chatyto11
TS
chatyto11
Batak VS Palembang: Mengerikan Dan Menyeramkan
Perpaduan darah Batak - Palembang yang mengalir di tubuhku

Sahabat kaskus tercinta.
Saya ingin berbagi cerita tentang diri saya.
Dan inilah kisah real diri saya sendiri.

Selamat membaca dan selamat meresapi kisah ini.


Batak dan Palembang.

Apa yang terlintas dipikiran agan dan sista saat mendengar dan membaca kedua kata itu?

Sepintas terdengar menyeramkan dan mengerikan ya? Hehehe...

Ane tau gan. Banyak di antara agan yang langsung memiliki pemikiran negatif.

Ah ... orang batak ternyata.

Batak itu kan keras. Orang batak itu kan kalo ngomong suaranya kencang. Suka teriak-teriak. Volume suaranya besar.
Bikin telinga sakit bagi orang yang mendengarnya.

Jujur aja deh gan. Iya kan?

Padahal gak semua orang batak seperti itu. Itu tergantung personalnya gan. Bukan karena etnisnya.

Akan tetapi karena di film-film, lawakan-lawakan yang ditayangkan di televisi dan lain sebagainya itu, membuat image 'orang Batak' adalah orang batak yang berasal dari kota Medan, Provinsi Sumatera Utara itu adalah orang-orang yang berbicara dengan nada yang keras, suaranya besar.

Kalo ngomong kayak orang marah-marah.
Padahal faktanya tidaklah demikian loh gan.

Kalo agan dan sista sudah kenal baik dengan orang-orang batak, agan akan terheran-heran. Karena mereka memiliki hati yang lembut.

Kalo zaman dulu bisa dikatakan iya mayoritas orang Batak memiliki volume suara tinggi. Jika diibaratkan dengan suara musik di radio, volume suara orang Batak jika berbicara bisa mendekati angka 8. Tinggi banget ya gan.

Jadi misalkan agan tinggal di perumahan yang sederhana, bahkan sangat sederhana, waduuh... bisa-bisa satu kompleks perumahan itu dari ujung ke ujung bisa mendengar jelas suaranya ya.
Bikin jantungan ya gan. Hahahaha...

Akan tetapi semakin berkembang dunia, semakin berkembang juga ni gan pola pikir orang-orang Batak. Pikiran mereka semakin maju. Mereka mulai berbicara dengan suara yang pelan, volume yang rendah. Bahkan lembut sekali.

Seperti itulah sosok ibu kandung saya.

Ayah dan Ibu kandung saya asli berdarah Batak.
Kedua orang tua saya tidak pernah berbicara dengan nada tinggi kepada anak-anaknya, dan kepada semua orang.

Ibu kandung saya malah seperti orang Jawa. Tutur katanya sangat lembut.
Jika menghadiri acara-acara formal (resmi) pernikahan ala Batak, maka Ibu saya akan menyanggul sendiri rambutnya di kamar. Dan memasang konde ala Jawa.
Lalu mengenakan baju kebaya, dan kain panjang dengan model batik Solo dan Jogja.

Iya ibu saya pecinta kain panjang batik gan. Sayangnya semua tersimpan rapi di lemari dan dikunci. Kuncinya entah ada di mana.

Beliau sudah meninggal dunia. Tapi banyak kenangan, pengajaran yang kami dapat dari kedua orang tua saya.

Nah, dalam diri ane ya gan, ane meyakini telah mengalir perpaduan darah Batak dan Palembang.

Kenapa begitu ya? Padahal ane kan 100% asli berdarah Batak.
Berasal dari kedua orang tua yang 1000% berdarah Batak.

Entahlah ya gan. Ini semua dikarenakan ane dan semua saudara kandung ane dilahirkan di Kota Palembang.

Kota yang terkenal dengan jembatan Ampera, Sungai Musi, dan makanan Pempek itu.

