malakorAvatar border
TS
malakor
Sesuatu tentang mimpi -Part 2


Ignorant is Bliss.


Tepat pada jam 2 pagi, seorang lelaki tak mengedipkan matanya didepan sebuah layar sambil memainkan jari-jemarinya menyentuh keyboard. Sesekali lelaki itu menggosokkan kakinya yang terlihat kedinginan diatas AC ruang kerjanya.

"Hadi..." Suara samar-samar memanggil pria itu didepan pintu ruangan. Pintu itu tak dikunci, lalu seorang wanita datang membawakan Kopi panas yang ia taruh di atas meja kerjanya.

"Nih kopinya kutaruh disitu..." ucapnya pada pria itu.

       Pria yang bernama Hadi itu adalah aku, seorang karyawan disebuah perusahaan swasta. Dari yang orang dengar, aku adalah seorang Workaholic, Tak Berjumpa siang dan malam, tak memperlakukan waktu yang semestinya. Seakan mencoba menyelesaikan sesuatu yang impossible diatas ribuan kertas laporan yang tidak akan pernah ada habisnya.

  Beberapa orang menganugrahkan Penghargaan diatas kegigihanku. Sebenarnya, Itu menyakitkan mata dan telinga, Padahal aku melakukannya hanya demi membunuh Waktu, aku tak peduli apapun jika itu bisa menenangkan pikiranku dari sebuah terror, yang bernama "Mimpi" aku tak ingin tidur, aku hanya ingin lupa dan tak acuh. meneguk tabir kehidupan tanpa duka.


 "Di.. kamu lagi bantu buat tugas laporannya si Fajar ya?" ucap wanita itu ketika duduk pada kursi meja depan kantorku.

"Gak.. ngapain juga, itu laporan dia harus tahu isinya."

"Ooh.. kalau gitu aku ingin ngomong sesuatu ama kamu di.. kapan jadian sama si judy. Udah 6 bulan loh kalian barengan masa digantung terus."

"Belum siap aja Ra.." ucapku pada wanita itu.

"Halah.. bilang aja kamu ngebet sama cewek lain kan? sesekali gua liat lu buka profil sosial media cewek yang sama.. Lu suka ama dia kan? dia kenal gak sih amalu? stalking ya?" ujar dengan nada candaannya.

"Hush.. Kepo aja, eh.. Dia udah berkeluarga tahu, itu kawan lama gua semenjak SMA."

"Ooooooh mantan toooh... Kawan apa kawan..." ucapnya dengan lebay. aku hanya menjawabnya dengan menggeleng kepala sambil berpaku kepada monitor.


"Pernah ketemuan gak? kalau gak, gua bantuin nih..."

"Sudah pernah ketemuan dua tahun lalu..", "terus?" perempuan itu sambungnya.

"Ya kami baik-baik aja, kami ketemuan di sebuah Cafe besar di jakarta. dia udah senang ama kehidupan barunya disana sambil gendong anaknya itu, dia senang, gua senanglah pokoknya.. serasa udah punya semuanyalah dia itu."

"terus pisahlu ngapa?"

"Gak ingatlah gua... dah lima tahun lalu itumah. karena ekonomi mungkin, dia gak ada waktu juga nunggu gua."

"Hmmmm..." percakapan itu selesai pada saat wanita itu mengerutkan dahinya.

hingga waktu menunjukkan pukul 3 pagi.

"Di.. aku balik dulu ya ke kos, gua bangunin fajar di ruangannya dulu, besok dia meeting. Lu juga jam lima pagi harus balek, maaf ya gak bisa temenin malam ni, mata gua juga dah gak kuat nih. " melepas senyum lalu pergilah ia memberi salam, hingga langkah kakinya menghantam lantai keramik itu menghilang.


 hingga matahari terbit memanggil pagi, mata dan badanku yang lemas pergi meninggalkan ruangan itu dan akhirnya bisa kembali rumah kontrakan kecil ku, seperti biasa tanpa mengganti baju kerja aku sudah terkapar di tempat tidur, sesekali mataku terjaga.

"Omm!! bangun ooom!" suara seorang anak mengedor pintu. anak itu adalah tetanggaku, Bima sekaligus keponakanku juga. Dia dan sesekali temannya pada pagi hari mengajakku bermain dikarenakan ibu dan ayahnya pergi berkerja, disinilah aku biasanya membantu mengisi waktu luang anaknya yang sebenarnya butuh perhatian. Setiap pagi ia tidak pernah lupa mencoba membangunkan ku, karena kebiasaan ku yang buruk. Suaranya bagai alarm dikepala, aku jadi tak pernah berpikir ingin memutar jam alarmku lagi di ponselku. Cukup teriakan anak ini.

Setelah aku membersihkan diri, aku membuat sarapan sekaligus juga buat adik itu Seakan seperti keluarga sendiri. Maklum waktu itu orangtuanya berjasa besar terhadapku. terlihat anak itu datang membawa seorang anak kecil duduk berjauhan, satunya lagi diam sambil melihat temannya bermain di ruang tamu. Aku terkejut, biasanya ia bawa teman tetangga yang cukup berisik, kali ini teman satunya tenang sambil melihatku berada didapur.

"Bim.. Sini sarapan dah siap, bawa temen kamu sini."

"...Iya oom." sempat ia terlihat bingung sesaat.

Kami sarapan pada satu meja, biasanya aku sering ajak bicara sama anak-anak tapi kali ini aku tak bisa, atasanku tiba-tiba memberikanku file laporan yang harus aku tangani, jadi aku hanya memainkan sendok dan mulutku sambil membaca file. Setelah sarapan, aku meminta Bima dan temannya untuk kembali kerumahnya karena aku harus segera siap kembali untuk pergi kekantor.

Hingga aku baru menyadari sesuatu yang tak lazim, ketika Bima pergi ia meninggalkan temannya sendiri dirumahku. akupun terlihat bingung. Soalnya anak ini juga tidak ada bicara sama bima maupun aku. Aku mengira ia benar-benar temannya si Bima.

"Adik... kamu gak pulang?" ujar ku lembut.

"Gak om.. kata Bunda putra bisa percaya sama om." aku memasang wajah linglung tak mengerti apa yang dimaksud dengan anak ini.
" Bunda?? Boleh om tau nama Bunda siapa??" anak itu diam tak menjawab, seakan ia yakin tak perlu menjawab dengan kata, seakan iya tahu bahwa aku mengenalnya..


"Kamu.."
Iya tak salah.. perlahan aku mulai mengenalnya, menjejali perasaan yang amat kacau, aku melihat matanya sama persis seperti mata perempuan di mimpi ku.. "Dia"


Part- 2 end.


Diubah oleh malakor 29-03-2021 18:27
matitakbisalariAvatar border
vien26Avatar border
nona212Avatar border
nona212 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
576
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.4KThread41.4KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.