Beberapa teman yang hobi makan lemak serta murah meriah memposting kesaksian mencicipi bubur ayam Cek Adi, cuil Herni Evrida Herman kompornyo testimoni perdana yang buat saya tekenang nak melok nyicip bubur ini. https://m.facebook.com/story.php?sto...00001410563300

Tentu saja isinya merekomendasikan sang buryam sebagi sarapan pagi yang enak, murah meriah serta sehat. Hm.. Sayapun jadi ikut penasaran bagaimana rasa dan istimewa sang buryam. Apa yang membuat teman-teman begitu antusias mempromosikannya?


Sang pemilik adalah teman semasa smpn, kami adalah angkatan jaman old, namun tetap milenia soal makan. 🤭
Terlebih lagi saat ada yuotuber yang sudah memposting nikmatnya rasa bubur ayam cek adi.

.

Penasaran saya meronta-ronta ingin membuktikan kebenarannya. Tidak sekedar mendengar dan menyaksikan keistimewaan sang buryam yang bercokol di jeramba karang. Maka sayapun melesat langsung ke TKP begitu ada waktu. Sabtu pagi 4 Juli 2020. Mengingat saya adalah emak rempong nan bahagia super sibuk ya... Pukul 8 sampailah saya di lokasi buryam. Diantar oleh bentor langganan saya, saya yakin akan dapat menikmati semangkuk buryam di sabtu pagi yang cerah. Namun... Harapan saya kandas saudara-saudara...
Saya cugak (kecewa)...
Buryamnya sudah habis....
Oh tidak...
Saya sudah merelakan pagi-pagi untuk membuktikan tingkat rasa dan keistimewaan sang buryam. Harus pulang dengan tangan kosong...
Maka saya mengobati kecewa saya dengan membeli buryam lain, tidak jauh dari lokasi. Namun rasanya biasa saja. Sang pemilik Adi Ujang Yahya... Meminta maaf telah mengecewakan saya, namun 50 kg buryam telah ludes pagi itu tak bersisa...

Sepanjang jalan saya berpikir jalan sampai besok saya kembali "cugak". Maka saya titipkan uang kepada bentor langganan saya, agar besok pagi jam 6 saya bisa menikmati sang buryam.
Keesokan paginya pukul 7 pagi bubur ayam cek Adi sudah diantar ke rumah.



Wah saya senang sekali akhirnya... Sang pendatang baru kuliner fenomenal sudah ada di hadapan saya...
Begitu saya buka tutupnya, wangi bawang goreng, daun bawang dan ayam gorengnya menguar di udara. Selera makan saya makin besar, maklum saya ibu menyusui bayi laki-laki usia hampir satu tahun.
Sudah dipastikan tingkat konsumtif busui ya. 😁
Tekstur bubur yang kental namun lembut sesuai selera saya, lalu saya coba rasa bubur ayam tanpa kuahnya dahulu. Karena pada yuotuber kuliner dikatakan rasa buburnya sangat enak walaupun tanpa kuah kaldunya. Jadi saya ingin membuktikan kebenarannya. Ternyata saudara-saudara, benar adanya. Bubur ayam cek adi ini memiliki rasa gurih yang nikmat.



Jika anda orang palembang, maka rasanya sama dengan rasa kue bubur talam gandus. Gurih santan yang telah menyatu pada bubur sangat istimewa. Ahh.. Pantas dan wajar ia cepat habis dan laris... Harga 10.000 per porsi ini masuk akal.
Saya kenal sekali rasa bumbu rumahan nan sehat. Tanpa MSG hanya mengandalkan resep alami sehat saja dengan garam dan gula serta rempah-rempah khas Palembang maka bubur ayam cek Adi sangat sehat dan enak.
Untuk bayi yang sudah bisa makan makanan tambahan bubur ayam ini sangat cocok dan menyehatkan. Sayapun memberikan anak bujang saya buryam ini di pagi itu.
Cang yang penasaran dengan bubur ayam cek Adi, tongkrongin lokasinya di Jeramba Karang yang legendaris. Berdampingan dengan sungi Sekanak yang cantik penuh warna cerah.
Sambil olahraga pagi dan sarapan di sini menikmati suasana sungi Sekanak yang berwarna sambil makan bubur ayam. Ayo begancang (bergegas) jangan kesiangan ya.. pukul 8 pagi saja saya sudah enggak kebagian. Jadi nongkronglah pas jam 6 pagi lapaknya buka.