Astri.zeeAvatar border
TS
Astri.zee
Mayat Seorang Perempuan


MAYAT PEREMPUAN TANPA BUSANA DITEMUKAN DI KAMAR HOTEL BINTANG LIMA.

Judul berita itu menjadi yang paling fenomenal pagi ini. Nyaris semua media, baik cetak maupun elektronik menayangkan berita itu.

“Mayat perempuan tanpa busana ditemukan di kamar hotel bintang lima.”

Kalimat itu terus diulang-ulang oleh para penyiar berita. Oleh penyiar lelaki yang cara jalannya berbanding terbalik dengan gaya bicaranya. Oleh penyiar perempuan yang panjang roknya tidak sampai lutut. Pun oleh penyiar radio yang tidak jelas rupanya. Kadang mereka menyelipkan kata-kata “dugaan”, seperti; diduga dibunuh, diduga over dosis, diduga dianiaya.

Petugas yang berwajib mengisolasi sementara kamar hotel itu, menandai dengan pita kuning bergaris hitam. Jumlah mereka yang lebih dari lima memeriksa setiap sudut kamar. Meneliti sidik jari yang mungkin ditinggalkan pelaku.

“Kami masih melakukan pemeriksaan. Dugaan sementara korban dibunuh setelah berhubungan,” kata ketua tim penyidik kepada awak media.

“Menurut data yang masuk, korban chek-in bersama seorang pria sekitar pukul setengah satu dini hari,” kata manajer hotel saat diminta keterangan oleh wartawan. Dia juga menegaskan bahwa pembunuhan itu tidak ada kaitannya dengan hotel. Tapi saat ditanya tentang pria yang bersama perempuan itu, dia pura-pura lupa. “Kami tidak mengenalnya, dia memakai topi dan kaca mata hitam, jadi tidak terlalu jelas.”

Masyarakat yang mendengar atau melihat mulai turut berasumsi. Mereka menjadi analisis dadakan.

“Rasain tuh! Tukang ngerebut suami orang, sih!”

“Itu pasti azab karena kerja nggak bener.”

“Palingan dia minta bayaran lebih, makanya dibunuh.”

Seharian itu berita tentang perempuan yang mati di kamar hotel menjadi buah bibir. Di kalangan emak-emak berdaster yang sedang berbelanja sayur. Di antara anak-anak sekolah yang melupakan PR-nya. Di dalam forum rapat panitia pembangunan desa yang berisi bapak-bapak berperut buncit.

“Kayaknya dia simpanan ketua itu tuh,” kata lelaki botak yang mulutnya tak henti mengembuskan asap rokok.

“Ah, perempuan kayak gitu mah, udah banyak yang pakai,” yang lain menimpali.

Tidak ada yang tahu detail kejadian sebenarnya. Pun tidak ada yang tahu tepatnya seperti apa kehidupan perempuan itu. Karena mereka hanya sebatas melihat atau mendengar berita. Tidak benar-benar kenal. Bahkan tetangga perempuan itu sekali pun.

Kecuali orang yang selalu memperhatikannya setiap hari.

"Setiap malam dia pasti keluar rumah, meninggalkan dua anaknya," ucap lelaki pemilik warung.

"Apa yang dia lakukan?" tanyanya.

"Kadang dia berdiri di tepi jalan, di bawah pohon beringin itu." Telunjuknya mengarah ke sebatang pohon tak jauh dari warungnya. "Kadang dia tak perlu menunggu jika mobil yang menjemputnya telah datang."

"Jadi, perempuan itu masuk ke dalam mobil?"

Pemilik warung tidak langsung menjawab. Matanya menerawang ke arah tempat biasa perempuan itu berdiri di tengah malam, seolah sedang memutar adegan yang biasa dia lakukan setiap malam. "Iya, dia memasuki mobil berplat merah dan pergi."

Setiap hari, menjelang pukul 00.00 perempuan itu akan keluar dari kontrakan tiga petak. Hati-hati sekali dia menutup pintu, takut jika kedua buah hati yang masih terlelap kemudian terjaga. Biasanya perempuan bermata sipit itu mengenakan mantel panjang bertudung. Kepalanya ditutupi dengan tudung itu.

Lalu dia akan berjalan ke luar gang, berbelok ke kanan, dan berhenti di bawah pohon beringin. Jika mobil yang menunggunya telah datang, dia akan segera masuk. Tapi terkadang dia juga perlu menunggu beberapa menit. Lantas dia pun akan pergi bersama pengendara mobil itu.

