robbolaAvatar border
TS
robbola
putri buruk rupa


Di sebuah kerajaan lahirlah seorang Putri yang bernama Putri Kencana Ungu.
Ia, adalah seorang anak raja yang bijaksana dan baik hati.

Seorang Putri bernama Kencana ungu, memiliki paras yang sangat cantik.
Sampai-sampai, membuat Nenek sihir iri dan ingin mengutuk sang Putri agar tidak ada yang menyaingi kecantikannya.

Saat usia Putri beranjak sepuluh tahun, Nenek sihir pun menjalankan rencananya. Putri akhirnya dikutuk, wajah Putri berubah menjadi buruk rupa.

Nenek sihir, tidak ingin jika kecantikannya ada yang menandinginya di dunia ini.

Kutukan nenek sihir akan terlepas bersamaan dengan lenyapnya sang Nenek sihir dari bumi ini, jika ada seorang pangeran yang benar-benar tulus mencintai sang putri dengan segenap hatinya.

Karena Putri tidak ingin membuat malu Ayahanda dan bundanya, akhirnya Putri bersedia diungsikan ke dalam hutan.

Awalnya, Raja tidak ingin memenuhi permintaan sang anak. Akan tetapi, sang anak tetap bersikukuh karena ia tidak ingin terjadi sesuatu pada Ayah dan bundanya.

Dengan berat hati sang Raja mengabulkan permintaan anaknya. Ia pun mengasingkan Putri Kencana ke dalam hutan

"Ayah, biarlah untuk saat ini, Nanda akan menjauh dari Istana," ujar Putri berusaha tegar.

"Bagaimana, jika Nenek sihir itu berusaha mencelakakan kamu," balas ayahnya.

"Paman kurcaci, akan menjaga Nanda dari gangguan Nenek sihir itu," jawabnya pada ayahnya.

Terlihat kesedihan sang raja dan tidak sanggup menatap wajah putrinya.

"Ayahanda, percayalah pada Ananda ... Ananda, bisa jaga diri," ujarnya meyakinkan ayahnya.

"Maafkan, Nanda ... Ayah." Putri bersujud di kaki sang raja.

"Anakku, apa tidak ada cara yang lain?" tanya ayahnya.

Ibunda Ratu pun sebenarnya tidak menginginkan sang Putri pergi meninggalkan Istana. Ia tidak ingin jauh dari putri semata-wayangnya.

"Tidak! Putri tidak boleh ke luar dari Istana ini!" teriak Ibunda Ratu dari dalam.

"Ibunda, Ananda ... akan baik-baik saja. Ibunda jangan khawatir," jawab Putri berusaha tegar.

"Adinda, Kakanda tahu perasaan ... Adinda saat ini. Namun, semua ini demi keselamatan putri kita," jawab raja berusaha menenangkan permaisurinya.

"Meski, sebenarnya Kakanda pun berat untuk melepaskan Putri kita," jawab Raja dengan mata berkaca-kaca.

"Nenek sihir itu, akan terus terus untuk mencelakai putri kita, jika ia tetap tinggal di Istana ini," jelas raja pada permaisurinya.

"Ibunda, ini hanya sementara waktu." Putri pun bersujud di kaki bundanya.

"Anakku, jaga dirimu baik-baik." Tangisan sang bunda mengiringi kepergian sang putri.

Akhirnya, perpisahan itu pun terjadi. Putri pun dengan terpaksa keluar dari Istana. Untuk menghilangkan jejaknya.

Putri menyamar menjadi rakyat biasa. Ia pun menutupi wajahnya, dengan sehelai kain agar tidak ada yang bisa mengenali dirinya.

---

Perjalanan putri pun dimulai, beberapa kurcaci mengawal sang putri, ia tidak ingin sesuatu terjadi pada diri sang putri.

Berhari-hari lamanya, putri dan para kurcaci berjalan keluar-masuk kampung dan melewati banyak rintangan. Tidak lama kemudian sang putri dan para kurcaci mulai memasuki hutan.

Mereka pun mencari tempat yang paling aman untuk bersembunyi, dan setelah mendapatkannya, para kurcaci pun mulai menjalankan tugasnya.

"Paman, Putri lapar."

"Sebentar, Paman akan mencarikan Putri makanan," jawab salah satu kurcaci.

Kurcaci yang lainnya, menjaga putri dari gangguan Nenek sihir.

"Putri, sabar ya ... Nak. Semoga ini cepat berlalu."

"Iya, Paman. Terima kasih, karena Paman sudah mengorbankan waktu untuk menjaga Putri.

---

Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tanpa terasa, Putri kini sudah beranjak remaja, usianya sudah memasuki delapan belas tahun.

Bertahun-tahun lamanya ia harus terpisah dari ayah serta bundanya. Ayah, bunda apa kabar kalian di sana? Kesedihan sering nampak di wajah putri Kencana, saat mengingat keduanya.

Ada sebuah kerinduan yang terpendam dalam hatinya, kerinduan ingin berkumpul bersama Ayah serta bundanya.

Akan tetapi, ia harus bisa menerima kenyataan pahit ini. Apa, kutukan Nenek sihir ini, selamanya akan menimpaku? Bisik sang putri sedih.

Sampai-sampai, ia belum sekalipun terlihat keluar dari dalam gowa. Ia takut, jika Nenek sihir akan menemukan jejaknya.

Akan tetapi, rasa penasarannya membuat Putri nekat untuk keluar dari gowa dan tidak memperdulikan, ancaman Nenek sihir. Namun, ternyata, salah satu kurcaci mengikuti putri diam-diam.

Begitu putri akan melangkah keluar, tiba-tiba kurcaci itu berteriak ke arah sang Putri.

"Putri, Berhenti! Jangan keluar Putri!"

Langkah Putri akhirnya tertahan dan ia pun kembali masuk.

"Kenapa, sih! Kenapa, aku harus dikurung," sungut Putri sebel.

"Putri, maaf. Kami tidak ingin seseorang menyakitimu di luar sana. Keselamatan Putri, adalah tanggung jawab kami semua," jelas salah satu kurcaci.

"Raja telah memberikan kami amanah untuk menjaga Putri," ujar kurcaci yang lainnya.

"Iya, maafkan Putri, Paman," ujarnya.

Suatu hari, para kurcaci pergi mencari makanan dan kayu bakar, para kurcaci meninggalkan sang putri sendirian.

Putri pun menggunakan kesempatan ini, Aku ingin mencari suasana segar di luar sana. Gumam sang putri.

Tak lama kemudian, putri berhasil keluar dari gowa. Tak lupa, putri menutupi wajahnya dengan sehelai kain. Karena ia tidak ingin orang melihat cacat di wajahnya dan putri pun mulai berjalan sambil bersenandung kecil.

Ternyata, ada seseorang yang mengintai sang putri diam-diam. Ia terus memperhatikan sang putri. Namun, putri sedikitpun tidak menyadari, kehadirannya.

'Merdu, sekali suaranya' lirih sang pangeran tak henti menatap ke arah putri.

"Pengawal, apa kamu mengenal siapa gadis itu?" tanya pangeran menunjuk putri.

"Tidak, kami pun baru pertama kali melihatnya Pangeran," jawab salah seorang pengawal.

Pangeran terus menatap putri, netranya tak berhenti menatap ke arah sang putri dan mengagumi suaranya yang merdu.

"Pangeran, jangan bilang kalau ... Pangeran jatuh hati," ujar pengawal menggoda pangeran.

Belum sempat Pangeran menjawab tiba-tiba ....

"Kraaak!"

Tanpa sengaja, pangeran menyentuh ranting yang ada di sampingnya dan membuat sang putri pun terkejut. Ia baru menyadari, ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya, tetapi putri tidak mengetahui itu adalah seorang pangeran.

Putri pun berlari menjauh, dari tempat itu.

"Tunggu!" teriak sang Pangeran

Namun sedikitpun sang Putri tidak menoleh ke arah suara itu. Pangeran terlihat kecewa dengan kepergian putri.

Siapa dia? Gumam Pangeran. Semoga, aku bertemu dengannya lagi. Bisiknya berharap. Dengan perasaan hampa, sang Pangeran kembali ke Istananya.

Sementara Putri terlihat termenung, ia kembali mengingat peristiwa yang baru saja dialaminya.

Siapakah dia? Bisik Putri bertanya pada dirinya sendiri. Apa, dia mata-mata Nenek sihir itu? Kembali Putri bertanya sendiri.

Wajahnya, yang rupawan membuat jantung ini berdetak lebih cepat dan membuat hatiku merasakan getaran yang belum pernah kurasakan. Bisik sang Putri.

Tidak! Tidak mungkin! Ini tidak akan pernah terjadi. Ia tidak akan menyukai gadis buruk rupa sepertiku, gumam Putri bersedih.

Impian ini tidak akan pernah terjadi, lirih Putri dan ia terlihat ia berputus asa.

Di tempat Pangeran ....

Setelah pertemuan dengan sang Putri, Pangeran kini tak berhenti menghayalkan Putri. Mengapa, dia menghindar dan berlari meninggalkanku? Ada apa dengan gadis itu? Bisiknya bertanya pada dirinya sendiri.

Apa, aku akan bertemu dengannya lagi? Bisik Pangeran bersedih. Angannya terus memikirkan gadis khayalannya semenjak hari itu, hanya gadis itu yang ada dalam khayalan Pangeran Satria.

Mungkinkah, gadis itu yang selama ini hadir dalam mimpiku? Apa, benar dia gadis itu? Gumam Pangeran dan terus mengkhayalkan gadis impiannya.

----

Pertemuan sang pangeran dan putri kembali terjadi tanpa disengaja. Hari itu, sang putri berjalan-jalan sambil bersenandung kecil.

Suara itu, suara itu ... aku seperti pernah mendengarnya. Bisik sang pangeran bertanya-tanya. Aku harus berusaha menemukan pemilik suara itu, pangeran berujar pada dirinya.

