dionlanang
TS
dionlanang
Sejarah Propaganda PKI Versi NU (Bagian 2)

Logo Partai Komunis Indonesia (Tribunnews.com)

Tread dengan judul Sejarah Propaganda PKI ini sengaja ane buat untuk memperkaya wawasan sejarah kebangsaan kita semua sebagai bangsa Indonesia. Dan pemilihan referensi dari NU sengaja ane pilih agar pembahasan sejarah PKI yang ane sampaikan menjadi netral dengan tidak ada bumbu-bumbu politik.

NU PINDAHKAN KANTOR PUSAT DI MADIUN
Sejak dikeluarkannya peringatan oleh KH Hasyim Asy’ari tahun 1947 kala Muhtamar NU-17 di Madiun, kalangan NU sendiri selalu siaga terhadap serbuan PKI, tetapi mengingat besarnya kekuatan PKI maka sulit dibendung. Selama masa revolusi itu kantor pusat PBNU pun sengaja dipindahkan dari Surabaya ke Madiun sehingga kesibukan para tokoh NU terpusat di Madiun. Selepas Muhtamar NU-17 Madiun, KH Wahab Hasbullah seorang Pemimpin Besar NU ditugaskan untuk mengkonsolidasi NU dan Barisan Sabilillah se Jawa. Pertemuan ini sebenarnya untuk menghadapi agresi Belanda tetapi juga sekaligus membentengi Indonesia dari komunis, yang sudah merajalela di mana-mana.
Spoiler for spoiler:

Pertemuan yang dihadiri petinggi NU dan pimpinan Sabilillah se Jawa tersebut diselenggarakan di kota Ngawi yang jaraknya sangat dekat dengan Madiun, Pertemuan itu digagas guna mengumpulkan kekuatan NU untuk menghadapiagresi Belanda ke-2 hingga menghadapi propaganda PKI yang semakin masif melakukan aksinya. Para kiai mendapatkan tugas beragam, seperti KH Yusuf Hasyim (putra KH. Hasyim Asyari) mendapatkan tugas mengkonsolidasikan para ulama Pesantren yang ada di sekitar kota Madiun. Bersamaan dengan dilaksanakannya pertemuan antara pemipin NU dan Pimpinan Hisbullah Sabilillah itu terjadilah peristiwa Kudeta berdarah di Madiun. Pertemuan itu langsung ditutup seluruh peserta disuruh segera kembali ke daerah, masing-masing untuk jihad menghadapi PKI. Untuk bisa keluar dari Ngawi juga sangat susah, tetapi karena semuanya telah belajar strategi dan taktik bertempur di Cibarusa selama masa penjajahan Jepang, maka merka bisa keluar dari ngawi dengan selamat. Termasuk Kiai Wahab sendiri sebagai tokoh terkemuka NU yang wajahnya sangat mudah dikenali, ketika kembali ke Surabaya harus melewati Madiun. Gara bisa menembus blokde PKI dengan selamat, maka Kiai itu berhasil keluar dari Ngawi bahkan melewati Madiun dengan selamat sampai ke Surabaya dengan menyamar sebagai orang biasa, sehingga bisa menyelamatkan diri dari sergapan PKI.


PKI UNJUK KEBOLEHAN JUMLAH MASSA

Dalam beberapa kesempatan untuk menyongsong tahun 1955 (Event Pemilu pertama Indonesia) PKI mulai melakukan konsolidasi dan rapat umum terbuka di berbagai pelosok negeri terutama di daerah-daerah yang dekat Basis mereka di Madiun Jawa Timur. Bebererapa kali PKI menggelar kegiatan Rapat Umum dengan menghadirkan Puluhan Ribu Massa, hal ini nampaknya sengaja dilakukan PKI untuk memperlihatkan jumlah mereka di Indonesia kala itu. Padahal tidak semua yang hadir di acara PKI adalah orang PKI, banyak juga masyarakat umum yang di mobilisasi dan dipaksa untuk ikut menghadiri acara PKI. Karena jika tidak mau keselamatannya terancam para warga pun terpaksa mengikuti saja ajakan itu.

