, tentu akan berpengaruh kepada pencapaian skill individu yang mumpuni, tangguh, yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global dalam dunia tari professional yang kian hari makin berkembang. Begitu kata Epi Martison dengan ekspresi penuh harapan kepada pemuda-pemuda Kuantan Singingi sekaligus tanah kelahiran yang ia banggakan.

Prestasi Kelompok Tari Kabupaten Kuantan Singingi antara lain, karya OWO, Juara Parade Tari Riau (2013). MANETEK ONOU, Juara tari Provinsi. PARAHU BAGHADUANG, Juara Provinsi dan Parade Tari Taman Mini Indonesia Indah 2015. SURAK RANG KUANTAN, Juara Parade Tari Provinsi Riau dan Parade Tari TMII, 2019.


foto : epi martison

Pada tahun 2020 ini, karya tari SURAK RANG KUANTAN, terpilih untuk tampil pada perayaan Hari Kemerdekaan RI di Istana Negara. Terpilihnya karya tari ini, merupakan hasil kurasi Eko Supriyanto yang merupakan seniman tari sekaligus salah seorang kurator Istana Negara. 

Bagi masyarakat Riau bahkan seluruh pejabat serta seniman yang terlibat tentu hal ini sangat membanggakan, bahkan sejarah yang telah ditunggu sejak puluhan tahun yang lalu kini menjadi kenyataan. Akan tetapi, oleh karena pandemic covid 19, bentuk seluruh pertunjukan perayaan 17 Agustus nanti dilakukan dengan virtual.

Bagi Epi Martison, semua prestasi yang telah diraih tentu tidak terlepas dari dukungan semua pihak, baik seniman, maupun pejabat Pemerintah yang selama ini selalu memberikan dukungan, baik secara moril maupun materil.

Atas nama pribadi Epi Martison mengucapkan terima kasih kepada, Bapak Gubernur Riau, Drs. H. Syamsuar, M.Si. Wakil Gubernur Bapak Edy Natar Nasution. Bupati Kabupaten Kuantan Singingi, Bapak Drs. H. Mursini, M. Si. Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Riau, Bapak Raja Yoserizal Zen. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau. Bapak Roni Rakhmat S. STP, M. Si. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Kuantan Singingi, Bapak Dr. Indra Suwandi. Ketua Dewan Kesenian Kuantan Singingi, Ibu Dra. H. Emi Safitri.


foto : epi martison

Sekilas tentang tari SURAK RANG KUANTAN :

Karya ini terinspirasi dari kisah nyata Tepian Narosa sebagai tempat wisata budaya Pacu Jalur kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi, Riau.
Dalam karya ini penata hanya menghadirkan sketsa tentang beberapa kebiasaan masyarkat di Tepian Narosa tempo dulu dan masa sekarang.
Dulunya Tepian Narosa hanya sebagai jamban, tempat mandi, menjadi pelabuhan tempat bongkar muat hasil panen kebun, sawah ladang dan hasil menangkap ikan para nelayan, sekaligus juga tempat curhat mak-mak.
Namun sekarang terjadi pergeseran eksistensi dan fungsi. Tepian Narosa kini menjadi tempat wisata serta arena gelanggang Pacu Jalur yang setiap tahunnya dapat menarik wisatawan, baik dalam maupun luar negeri.
Di tepian Narosa akan selalu terlihat bagaimana indahnya kebersamaan bergotong royong, kelakar, senda gurau penuh tawa riang, semangat kerja penuh tanggung jawab, dan sportivitas telah menjadi tradisi disaat Pacu Jalur tiba. Dari dulu sampai sekarang surak (teriakan)kayua…kayua…kayua…takkan pernah hilang dari ingatan rang Kuantan, karena suara teriakan itulah yang terdengar dari perserta lomba saat Pacu Jalur berlangsung. Sehingga bunyi teriakan itu sangat dirindukan oleh masyarakat Kabupaten Kuantan Singingi sampai saat ini.

Sumber : Epi Martison, Seniman dan Budayawan Riau, Jebolan Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang.asal Kabupaten Kuantan Singingi.

 

 

 

 
Diubah oleh benny1010 19-12-2020 00:00
0
3.9K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Dunia Hiburan
Berita Dunia Hiburan
icon
24.7KThread3.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.