Karena ane minum air yang mengalir dari Sungai Musi itu.
Dan ane merasa kekuatan air sungai Musi itu mengalir di tubuh ane.

Itulah sebabnya ane merasa sangat cinta dengan Kota Palembang ini.

Banyak kenangan dan peristiwa yang tidak bisa ane lupain sepanjang hidup ane.

Hingga ketika ane tinggal di berbagai kota lain untuk bekerja, mengikuti kegiatan dinas pekerjaan di kota ini dan itu, pada akhirnya ane kembali juga ke kota kelahiran ane ini.
Kota Palembang tercinta.

Ane sudah sangat mengenal masyarakatnya, makanannya, tradisinya, dan ane sudah prnah menginjakkan 90% kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan ini.

Berbicara mengenai Kota Palembang, sudah menjadi rahasia umum bahwa penduduk Palembang sedikit 'texas' alias keras. Sama halnya seperti orang Batak pada umumnya.

Gaya bicaranya ceplas ceplos tanpa tendeng aling aling.

Jika agan tidak terbiasa bertemu dengan orang Palembang, bisa ane bayangin ni gan, agan akan mengelus-elus dada dengan sifat dan tutur kata wong Palembang yang terkesan sedikit slengek an.

Apalagi ane pernah dengar selentingan kabar kabur dari angin kalo orang-orang Pulau Jawa terkesan menghindar bila bertemu dengan wong Palembang.

Padahal tak kenal maka tak sayang. Gitu pepatah nenek moyang kita... hahaha

Agan and sista yang baik. Jangan pernah menilai sesuatu dari luarnya, dari sampulnya.

Ibaratnya banyak loh orang-orang diluaran sana berwajah bengis, menyeramkan, bahkan menakutkan. Tetapi mereka mempunyai kasih yang tulus, penyayang, punya hati yang lembut, dan tutur kata yang santun.

Ada persamaan yang saya peroleh dari perpaduan etnis Batak dan Palembang.

Orang Batak dan Wong Palembang ya gan.. keduanya memiliki sistem kekerabatan yang sangat erat.

Bagi orang Batak ya gan, begitu mendengar ada berita musibah (kabar meninggal, sakit, dll), dengan spontan tanpa dikomando oleh siapa pun mereka pasti datang ke tempat kabar duka tersebut.
Tanpa melihat itu agama apa. Karena suku Batak tidak semua beragama Kristen. Ada yang Katolik. Banyak pula yang beragama Islam. Misalnya mereka yang bermarga Nasution. Mayoritas beragama Islam.

Nah, kekerabatan yang sangat erat ini juga yang dimiliki oleh Wong Palembang.

Ketika kita berada di suatu daerah yang belum pernah kita kunjungi, dan memerlukan bantuan dari orang-orang yang tidak dikenal, maka ane akan mengaku sebagai Orang Palembang.

Terlebih ketika saya berhadapan bukan dengan orang Batak. Jujur ya gan. Ane merasa nyaman dengan sebutan wong Palembang. Karena ane lebih mengenal Palembang ketimbang Batak. Karena ane dak biso baso Batak gan.

Sangat memalukan loh gan. Kenapa sampai dak bisa baso Batak? Simple aja gan. Karena sejak saudara-saudara kandung ane sampe ane lahir, dan adik ane lahir, kedua orang tua ane tidak pernah berbicara dg bahasa Batak.

Kenapa begitu? Mana ane tau gan. Tanyalah kepada mendiang kedua orang tua ane.

Lantas.. kami menggunakan bahasa apa untuk komunikasi di rumah?

Ya...bahasa Palembang gan.

Bapak ibu ane pandai bahasa Batak gan.
Mereka cuma pakai bahasa Batak itu jika ada tamu orang-orang Batak yang datang ke rumah.