Pangeran pun mengitari tempat itu, netranya tiba-tiba tertuju pada gadis yang sedang duduk menatap rumput hijau. Namun, kehadiran pangeran membuat putri terkejut seketika.

Ia berusaha untuk menghindari pangeran, akan tetapi pangeran menghentikan langkah Putri.

"Tunggu!" teriaknya.

Putri menghentikan langkahnya, "Ada apa? Apa ... yang Anda inginkan dari saya?" tanya sang Putri menunduk.

"Kenapa, kamu selalu menghindar? Apa, aku terlalu buruk di matamu," jawab Pangeran pada Putri.

Sesaat Putri terdiam, bibirnya seakan tak mampu mengucapkan kata-kata. Apa, maksud pertanyaannya? Bisik Putri bingung.

"Maaf! Aku tidak mengerti, mengapa kamu selalu menghindar dariku?" tanya Pangeran ke arahnya.

"Karena, saya merasa tidak pantas." Putri kembali menunduk.

"Apa, maksud perkataan kamu?"

Mendengar pertanyaan pangeran, putri hanya terdiam, ia tak mampu menatap wajah pria yang ada di hadapannya. Putri, merasakan jantungnya berdetak semakin kencang tatkala ia menatapnya.

Hal yang sama pun dirasakan Pangeran, tatkala ia menatap Putri yang ada di hadapannya, jantungnya berdetak semakin kencang.

"Maaf, ijinkan saya pergi," pamitnya tanpa berani menatapnya.

"Tolong, jelaskan! Apa, aku terlalu buruk? Apa, aku tidak pantas untukmu!?"

"Apa, maksud ucapan Anda?" tanya Putri bingung.

"Semenjak pertemuan pertama kita, aku berharap ... aku bisa bertemu dengan dirimu, lagi," tuturnya.

"Ternyata, permohonanku terkabul." Kembali ia berbicara padanya.

"Aku yakin, Anda akan menyesal telah berucap seperti itu, dan akan menarik perkataan Anda kembali, setelah Anda melihat wajah, saya," jawab Putri padanya.

"Tidak! Apa dan bagaimanapun kamu ... aku tidak akan menyesal dan dari pertemuan pertama kita, aku sudah jatuh hati padamu. Aku mencintaimu dengan segenap hatiku, yakinlah."

Pangeran berusaha meyakinkan Putri. Namun, Putri masih ragu dengan perkataan pria yang ada di hadapannya.

'"Jika saya berbohong, saya akan menerima, balasannya," ujarnya sekali lagi.

"Baiklah, saya percaya dengan ucapan dan janji, kamu," jawab Putri.

Begitu, Putri membuka kain penutup wajahnya, keajaiban terjadi padanya. Wajah buruknya, seketika berubah menjadi cantik jelita.

Pangeran terkesima, menatap kecantikan Putri Kencana Ungu.

"Jadi, benar ... kamu Putri yang selalu hadir di mimpi-mimpiku?"

"Kamulah, selama ini yang aku cari, Putri," ujar Pangeran dan tak berhenti mengagumi kecantikannya.

Pangeran tak berhenti memandangi Putri yang cantik bak bidadari, yang saat ini ada di hadapannya.

Apa, kutukan ini telah lepas, dariku? Bisik Putri bertanya.

"Putri, mau kah ... kamu menjadi permaisuriku," pinta Pangeran memohon.

Tiba-tiba, para kurcaci berdecak kagum melihat kecantikan Putri. "Putri, wajahmu telah berubah."

"Kamu, sudah cantik, lagi Putri."

"Kita, harus merayakan hari bahagia, ini."

Kurcaci-kurcaci itu terlihat bahagia.

"Pangeran yang gagah dan Putri yang cantik, pasangan yang, serasi," timpal kurcaci lain.

Sungguh, Putri Kencana tidak menyangka kutukan Nenek sihir itu akhirnya terlepas dari dirinya.

"Putri, mau kah ... kamu menjadi istri dan permaisuriku." Pangeran bersujud di hadapan Putri Kencana.

"Terima! Terima ... terima, Putri!" teriak para kurcaci.

"Iya, aku mau," jawab Putri malu-malu.

"Terima kasih, Putri."

Mereka semua kembali ke Istana, Raja dan Permaisuri bersuka-cita menyambut kepulangan anaknya.

Istana, kini tak lagi diselimuti mendung.
Raja dan permaisuri tidak lagi berduka.
Semua sangat bahagia. Menyambut Putri Kencana Ungu.

Tidak berapa lama, pernikahan Putri Kencana dan Pangeran Satria pun dilaksanakan.

Putri kini tidak takut lagi, karena Nenek sihir sudah lenyap dari muka bumi. Keduanya pun hidup berbahagia untuk selama-lamanya.

#Tamat
bukhoriganAvatar border
rinnopiantAvatar border
aryanti.storyAvatar border
aryanti.story dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.5K
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.