Spoiler for spoiler:

Sebagai puncak dari semua manuver dan provokasi tadi adalah diselengarakannya rapat umum yang dihadiri langsung oleh Muso maupun Amir Syarifuddin pada bulan Agustus tahun 1948 di beberapa tempat seperti Madiun, Trenggalek dan juga di kota kota lain di sekitar Jawa Timur –Jawa Tengah, sebagai strategi PKI untuk show of forceterhadap kekuatan mereka untuk menguasai Republik Indonesia. Semua tokoh PKI setempat dan daerah serta dari CC-PKI hadir dalam rapat umum yang dihadiri puluhan ribu orang. Tetapi bukan semuanya PKI, sebagian masyarakat desa yang tidak tahu-menahu urusan politik tetapi dimobilisasi secara paksa oleh PKI. Mereka ikuti saja kehendak PKI, kalau mereka menolak jiwa mereka akan terancam. Dengan demikian kekuatan PKI kelihatan sangat besar sehingga bisa menggetarkan lawan.
Spoiler for spoiler:


Suatu ketika KH Yusuf Hasyim (anak KH. Hasyim Asyari) melakukan konsolidasi barisan kiai NU di Kota Madiun, kota itu terlihat sangat lengang, warga menghindarkan diri supaya tidak bertemu dengan tentara FDR-PKI terutama dari unsur Pesindo yang sangat agresif. Mereka berkeliaran ke seluruh sudut kota dan desa dengan seragam serba hitam dengan selendang merah bersenjata api atau pedang, siap membunuh dan merampas siapa saja yang ditemui. Pasukan keamanan baik Tentara maupun Polisi sendiri kelihatan sudah kewalahan mengatasi keadaan, sehingga kelompok PKI leluasa melakukan teror dan penindasan. Saat itulah para Kiai yang dikunjungi menyarankan agar K Yusuf Hasyim segera meninggalkan Madiun karena takut bertemu dengan tentara FDR-PKI . Kiai Yusuf Hasyim berhasil keluar dari Madiun dengan selamat, kemudian mendengar kabar para kiai yang kemarin di kunjungi sudah menjadi syuhada dibantai oleh PKI.

 PROKLAMIRKAN NEGARA SOVIET MADIUN, PKI BANTAI BIROKRAT

Spoiler for spoiler:

Untuk memperluas pengaruh Front Demokrasi Rakyat (FDR) PKI serta untuk mempersiapkan kader-kader militan PKI, PKI Menyusun siasat untuk mengambil alih karesidenan Madiun dan beberapa daerah disekitarnya untuk di jadikan Negara Komunis. Setelah situasi sudah dianggap matang maka FDR yang berada di Kota Madiun yang dipimpin oleh Soemarsono pada tengah malam sekitar jam 24.00 WIB pada 18 September 1948, memproklamasikan pemerintahan baru yang disebut sebagai Pemerintah Front Nasional, sebagai lawan dari Pemerintah Republik Indonesia, hal itu merupakan cikal bakal berdirinya negara komunis yang dinamakan Negara Soviet Madiun.
Gerakan ini dimulai dengan menyerbu ke markas Tentara, ke kantor Polisi, setelah pasukan keamanan itu dilumpuhkan baru menyerang perkantoran pemerintah. PKI menjebol berbagai penjara yang ada daerah basisnya untuk membebaskan para aktivis PKI dan penjahat kriminal lainnya yang ditahan aparat kepolisian. Kelompok itulah yang kemudian direkrut sebagai kekuatan PKI dalam melakukan serangan terhadap lawannya. Dengan disemangati balas dendam pada polisi dan aparat negara lainnya, mereka terus melakukan penangkapan dan pembantaian kepada siap saja yang dianggap menghalangi gerakan mereka.

