TS
Lovembers
PUISI PUISI LOVEMBERS
1. PUISI RINDU
Kiranya, waktu kita tak pula jadi hakim adil
Mendaulat purba rinduku
Terekam pada lembaran akhir kalender usang yang mencantum hanya bulan bulan ganjil
Letih sudah terbaring
Lelap mendengarkan dongeng tentang baju hangat yang kau pakai dengan terbalik
resah sudah mengalah
santun tertunduk dibius wangi parfume yang selalu membuntuti
Entah bila, atau mungkin nanti malam
rinduku akan menghampirimu lagi dengan bibir geletar
Membawa tanya bagaimana atau mengapa yang seringkali terkadang batal dia sujudkan.
Mengajarinya tertawa layaknya anak-anak angin yang bersenda gurau dengan helai rambutmu.
Supaya dia faham, risau tak perlu dipelihara, sebaiknya segenap permintaan cukup dilintaskan dalam doa.
Ada cerlang dimatamu,
aku baca sebait kalimat penghantar di lembaran kertas yang ditulis pujangga piatu
Puisi-puisi beraroma basah tanah
Kata-kata yang bermuatan gundah
serta suara hening yang tertiup lamban daun-daun trembesi
Sejak malam itu. Kau akan sadar bahwasanya rindu tak ubahnya sepenggal dosa kecil yang akan dapat terampuni hanya dengan satu pertemuan
Langkah kepergian hanya cara diriku membuktikan bahwa bumi ini bulat.
Berjalan menjauh agar bisa menemukanmu lagi.
2. TANGISAN TAK TERDENGAR
Mata yang sembab itu perlahan mulai terbuka ... dipaksa terbuka
Tanpa ada alasan ternyata pagi tadi ... seketika rindunya tumpah di ruang tengah.
Berhamburan pun tak lantas mengusang.
Tangisan yang tak terdengat itulah yang menjadikan matanya menyembap.
Kejenuhan kian merasuki kedua retinanya, sebab hujan selalu hilang kala dirindukan.
Kecewa mulai menyelinal pada genderang telinganya, karena desir angin kini tergantikan riuh bising mesin kendaraan.
Kenangan yang merenta masih tersimpan pada lembaran tanya
Masihkah ada rahim yang merindukan?
Adakah rumah yang menanti kedatangan?
Atau bahkan, mungkinkah ada hati yang menerima?
Bersama nada yang jenuh, pertanyaan-pertanyaan itu tetap gaduh bergemuruh disetiap hembus nafasnya yang dahulu angkuh
Lembar demi lembar hari tak juga segera mengakhiri peri, dan sepasang mata yang mulai kehilangan seri tak juga berkedip menyusuri rindu yang rapi terkemasi.
Menangkup rapat imajinasi perihal renjana yang selalu menyakiti
Melahap sisa-sisa kemarau lalu bermimpi akan turun nya hujan
Di lingkaran fikirannya, deru waktu memerintahkan langkahnya agar segera melambat.
Seakan memberi peluang untuk ingatan mengumpulkan kenangan yang semestinya telah ia buang di keranjang usang.
3. SECABIK LANGIT
Dihadapan hujan lebat, segala kenangan berkelebat"
Kata-katamu mengguncang petang,
seakan ingin menyudahi kita
Seakan musim berganti bukanlah hal yang penting untuk kewarasan cinta.
Sedangkan cinta ini rentan air mata pun mudah teracuni cuaca.
Aku berjuang menjaga kesadaran
menyiapkan segala kalimat, walau bagiku, kenangan masih gerimis yang menetes dari atap, senantiasa memisahkan tidur dari igau yang memerangkap.
Sehabis musim penghujan ini
Langit hanya membagi separuh birunya untuk kita tinggali. Karena separuh biru lagi, adalah untuk perkara pedih lainnya.
Diubah oleh Lovembers 03-03-2021 17:49
nona212 memberi reputasi
1
2.5K
17
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Poetry
6.1KThread•5.7KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru