Hal yang remeh-temeh pada umumnya tidak dianggap, dihindari, bahkan...dicaci maki. Itu karena kebanyakan orang lebih suka hal-hal yang wah, wow, mentereng, dan yang cepat membuat senang. Tak heran jika banyak hal yang kecil, juga tidak banyak memberi pengaruh kepada kekayaan materi, dianggap sebagai pihak yang tak mampu. 

Pertanyaannya kemudian, seperti judul di atas, benarkah receh tanda tak mampu? Receh, mengacu pada uang recehan, lebih dimaknai sebagai jumlah yang sedikit, diremehkan, bahkan ada juga orang yang lebih baik membuang uang receh dibanding menyimpannya. Receh seakan tidak berguna sama sekali. Namun, kita perlu memperhatikan hal-hal ini untuk memaknai kembali receh-receh yang sering kali bahkan membuat kita takjub.

1. Receh menginspirasi ketulusan dan empati



Dari recehan menginspirasi banyak orang tentang ketulusan dan empati terhadap sesama. Contoh faktanya, beberapa waktu lalu kita disuguhi berita anak kecil yang menyumbangkan uang tabungannya, untuk membantu tenaga medis, membeli alat pelindung diri (APD). Uang tabungan tersebut dalam bentuk uang receh, ditabung bukan di buku tabungan sebuah bank, tapi di celengan anak kecil.

Ini sekadar membuktikan bahwa receh bukan berarti tak mampu. Bahkan, dengan uang recehan yang disumbangkan anak kecil tersebut tumbuh inspirasi untuk memberikan donasi kepada korban virus corona dan pihak-pihak yang terlibat dalam pemberantasan virus berbahaya tersebut. Ketulusan dan empati muncul dari recehan, tapi maknanya begitu dalam.

2. Dari yang receh terlahir kesuksesan besar



Sukses membutuhkan proses. Tidak bisa instan bak turun dari langit. Diawali dengan receh-receh saja atau dari hal-hal yang kecil, sepele, kemudian membuncah menjadi besar. Kesuksesan-kesuksesan kecil pun kemudian menjadi satu menjadi kesuksesan besar.

Kita sering mendengar kisah seorang figur publik meraih kesuksesan. Diawali dengan kerja keras menjadi pengamen, misalnya, yang mendapatkan recehan dari lagu-lagu yang dinyanyikan dengan gitar atau alat musik lainnya, bertumbuh menjadi penyanyi kondang, dengan penghasilan yang wow. Royaltinya bisa miliaran, tidak recehan lagi. Ini memberikan fakta kepada kita bahwa receh bukan berarti tak mampu, tapi merupakan suatu awal proses untuk menikmati kekayaan, ketenaran, dan kebahagiaan, di bidang apa pun.

3. Pemacu semangat dalam menghadapi persaingan



Jangan remehkan recehan. Dari yang tak diperhitungkan tersebut, kita bisa mendapatkan semangat untuk menghadapi era persaingan yang semakin sengit. Dari modal receh, misalnya, kita terpacu untuk menjalankan usaha, bertahan dan berkembang, termasuk di masa krisis. Modal pas-pasan, dalam bidang apa pun, menjadi penyemangat, pemotivasi, untuk menjadi orang hebat di bidangnya.

Sudah banyak fakta kita baca dan dengar, begitu banyak orang yang mengawali bisnis dari nol. Jualan dari pintu ke pintu dengan penghasilan minim, misalnya, berkembang menjadi pedagang besar dengan banyak cabang. Dari receh menjadi modal sangat besar. Dari pedagang kecil menjadi pedagang ritel skala besar. Dari anak petani miskin, misalnya, menjadi konglomerat masa kini. Itu menunjukkan bahwa receh ternyata mampu membuat orang punya semangat yang kuat untuk bersaing dan menang!

Sudah saatnya bagi saya, mungkin juga bagi orang lain, untuk kembali memaknai hal-hal kecil, recehan, tidak mengabaikannya, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik. Meremehkan hal-hal yang receh menjadi tindakan yang bodoh, kurang bijak, bahkan menjadikan kita pribadi yang mudah lupa akan hakikat sebuah perjuangan.

Masih recehkah penghasilanmu?

Pertanyaan itu juga ditujukan untuk saya sendiri. Dengan senyum saya bisa menjawabnya, lalu terus berkarya, untuk menikmati hidup, memaknainya, dan memperjuangkannya untuk perbaikan di masa kini dan masa depan. 



Foto: pixabay.com