Bahasa Batak dipakai saat menghadiri acara-acara adat Batak kayak acara pernikahan, pesta Bona Taon, acara natalan Marga, dan menghadiri arisan-arisan marga Batak.

Hanya dengan anak-anaknya saja orang tuaku melepaskan semua atribut Batak. Tidak menggunakan baso Batak.

Ok...kembali ke cerita ane yang lebih merasa nyaman dengan atribut Palembang.
Secara tidak langsung itulah yang telah menolong ane.

Contohnya, di saat saya pernah tinggal dan bekerja di luar kota, ane lebih memilih mengaku sebagai orang Palembang. Walaupun KTP jelas-jelas tertulis marga (boru) Batak.

Saat itu ane mengalami sebuah kesulitan gan. Tersesat dan tak tau arah jalan. Nanya sana nanya sini. Ngobrol sana sini dan ternyata orang yang saya ajak bicara juga ternyata sama-sama berasal dari Palembang, akhirnya kami ngetes satu sama lain dengan bahaso Palembang, akhirnya orang tersebut bersedia mengantarkan ane ke tempat tujuan yang ane yang cari dengan kendaraannya.

Bahkan jadi berteman. Karena merasa sama-sama dari kota yang Palembang.

Selain itu juga ane merasa walaupun ane ini cenderung kuper di dunia nyata, tetapi ane selalu mendapat kemudahan dengan mengalirnya darah Batak dan Palembang di dalam tubuh ane.

Ane merasa nyali ane ini tinggi banget loh. Ane gak pernah tuh takut kalo harus pergi ke mana-mana sendiri.

Kalo jumpa dengan orang Batak..tinggal bilang aja, gue orang Batak. Maka seketika gue akan ditolong oleh orang-orang Batak gan.

Gitu juga sebaliknya. Dengan wong Palembang.

Jadi ane santai aja gitu.

Ane justru merasa berterima kasih kepada cara didikan kedua orang tua ane yang 'tidak biasa' itu.

Walau asli Batak.. tidak pernah menampakkan temperamen yang keras pada anak-anaknya.

Tidak pernah memukul anak.
Tidak pernah membentak anak.
Tidak berbicara dengan nada keras.
Tapi didikannya luar biasa disiplin.

Untuk urusan beli baju, beli celana jeans, beli baju, beli sepatu, seragam sekolah, ikat pinggang, tas, warna baju, aksesori rambut, dll, hingga berapa harga baju, tas dll itu harus sesuai dengab selera ibuku.

Kalo tidak sesuai dengan selera ibuku, siap-siap aja kena ceramah, and semua barang yang sudah dibeli disundut pake rokok bapakku.

Tapi cara ibuku ceramah dan menegur sangat pelan, dan tidak membentak.

Maksud dan tujuannya agar kami selalu membiasakan diri untuk hidup berhemat gan.

Untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhan. Bukan untuk memenuhi lemari, memenuhi kamar dengan barang-barang yang tidak berguna.

Jadi buat agan dan sista, janganlah takut punya teman atau kenalan wong Palembang dan Orang Batak.

Intinya orang Batak itu hidupnya penuh kedisplinan. Karena disiplin itu juga maka orang Batak terkesan memiliki karakter yang keras.

Berbahagialah agan dan sista yang memiliki teman dan kenalan orang Batak atau pun Palembang. Karena mereka menjunjung tinggi persaudaraan dan kekerabatan tanpa memandang agama.

Ane tutup dulu cerita ini ya gan.

Ntahlah kayaknya thread ini gak berguna ya gan hehe.

Sampe jumpa lagi gan di thread ane berikutnya.

Salam hangat dan ceria @chatyto11

Foto: pribadi

Palembang, 13 Juni 2020
Diubah oleh chatyto11 18-06-2020 07:05
mhycroeadorazoelevnitajung
nitajung dan 15 lainnya memberi reputasi
16
10.4K
166
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Heart to Heart
Heart to Heart
icon
21.5KThread26.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.