indrag057Avatar border
TS
indrag057
Antara Aku, Kau, Bintang, Dan Rembulan
Spoiler for warning:




ANTARA AKU, KAU, BINTANG, DAN REMBULAN
(TAMAT)


pic : pinterest

Quote:




Part 1 : Romlah Si Gadis Desa

Gadis tigabelas tahun itu berlari lari kecil memasuki rumahnya, melempar tas sekolahnya ke atas sofa di ruang tamu, lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Sambil bernyanyi nyanyi kecil ia mengganti seragam putih birunya dengan celana sebatas lutut dan kaos oblong bergambar tokoh kartun Mickey Mouse.

Suara kambing mengembik membuat si gadis buru buru berlari keluar rumah, lalu duduk di balai balai bambu yang ada di teras, sambil pura pura membaca komik Detective Conan yang dibawanya. Hanya pura pura, karena ekor matanya justru tertuju ke jalanan tanah di depan rumahnya.

Dadanya sedikit berdebar, saat suara kambing itu semakin mendekat. Bukan. Bukan kambing kambing itu yang ia tunggu untuk lewat di depan rumahnya. Tapi si empunya kambing.

Tak lama, yang ditunggu tunggupun akhirnya datang juga. Gadis itu memperbaiki posisi duduknya, sambil matanya terus mengintip dari balik buku yang ia pegang.

Gerombolan kambing mulai nampak berbaris lewat di jalan itu. Sesekali mengembik, sesekali menyambar dedaunan semak di pinggir jalan dan mengunyahnya dengan sangat rakus. Seorang anak laki laki menggiring kambing kambing itu, dengan cangkul yang tersangkut di bahu.

"Hey, Kliwon, jangan kesitu!" seru anak laki laki itu saat salah seekor kambingnya berbelok ke halaman rumah si gadis, lalu dengan lahapnya merenggut dan mengunyah daun singkong yang tumbuh subur di halaman itu.

"Dasar nakal," anak itu menghalau kambingnya agar kembali ke jalan. "Maaf ya, kambingku memakan tanaman singkongmu."

"Eh, i.....iya, ndak papa kok," gugup gadis itu menjawab, lalu berlari masuk ke dalam rumah. "Dia menyapaku", seru gadis itu dalam hati. Wajahnya memerah, matanya terpejam dengan telapak tangan menangkup di depan dada. Bunga bunga indah bermekaran di hatinya.

"Romlah!" sebuah seruan membuyarkan lamunan gadis itu.

"Eh, iya mak," gadis itu menyahut gugup.

"Ngapain di situ? Pulang sekolah bukannya cepat cepat makan malah melamun," seru sang ibu lagi.

"Iya, sebentar mak," gadis itu mengintip lewat kaca jendela rumahnya. Ah, sayang, anak itu sudah tak kelihatan lagi batang hidungnya. Hanya suara kambingnya yang terdengar semakin menjauh.

"Hey, ngapain sih?" kembali gadis itu terkejut saat tiba tiba Mak Yatmi telah berdiri di belakangnya.

"Eh, enggak mak," gadis itu tersipu, lalu bergegas melangkah menuju meja makan, menghindari pandangan emaknya yang masih berdiri sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Mak, habis makan boleh nggak aku main ke sawah?" gadis manis berambut panjang sepinggang itu berkata, sambil mengunyah makan siangnya.

"Ngapain? Main kok ke sawah," sahut Mak Yatmi sambil sibuk membereskan dapur.

"Eh, ini Mak, mau...," gadis itu berpikir sejenak, mencari alasan yang tepat. "Mau nyari belalang. Iya, belalang, buat tugas sekolah Mak."

"Kenapa harus jauh jauh ke sawah?" Mak Yatmi menarik kursi dan duduk di depan anak sulungnya itu. "Di kebun depan rumah itu kan juga banyak kalau cuma belalang. Nggak usah jauh jauh ke sawah. Lagian panas begini, nanti kulitmu jadi hitam lho."

"Nanti Romlah pake topi deh, sama baju lengan panjang, biar nggak hitam." rayu gadis itu lagi.

"Hmmm, ya sudah, terserah kamu deh," sahut Mak Yatmi. "Tapi jangan pergi sendiri. Ajak adikmu. Dan jangan main main dekat sungai. Bahaya, nanti kamu bisa diculik wewe gombel."

