herrypengarang
TS
herrypengarang
Mengapa Aku Harus Bersyukur Hari Ini?




Rumit! Satu kata itu sudah sangat populer jika kita sering mengakses media sosial (medsos). Sebagai salah satu status yang tercantum di medsos, rumit menunjukkan bahwa kita sedang berada di situasi dan kondisi yang belum pasti. Masih sulit ditebak dan perlu diurai satu per satu persoalannya, untuk kita menjadi mengerti.

Kerumitan hidup pun bisa kita kenali melalui medsos dan dunia nyata sehari-hari. Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini, hidup seakan semakin rumit. Kesehatan jiwa terancam, ekonomi sulit, kehidupan politik tak kalah peliknya karena masih saling serang, saling hujat, dan juga saling menebar ancaman. Kita berada dalam situasi dan kondisi yang tak nyaman, tidak seperti dulu, sebelum hadirnya corona.

Hal ini juga menyentil keakuan saya. Seribu satu rasa saya alami, baik itu rasa khawatir, takut, gelisah, waswas, atau sesekali pesimistis dalam memandang hidup. Aku yang merasa menjadikan aku yang bertanya, masih adakah asa, masih adakah alasan untuk mengucap syukur di hari ini, di saat banyak hal serba tak pasti?

Agar tak hilang keseimbangan diri, saya pun mencoba menguraikan satu per satu dengan cara yang mudah, agar saya bisa memberi alasan kepada diri sendiri untuk tetap bersyukur. Ini hal-hal yang saya dapatkan.

1. Mengapa tidak bersyukur, bukankah masih bisa menulis?


Menulis merupakan hobi saya sekaligus profesi. Saya masih bisa menulis hari ini. Ketika menulis, tangan saya bergerak di laptop, mata saya menatap layar, dan saya bisa duduk di kursi yang empuk. Tak hanya itu, saya bisa mengendalikan otak untuk berpikir dengan jernih lalu menuangkan kata demi kata menjadi rangkaian tulisan yang bisa dibaca.

Wow, ternyata saya bisa melakukan banyak hal melalui aktivitas menulis. Saya bahagia. Tidak ada alasan untuk saya melupakan ungkapan syukur. Yups, saya bersyukur karena dikaruniai banyak kemampuan untuk menjalankan aktivitas saya. Sehat jasmani, sehat rohani...sehat otak, sehat jiwa. Bersyukurlah aku!

2. Mengapa tidak bersyukur, bukankah masih dikaruniai pekerjaan?


Ini hal yang sebenarnya rumit. Di masa pandemi corona ini, penghasilan saya dari menulis pasti menurun drastis. Banyak mal tutup otomatis toko buku yang ada di dalam mal tak buka alias tutup juga. Ini sangat berpengaruh besar pada penjualan buku yang merosot drastis. Penjualan buku via daring (online) pun saya yakin tak sebaik penjualan buku di jaringan toko buku seluruh Indonesia. Dengan kata lain, royalti yang akan saya terima dari penjualan buku pasti “suram”. 

Itu hanya contoh saja yang saya alami. Tapi juga dialami banyak orang, bahkan ada yang terang benderang sudah kehilangan pekerjaan karena menjadi korban PHK. Orang cari kerja pun makin susah. Rumit dah! Apakah saya lalu tidak merasa bersyukur karena situasi sulit akibat penghasilan yang berkurang drastis?

Tentu saja tidak. Saya masih bisa bersyukur hari ini. Setidaknya saya masih mendapatkan rezeki, terbukti dengan masih sanggupnya saya membayar uang SPP anak saya, yang saat ini duduk di bangku SMP. Di sekolah swasta, lumayan kan besaran SPP-nya tiap bulan. Saya bersyukur karena masih sanggup membayarnya, termasuk membayar uang ujian.

Menurut pihak sekolah, anak saya dan teman-temannya akan ujian bulan depan, di masa-masa sulit karena corona. Ujian online tentu saja, tak mungkin ujian di gedung sekolah. Jadi, bersyukurlah saya karena masih punya pekerjaan, meski situasi sulit menghimpit, dan hal-hal yang mudah belum menampakkan tanda-tandanya.

3. Mengapa tidak bersyukur, bukankah masih dikaruniai keluarga yang saling mengasihi?


Harta yang paling berharga adalah keluarga. Makna itu juga yang disampaikan oleh sinetron sekaligus film Keluarga Cemara. Di dalam keluarga, ada ayah, ibu, suami-istri, kakek-nenek, anak-anak, berkumpullah sumber-sumber kasih sayang. Saling menguatkan, saling mengasihi. Terutama di masa pandemi, di saat banyak kesulitan dan tantangan hidup hadir tiba-tiba, karunia keluarga merupakan hal yang sangat indah.

Tanpa keluarga, rasanya sulit untuk berbagi beban, berbagi cerita, untuk mendapatkan keseimbangan hidup. Kepada ayah-bunda, kepada kakek-nenek, kepada suami-istri, juga kepada anak-anak, semua berbagi kisah hidup. Ada tawa, ada tangis. Ada sukacita, ada juga pengalaman-pengalaman yang membuat hati terasa berat memikulnya.

Dikaruniai keluarga yang sama-sama memahami susah senangnya hidup menjadi kebahagiaan tersendiri. Saya pun harus mengucap syukur atas karunia ini. Kesulitan yang sedang terjadi tak seharusnya menutup hati untuk bahagia, bersyukur, dan senantiasa berdoa, bahwa hidup tetaplah indah karena kita punya keluarga.

4. Mengapa tidak bersyukur, bukankah masih bisa bersosialisasi?

Internet tak bisa dilepaskan dari gaya hidup modern. Melalui sambungan internet kita bisa mendapatkan banyak informasi dari seluruh dunia dengan sangat cepat dan mudah. Tak hanya itu, dengan internet pula kita bisa bersosialisasi di dunia maya, seakan tak terhalang oleh jarak dan waktu. Dengan demikian, meski dalam situasi sulit, kita setidaknya bisa bersosialisasi dengan banyak teman, entah itu melalui internet maupun di dunia nyata.

Keterhubungan saya dengan banyak orang, baik itu melalui akses internet maupun lewat komunikasi tatap muka meski terbatas akhir-akhir ini, menjadikan saya sebagai manusia yang normal. Salah satu ciri manusia bukankah sebagai makhluk sosial, yang berinteraksi dengan manusia lainnya lewat berbagai cara? Di sinilah saya harus bersyukur karena bisa mendapatkan kesempatan bersosialisasi dengan baik.

Tanpa interaksi sosial tak mungkin saya bisa bahagia. Saya tidak akan mungkin bisa hidup sendiri, menikmati suka duka seorang diri, tanpa orang lain di samping saya. Apalagi saya masih bisa mengakses internet, yang membuat sosialisasi saya makin komplit. Tidak hanya berkomunikasi dengan banyak orang lewat sambungan internet, saya pun bisa mengunggah tulisan ini, untuk berbagi inspirasi dengan banyak orang.

Maka bersyukurlah saya. Masih banyak hal bisa saya lakukan, bisa saya nikmati, bisa saya rasakan dengan segenap hati dan pikiran. Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur karena anugerah hidup yang indah ini. Mata hati tak boleh tertutup oleh kesulitan, cobaan, dan beban yang masih terasa berat sehingga kita lupa bersyukur setiap hari. 

Jangan lupa untuk bahagia, jangan lupa untuk berkarya, dan jangan lupa untuk bersyukur karena hidup mengajarkan banyak hal kepada kita; kini dan nanti.



Foto: pixabay.com



reinaldo69600nona212Richy211
Richy211 dan 6 lainnya memberi reputasi
5
1.2K
10
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Inspirasi
Inspirasi
icon
10.5KThread6.6KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.