“Kamu tahu apa yang perempuan itu lakukan?” Dia kian penasaran, rokok yang belum habis sempurna dia letakkan begitu saja di atas asbak dari tanah liat. Asapnya tetap mengepul, mencemari udara malam itu.

Pemilik warung menelengkan kepala. Matanya masih tertuju pada pohon beringin yang bagian tengah batangnya di cat putih. “Bukan urusanmu, kecuali kamu memang mau membantunya. Dia hanya berusaha mandiri, menyelesaikan masalahnya sendiri. Kenapa kita harus selalu ingin tahu apa yang orang lain lakukan?”

Sungguh pun jika apa yang dilakukan perempuan itu melanggar aturan, tidak sesuai norma, itu sepenuhnya hak dia, tanggung jawab dia. Yang dia yakini memenuhi kebutuhan anak-anaknya adalah juga kewajiban. Yang dia tahu menafkahi keluarga juga merupakan bentuk ibadah.

Kedua anaknya yang berambut hitam dan berambut pirang tidak pernah tahu apa yang ibunya lakukan. Yang mereka tahu, perempuan itu selalu memberi mereka sarapan yang enak, baju yang pantas, dan menyekolahkan mereka di sekolah bagus.

“Aku tidak ikut campur. Hanya kalau ada pekerjaan lain, kenapa harus pekerjaan kotor?”

Pemilik warung tertawa. “Dari mana kamu tahu apa yang dia kerjakan kotor? Benarkah lebih kotor dari apa yang kamu sendiri kerjakan?”

Lelaki itu kehilangan kata, dia mengambil kembali puntung rokok yang sempat mubazir, lalu mengisapnya dalam. Perkataan pemilik warung sedikit melukai egonya. Dia hanya sesekali bermain mata dengan istri majikannya, dan sesekali berbagi senyum. Itu, tidak sekotor pekerjaan perempuan itu, kan?

“Apakah pelanggannya selalu sama?” Lelaki itu masih saja penasaran.

“Apa maksudmu dengan pelanggan?”

“Yah, maksudku mobil yang menjemputnya?”

“Aku tidak tahu.”

“Kenapa tidak tahu?”

“Kenapa kamu ingin tahu?”

Rokoknya sudah benar-benar habis, menyisakan ujung kecil yang sudah tidak bisa lagi dihisap. Dia membenamkannya ke asbak. “Apa kamu tahu plat nomornya?”

“Kenapa aku harus memberi tahu?”

Lelaki itu gusar, dia mengacak rambut. Dia hanya ingin memastikan mobil berplat merah itu bukan milik bosnya. Sempat beberapa kali dia melihat majikannya keluar tengah malam saat istrinya tengah terlelap.

"Lalu kapan dia akan kembali?"

"Sebelum subuh."

Sebelum orang-orang bangun memulai aktivitas, juga sebelum azan Subuh berkumandang, mobil berplat merah itu sudah berhenti lagi di bawah pohon beringin. Perempuan itu keluar, masih dengan mantel panjang dan kepala tertutup, berjalan sedikit tergesa menuju kontrakannya.

Lelaki itu ingat, istri majikannya pernah bercerita tentang suaminya yang berjalan mengendap menjelang subuh. Ketika ditanya dia dari mana, dia menjawab mencari udara segar. Awalnya istrinya percaya, tapi setelah beberapa kali memergoki suaminya selalu keluar tengah malam dia mulai curiga. Terlebih bau parfum perempuan sempat terendus dari bajunya. Oleh karena itu, istrinya menyuruh lelaki itu mencari tahu.

Lelaki itu melirik arloji di pergelangan tangan kiri. Jika dugaannya benar, dia akan menangkap basah perempuan itu dan majikannya yang semalam tidak pulang. Lalu setelah semuanya terbukti, dia akan leluasa menjalin hubungan dengan istri majikannya yang seorang wali kota itu.

"Bukankah ini waktunya, harusnya perempuan itu keluar rumah sekarang, kan?"

Pemilik warung menelan ludah, lantas mengembuskan napas berat. "Tidak. Dia tidak akan keluar."

"Kenapa tidak?"

"Kamu tidak lihat berita? Pagi tadi ditemukan mayat seorang perempuan tanpa busana di sebuah kamar hotel dengan luka di kepala."



Tamat















Lelo11Avatar border
zaiimportAvatar border
LaylaJannahAvatar border
LaylaJannah dan 8 lainnya memberi reputasi
9
1.2K
15
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.6KThread27KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.