Bla bla bla, masih banyak lagi pesan yang diucapkan oleh perempuan itu kepada anak kesayangannya. Romlah tersenyum. Sudah biasa ia mendengarnya. Yang terpenting, ia sudah mendapat ijin untuk main ke sawah, meski harus sedikit berbohong. Karena sebenarnya tak ada tugas dari sekolah untuk mencari belalang.

****

"Ngapain sih Mbak main main disini, panas tau," Zaenab memonyongkan bibirnya, sambil mengikuti langkah sang kakak menyusuri pematang sawah. "Mending juga di rumah, main congklak atau bola bekel!"

"Sudah, jangan banyak protes," sahut Romlah yang berjalan di depan. "Nanti tak traktir baksonya Kang Pardi deh, asal kamu nggak banyak protes."

"Beneran ya," mata Zaenab berbinar membayangkan lezatnya bakso Kang Pardi yang mangkal di ujung kampung.

"Iya," jawab Romlah. "Nanti malam, habis sholat isya' kita jajan bakso."

"Asyiiiikkkk.....!!!" seru Zainab.

Kedua kakak beradik itu akhirnya sampai di bawah pohon trembesi yang rindang. Romlah duduk di atas batu besar yang ada di bawah pohon itu, diikuti oleh sang adik.

"Ngapain kita disini Mbak?" tanya Zainab lagi. "Katanya mau nyari belalang?"

"Nanti saja nyari belalangnya, masih panas," mata Romlah tertuju pada seorang anak yang sibuk mencangkul di tengah sawah tak jauh dari tempat itu. Anak yang tadi lewat depan rumahnya sambil menggiring kambing. Anak yang tadi menyapanya di depan rumah.

"Tapi nggak disini juga kali berteduhnya," Zainab, anak bawel itu masih saja protes. "Bau kambing tau!"

"Bawel kamu," sungut Romlah. "Nanti nggak jadi aku traktir bakso kalau masih kebanyakan protes."

"Iya deh," Zainab diam, lalu asyik memperhatikan kambing kambing yang asyik merumput di sekitar situ. Romlah juga diam, memperhatikan anak yang sibuk bergelut dengan lumpur di tengah sawah. Sampai sore menjelang, dan matahari hampir tenggelam, hanya itu yang mereka lakukan. Sampai akhirnya...

"Eh, ngapain kalian disini?" seruan anak laki laki itu mengagetkan Romlah. Wajahnya memerah, lalu tertunduk, tak berani membalas tatapan anak laki laki itu.

"Mas Joko, dapat belut banyak yaa..." Zaenab menatap serenteng belut yang dipegang anak laki laki itu.

"Yach, lumayanlah," Joko, anak laki laki itu mengulurkan belut yang ditentengnya. "Kamu mau?"

"Eh," mata Zainab berbinar. "Beneran buat aku?"

"Iya, nih, ambil saja kalau mau. Aku masih punya banyak di rumah,"

"Asyiiikkkk, makasih Mas," Zainab menerima belut yang diberikan oleh Joko. Lumayan, ada sekitar sepuluh ekor, dan besar besar pula. Bisa dibuat sambal atau digoreng untuk makan malam nanti.

"Iya, sama sama," sahut Joko sambil berlalu. Hari sudah sore. Sudah waktunya untuk pulang.

"Eh, tunggu," seru Romlah, membuat Joko menghentikan langkahnya.

"Iya, kenapa?" Joko menoleh, membuat Romlah kembali tertunduk malu.

"Boleh kami..... pulang bareng kamu?" akhirnya Romlah memberanikan diri untuk bicara, meski dengan suara gemetar dan wajah menunduk.

"Ayolah," sahut Joko singkat. Merekapun pulang bersama. Joko berjalan di depan sambil menggiring kambing kambingnya. Sedang Romlah dan Zaenab mengikuti dari belakang. Mereka berjalan dalam diam. Romlah si gadis pemalu, dan Joko si anak pendiam. Hanya suara nyanyian kecil Zainab yang memecah kebisuan. Sampai mereka berpisah di persimpangan jalan.

****

Zainab menarik tangan Romlah keluar dari musholla. Sholat Isya' baru saja selesai, tapi anak itu sudah tak sabar ingin menagih janji kakaknya siang tadi.

