Banyak orang mengenal saya sebagai salah satu fans dari Argentina.



Maklum saja, saya mengenal dan mencintai olahraga sepakbola di zaman Diego Maradona mengangkat trophy Piala Dunia setelah membawa Argentina menjadi juara dengan mengalahkan Jerman Barat di Final Piala Dunia 1986 di Meksiko.

Berbeda dengan Bapak saya. Dia begitu gembira luar biasa, saat Ruud Gullit dkk menjadi juara Piala Eropa dua tahun berselang.

Rupanya beliau merupakan fans sejati Tim Kincir Angin. Ketika saya bertanya kepadanya sejak kapan suka dengan Tim Belanda ??? Dengan tegas pensiunan yang satu ini menjawab, "..1974.."

Minggu sore, 7 Juli 1974, laga pamungkas Piala Dunia ke-10 akan segera dimulai di Stadion Olympia, yang terletak di kota Munchen, Jerman.

Tim Jerman Barat, yang juga merupakan tuan rumah meluncur ke partai puncak usai mengalahkan Polandia dengan skor 1-0.

Empat hari sebelumnya, Belanda, berhasil menenggelamkan juara bertahan Brasil, 2-0.

Belanda saat itu begitu dipuja para pecinta bola berkat gaya permainan yang atraktif dan revolusioner. Belakangan kita mengenalnya dengan istilah "Total Football".

Bapak saya bercerita, bahwa sebelum final dimulai, hampir semua orang penggila sepak bola mengatakan Belanda akan menjadi juara baru!

Prediksi tersebut seperti mengarah kepada kebenaran. Belanda unggul cepat stelah wasit Jack Taylor asal Inggris meniup peluit tanda sepak mula dimulai.

Total Football ala Belanda langsung menghipnotis para pemain Jerman Barat.

Johan Cruyff dkk memainkan umpan-umpan pendek, dari kaki ke kaki. Jika kita melihat kembali rekaman pertandingan final itu, jelas akan kita lihat bahwa para pemain Tim Oranye mengalirkan bola dengan tenang dan sangat mengendalikan laga.

Melalui sebuah aksi, Johan Cruyff menerobos pertahanan lawan dan memaksa pemain Jerman Barat harus melakukan pelanggaran keras di kotak penalti.

Wasit langsung menunjuk titik putih. Johan Neeskens yang maju sebagai algojo sukses membawa Belanda lebih dekat dengan trophy Piala Dunia.

Oya, setelah bola masuk gawang, maka Sepp Maier, sang penjaga gawang menjadi pemain pertama Jerman Barat yang menyentuh bola final usai memungut bola dari jala gawangnya.



Saya tak akan bicara panjang jalannya final Piala Dunia 1974.

Semua orang sudah tahu, walaupun sempat unggul, Belanda akhirnya gagal menjadi juara.

Paul Breitner berhasil mencetak gol yang menyamakan kedudukan lewat eksekusi tendangan penalti.

Dua menit jelang turun minum, Gerd Müller — penyerang haus gol asal Bayern Munich yang dijuluki Der Bomber, sukses mencetak gol.

Dan gol itu seperti menyegel takdir Belanda !!

Skuad Belanda yang dipimpin Rinus Michels dengan materi tim dengan nama-nama beken seperti Johan Cruyff, Johan Neeskens, Wim Jansen, Rob Rensenbrink, dan Van De Kerkhof tak kuasa membawa pulang trophy baru.

Tak ada gol lagi yang bisa dibuat Johan Crujff dkk di final tersebut. Belanda yang begitu luar biaaa sepanjang turnamen akhirnya dilabel sebagai juara tanpa mahkota!

Sebelum saya melihat Diego Maradona mencium trophy juara rancangan Silvio Gazzaniga di Meksiko 1986, piala tersebut ternyata pertama kali dimenangkan Jerman Barat.

Untuk diketahui, Piala Dunia 1974 merupakan pertama kali menghadirkan trophy baru.

Trophy yang lama alias Piala Jules Rimet sudah menjadi milik Brasil yang mampu tampil sebagai juara dunia sebanyak tiga kali, terakhir di PD 1970 Meksiko.

Der Kaiser julukan bagi Franz Beckenbauer yang merupakan kapten tim menjadi pemain pertama Jerman Barat yang mengangkat piala baru tersebut.

Bagaimana dengan Belanda?

Sampai hari ini, termasuk 1974 sudah tiga final Piala Dunia yang telah mereka lakoni.

Hasilnya ?? Sudahlah, kalian pasti tahu takdir sang pelopor Total Football !!

Bapak saya sudah berusia 79 tahun. Entahlah, apakah takdir bisa membuat beliau melihat Belanda mampu menjadi Juara Dunia kelak, seperti saya yang sudah lama merindukan Tim Tango kembali menjadi Juara Dunia ?!?!?!

#RinganJari
#TimnasBelanda
#JohanCruyff