xielnaAvatar border
TS
xielna
My Angel & Dream Me
Quote:




Chapter 1. Unknow








"Kenapa takdir itu gak pernah adil!" teriakan penuh prustasi keluar dariku. Aku menangis, berpegangan pada besi membatas antara jalan dengan laut lepas dihadapanku.

Rambutku semeraut terbawa riuh arus angin yang tak aku hiraukan, rasa dingin terasa di kulitku ketika angin malam kembali menyapa. Aku mengedip, membiarkan air mataku jatuh melewati pipiku, menatap lurus lautan dihadapanku dengan sorot hampa nan sendu.

"Apa aku nggak pantas untuk bahagia?

"Aku juga ingin merasakan bahagia, di cintai dan di sayangi." Aku menunduk, menangis tersedu-sedu.

"Tapi kenapa aku tidak pernah mendapatkan hal itu tuhan, kenapa aku selalu tak beruntung... Hidupku hanya di isi kesengsaraan, kesulitan dan juga kesialan. Kapan aku bisa beruntung?"

"Aku lelah," aku menepuk-nepuk dadaku yang terasa sesak dan sakit. Sudah banyak luka yang tergores di sana yang tak mampu aku sembuhkan kembali. Meski berkali-kali aku menyembuhkan luka itu, mereka akan datang kembali menambah luka baru di hatiku yang tak pernah kunjung berhenti.

"Aku lelah tuhan! Aku lelah terus tertekan dengan skenario takdir yang tak berkesudahan ini.."

Aku membersit mengusap air mataku yang kian banyak sampai rasanya percuma saja aku menyekanya.

"Kata ibuku, ketika kita melihat ada orang yang sedang sedih, merasa putus asa dan terlihat seolah takdir tidak memihaknya. Kita harus memeluknya, karena itu artinya orang tersebut sedang membutuhkan tempat bersandar di kala dia sedang merasa seolah dunia mengacuhkannya."

Aku berhenti menangis, kepalaku perlahan menoleh ke arah sumber suara yang baru saja mengucapkan kata-kata tersebut.



[Sumber : Pinterest]


Air mataku kembali jatuh melewati pipiku ketika mataku beradu dengan mata pria yang entah sejak kapan berdiam duduk di sana. Dia menatapku intens dengan senyum tipis di bibirnya. Aku di buat hanyut ke dalam matanya yang menatapku dengan sorot teduh.

"Kamu tahu, kadang kala orang memang perlu agar merasa tidak baik-baik saja. Tapi bukan berarti tuhan tidak menyayangimu." pria itu berucap lantas melebarkan senyumnya hingga aku bisa melihat kedua dimpel di kedua pipinya.

"Setiap takdir yang kamu jalani dikehidupan ini selalu memiliki alasan tertentu, tuhan tidak mungkin memberikan skenario kehidupan pada takdir umatnya tanpa alasan tertentu." pria itu menegakan badanya, bergerak mendekatiku.

Aku mendongak sempurna ketika dia berdiri menjulang tinggi dihadapanku. Aku sampai di buat melongo dengan postur dan tampangnya yang hampir terlihat sempurna itu.

Tiba-tiba saja tangan pria itu bergerak menyeka air mataku membuatku tersentak dan tertegur. Mataku tak sedikit pun lepas dari manik matanya yang juga tengah memakuku.

"Sebelum menjemput kebahagian yang sesungguhnya kita perlu merasakan yang namanya pahit kehidupan. Jika tidak begitu, kamu gak akan pernah tahu bagaimana rasanya berjuang dalam hidup ini. Rasanya akan terasa hambar seperti kuah bakso tanpa bumbu." hening sejenak sebelum dia kembali lanjut berkata.

"Setelah kamu berhasil melewati setiap rintangan dalam hidup mu, percayalah suatu saat nanti kamu akan merasakan rasa manis dari hasil perjuangan mu itu." dia kembali menyeka air mataku.

"Jadi, dari pada mengeluh terus. Sebaiknya kamu mulai kembali menata hidupku dari nol, hilangkan keraguan di hati mu dan mulai lah percaya diri bahwa kamu pasti bisa menggapai apa yang ingin kamu capai. Kamu juga harus optimis bahwa kelak di masa depan nanti kamu pasti bisa merasakan kebahagian itu juga merasakan cinta dan kasih sayang dari mereka orang-orang yang tulus pada mu tanpa menilai seperti apa dirimu dan kehidupanmu."

"Anak pembawa sial!"

"Dasar tidak berguna!"

"Pemalas!"

"Dasar jelek!"

"Aku membencimu!"

"Kenapa kau berbohong Alexsa!?"

"Aku tidak berbohong."

"Pergi! Pergi kau! Aku tidak mau melihat wajah sialanmu lagi!"


Aku kembali menangis saat bayang-bayang penghinaan itu kembali melintas di benakku.

Kepalaku menggeleng. "Aku tidak mungkin berhasil menggapai kebahagiaan itu. Semua orang membenciku tanpa alasan yang jelas. Tidak ada yang mau menemaniku, apa lagi mempercayaiku." ucapku di sela-sela isakanku.

"Aku lelah, hatiku sudah tak sanggup lagi menerima penghinaan dari mereka." aku menatap kedua manik mata pria itu kembali dengan tangisan yang kian pilu.

"Kamu ingin menyerah?" tanya dia yang langsung aku angguki tanpa pikir panjang.

"Jangan menyerah, menyerah hanya akan membuat mereka senang karena tujuan mereka untuk membuatmu kalah akhirnya terpenuhi."

"Kamu tidak boleh menyerah, kamu harusnya tunjukan pada mereka dan dunia ini bahwa apa yang sudah mereka lakukan pada mu tidak lah benar. Kamu harus membuktikan pada mereka bahwa ucapan yang pernah mereka lontarkan pada mu itu salah."

"Bagaimana jika aku tak berhasil?"

Pria itu diam untuk beberapa saat hanya mampu menatap mataku yang kuyu dan sembab. Aku tidak tahu seperti apa penampilanku saat ini, mungkin sangat berantakan.

Aku kembali di buat tersentak, jantungku berdetak cepat saat dia tiba-tiba saja menarikku ke dalam pelukannya yang terasa hangat dan juga nyaman sampai rasanya aku lupa akan kesedihanku beberapa saat yang lalu.

"Kamu pasti bisa," bisik dia disebelah telinga kananku membuatku merinding dibuatnya.

"Kau tidak seperti yang mereka katakan Alexsa."



Deg!




"Bagaimana dia bisa tahu namaku?












Story by ©Xielna
Ig. Xielna_authorx
Diubah oleh xielna 06-07-2020 20:53
bukhoriganAvatar border
kakekane.cellAvatar border
zaiimportAvatar border
zaiimport dan 4 lainnya memberi reputasi
5
662
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread41.6KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.