"Apaan sih Nab?!" sungut Romlah sedikit kesal.

"Bakso mbak, kan tadi udah janji mau beliin bakso." jawab Zainab.

"Ya ampuuuunnn, kamu ini, kan tadi sudah makan sebelum berangkat ke musholla." seru Romlah.

"Iya, tapi sudah lapar lagi," Zainab tertawa kecil. "Lagipula kan Mbak Romlah sudah janji tadi. Ingat, janji itu hutang Mbak. Kalau nggak ditepati dosa loh."

"Iya iya, tapi pelan pelan dong jalannya, jangan pecicilan gitu. Kamu itu anak perempuan lho." Romlah mengingatkan. Zainab hanya tertawa kecil. Anak itu tingkahnya memang seperti anak laki laki. Lincah, energic, dan periang. Berbeda dengan sang kakak yang pemalu dan pendiam.

"Eh, Nab, kakak janji bakalan beliin kamu bakso, kalau kamu berhasil mengajak Joko ikut makan bakso bersama kita," bisik Romlah saat ia melihat ada Joko di tengah tengah gerombolan anak laki laki yang berjalan di depan mereka.

"Eh, kenapa juga harus mengajak mas Joko? Jangan jangan......." mata Zainab melebar, "Mbak Romlah naksir yaaaaa sama Mas Joko."

"Hush, sembarangan kalau ngomong," sentak Romlah dengan pipi memerah. "Kan tadi dia sudah ngasih belut ke kamu. Jadi nggak salah kan kalau gantian kita yang ngajak dia makan bakso."

"Oh, begitu toh," sahut Zainab. "Oke lah kalau begitu."

"Eh, tunggu," Romlah menahan Zainab yang sudah siap siap untuk menghampiri Joko. "Tapi jangan bilang bilang kalau aku yang menyuruhmu yaaa,"

"Emmmmmm.......," Zainab berpikir sejenak, lalu, "Siiiiipppp dech," anak itu lalu berlari lari kecil menghampiri gerombolan anak laki laki yang berjalan di depan mereka.

"Mas Joko," seru Zainab.

"Ya," Joko menoleh.

"Ikut kita makan bakso yuk," tanpa basa basi Zainab langsung menarik tangan Joko, disambut oleh seruan ciee ciee dari teman temannya.

"Eh, tapi.....,"

"Ayolah," Zainab memotong ucapan Joko. "Tadi kan Mas Joko sudah ngasih aku belut. Sekarang gantian kita yang nraktir Mas makan bakso. Tenang saja, Mbak Romlah kok yang nraktir."

"Eeeeee, tapi......," Joko garuk garuk kepala saat sudah tiba dihadapan Romlah. "Aku nggak bisa. Lain kali saja ya, aku banyak PR hari ini."

Joko melepaskan tangan Zainab yang memegang lengannya, lalu melangkah menjauh. Namun baru beberapa tindak, langkah Joko terhenti saat mendengar suara Romlah memanggilnya.

"Joko," pelan suara Romlah, nyaris tak terdengar. "Kamu bohong kan?"

"Eh....," Joko menoleh.

"Iya, kamu bohong," kata Romlah. "Aku tahu hari ini nggak ada PR."

"Emmmm....., iya, maksudku...." Joko garuk garuk kepala. Memang nggak ada PR hari ini. Ia menolak, karena ia memang tak memiliki uang sepeserpun di kantongnya. Nggak lucu kalau makan bakso harus dibayari sama Romlah.

"Ya sudah kalau nggak mau nggak papa kok," kata Romlah lagi. "Yuk Nab, kita makan berdua saja."

Zainab mengikuti langkah sang kakak. Sedang Joko masih berdiri mematung di tempatnya. Sekilas tadi ia melihat gurat kekecewaan di wajah Romlah. Kembali ia menggaruk kepalanya yang tak gatal, lalu berbalik melangkah pulang.

bersambung


INDEKS:

Quote:
Diubah oleh indrag057 22-01-2023 15:11
ashroseAvatar border
terbitcomytAvatar border
azhuramasdaAvatar border
azhuramasda dan 70 lainnya memberi reputasi
69
45.4K
987
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread•41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.