dispenserrAvatar border
TS
dispenserr
Kepala Badan Pusat Intelejen di masa soekarno : soeharto itu PKI !
Dr Soebandrio adalah Kepala Badan Pusat Intelejen di masa Presiden Soekarno. Pasca-Gerakan 30 September, Soebandrio divonis hukuman mati oleh Mahkamah Militer Luar Biasa dengan dakwaan terlibat dalam gerakan tersebut meski tidak ada bukti nyata yang menunjukkan pengetahuan atau keterlibatannya, mengingat saat Gestapu meletus, Dr Soebandrio sedang berada di Sumatra. Akan tetapi, vonis itu selanjutnya dikurangi menjadi hukuman seumur hidup. Pada tahun 1995, ia dibebaskan karena alasan kesehatan, setelah 30 tahun mendekap di penjara.



Itu adalah secuil gambaran kekejaman Soeharto terhadap lawan politiknya. Menangkap, mengadili, menghukum dan memenjarakan orang-orang yang DIDUGA, disinyalir dan dicurigai mengetahui terlalu banyak tentang apa siapa dan bagaimana politik PKI di Indonesia. Di era rezim Soeharto, cerita dan teknologi seperti yang kita lihat pada film “The Monority Report”, dimana penangkapan seseorang didasari penglihatan 3 anak indigo yang menduga, memprediksi bahwa kejahatan AKAN terjadi dan dilakukan oleh orang yang muncul di dalam pikiran mereka. Maka sebelum kejahatan benar-benar terjadi, Polisi sudah bertindak mendahului, menangkap dan memenjarakannya.

Begitu pun yang dilakukan oleh Soeharto pada orang-orang yang dia istilahkan sebagai “antek” PKI. Padahal, pemburuan, penangkapan, pengasingan, pengadilan, penghukuman yang dilakukan Soeharto pada “antek” PKI, tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menutupi jejak hitam yang dia tinggalkan dalam keterkaitannya dengan PKI. Untung Dr Soebandrio selamat dan bertahan hidup hingga tahun 2004. Dan sebelum ajal menjemputnya, dia menceritakan pernyataannya kepada “Majalah Adil”, sesaat setelah Soeharto berhasil dilengserkan, tanggal 30 September 1998.

Sepuluh tahun kemudian, 2014, sejak Dr Soebandrio wafat tahun 2004, isu PKI menjadi primadona kembali, diangkat dilambungkan digaungkan diteriakkan dituduhkan pada Presiden Jokowi oleh orang-orang yang mengaku paling bela pada Indonesia.

Untungnya rakyat Indonesia sudah cerdas. taktik dan strategi yang Soeharto lakukan dulu dengan PKI-nya untuk merontokkan Soekarno dan para militannya, tidak bisa dilakukan ulang sekarang. Soeharto itu ibarat maling yang teriak maling sebelum orang lain meneriaki dirinya maling. Dulu, Soeharto yang pertama teriak “PKI!”, lalu orang-orang kaget dan langsung percaya. Wajah dan tutur kata Soeharto serta latar belakang Soeharto sebagai anak petani, adalah modal yang dia kedepankan untuk menghipnotis rakyat Indonesia. Begitu rakyat berhasil dihipnotis, semuanya harus bertindak sesuai perintahnya. Yang tidak berhasil dihipnotis, harus dihilangkan.

Dalam strateginya mendokrin rakyat Indonesia akan citra dirinya, Soeharto memasukkan cerita kepahlawannya ke dalam mata pelajaran pendidikan di seluruh jenjang. Mengisi penuh materi penataran “Pemahaman Pedoman dan Pengamalan Pancasila” dengan cerita tentang kehebatan dirinya, meminta para seniman dan insan perfilman untuk membuat 2 sinematographi yang sarat akan pesan pendokrinan yang disajikan dalam bingkai kesenian yang indah.

Film “Serangan Fajar” yang menceritakan kepahlawanan Soeharto dalam memimpin serangan mendadak di Yogyakarta, dimana Jendral Soedirman sendiri diceritakan sedang sakit parah dan ditandu kemana-mana oleh pasukannya. Sementara Presiden Soekarno tak banyak diceritakan. Dan yang kedua, apa lagi kalau bukan film “Pemberontakan G-30-S PKI”, yang menceritakan Jendral Soeharto sebagai PAHLAWAN KESIANGAN yang gagal menyelamatkan ke-7 jendral yang dikorbankan.

Dan semuanya baru terbuka setelah Soeharto dilengserkan.

Kembali lagi mengenang wawancara dengan Dr Soebandrio yang dilansir oleh Majalah Adil : “Soeharto itu PKI”. Ada rasa miris, perih, marah, muak atas semua sepak terjang Soeharto yang memanfaatkan dan menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan oleh Soekarno dan para elit politik yang saat itu kepalanya hanya diisi dengan “bagaimana membangun Indonesia menjadi maju dan menjadi negara besar di dunia”. Dan pola yang sama, sekarang pun dicoba untuk diulang oleh sekelompok orang yang berusaha merongrong Presiden Jokowi yang kepalanya hanya diisi dengan “Bagaimana membangun Indonesia menjadi maju dan menjadi negara besar di dunia”.

Makanya heran dan bahkan shock ketika kita mendengar omongan seorang jendral sekelas Gatot Nurmantyo yang percaya bahwa PKI akan bangkit kembali dan memandang perlunya rakyat untuk diingatkan kembali pada kekejaman PKI. Gatot tidak sadar, kalau dirinya sendiri tidak mampu membedakan mana PKI mana HTI. Hingga teriakan PKI yang diteriakan oleh HTI, dipandang sebagai sebuah aksi bela negara. Faktanya HTI sama-sama terlarang dan bahayanya dengan PKI.

PKI tidak akan bangkit kembali kecuali dibangkitkan oleh orang yang mendirikan PKI itu sendiri. Mengacu pada memoir Dr Soebandrio yang menyimpulkan bahwa Soeharto itu PKI, bisa kita simpulkan kalau orang yang teriak-teriak PKI sekarang ini adalah mereka yang memiliki keterkaitan dengan Soeharto. Atau, mereka yang ingin mengcopy lagkah Soeharto saat dirinya merebut kursi kepresidenan dari Soekarno (coup d’etat).


https://klikanggaran.com/opini/menge...o-itu-pki.html
jazzcousticAvatar border
ekaputra19Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 28 lainnya memberi reputasi
25
7.9K
102
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
669.7KThread40.1KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.