Spoiler for spoiler:


Setelah posisi mereka kuat di karasidenan Madiun lalu PKI menuju sasaran utama yakni merebut Kantor Residen Madiun serta instansi pemerintah lainnya. Saat itu Residen Madiun Mr. Samadikun kebetulan tidak ada di Madiun, karena sedang bertemu dengan pemerintah RI di Yogyakarta, maka selamatlah ia dari pembunuhan. Sementara wakilnya yaitu Patih berha sil ditangkap dan dibunuh pemberontak. Demikian juga nasib yang dialami pimpinan daerah seluruh Karesidenan Madiun seperti Magetan, Ngawi, Ponorogo, Pacitan dilakukan penangkapan terhadap para pejabat pemerintah, para bupati, patih, wedono dan para asistennya ditangkap dan dibunuh. Pejabat tinggi yang menjadi korban peristiwa ini adalah R. Soerjo Gubernur pertama Jawa Timur yang ditelanjangi dan dibunuh oleh PKI dengan tangan dan kaki terikat, PKI juga membunuh 2 personel Polisi yang saat itu menemani R. Soerjo mereka adalah Kombes M. Doerjat (Kapolda Jatim saat itu) dan Kompol Soeroso, rombongan para Birokrat / pejabat pemerintah daerah yang sedang melewati Ngawi juga dijegat dan dibantai oleh PKI yang jenazahnya dilempar ke tepi Bengawan Solo.

Spoiler for spoiler:

Sebagai langkah lanjutan dari kudeta berdarah itu PKI yang bukan pemerintah resmi melakukan penggantian kepala pemerintahan, sebagai Residen untuk menggantikan Mr. Samadikun ditunjuklah Abdul Muthalib sebagai Residen, dia seorang tokoh Pesindo bekas Wakil Residen Surabaya. Kemudian Soemarsono pemimpin pemberontak ditetapkan sebagai Gubernur Militer, sementara wakilnya adalah Soepardi bekas Walikota Madiun, Komandan Militer dipimpin oleh Kolonel Joko Sujono yang sejak awal mendampingi pimpinan pemberontak Soemarsono. Demikian juga seluruh kepala jawatan di seluruh jajaran diganti dengan orang-orang PKI, sehingga daerah Madiun dan sekitarnya sepenuhnya betul telah dikuasai PKI dan di situlah mereka melakukan pembantaian terhadap orang-orang non PKI. Secara serentak beberapa pimpinan derah yang dikuasasi PKI diganti dengan orang-orang PKI seperti di Ngawi, Blora, Pati dan sebagainya. Ketika kelompok FDR pimpinan Soemarsono telah menguasasi Madiun dan sekitarnya barulah pada 19 September 1948 pimpinan tertingi FDR Muso dan Amir Syarifuddin masuk ke Madiun dengan disambut meriah oleh para pemberontak seraya meneriakkan “Menang Perang!”. Di tengah gerombolan pemberontak itulah Muso segera memberikan pernyataan terbuka yang disiarkan oleh Radio Front Nasional yang ditujukan pada seluruh rakyat Indonesia: 

Quote:

Dengan seruan Muso yang tegas itu maka kalau selama ini PKI telah melakukan berbagai teror dan ancaman, tetapi sejak dicetuskannya Negara Soviet Madiun itu betul-betul melaksanakan apa yang diancamkan selama ini, yaitu melakukan pembunuhan. Sebenarnya kalangan pesantren dan aparat keamanan baik kepolisian maupun TNI telah mengetahui gelagat PKI itu untuk memberontak, tetapi karena semuanya dilakukan dalam waktu cepat dan mendadak, maka serangan tidak sempat ditangkis akhirnya memakan banyak korban.
BUNG KARNO MEMBALAS SERUAN MUSSO

Quote:

Pemberontakan yang terjadi di Madiun itu segera direspon oleh pemerintah pusat. Melihat langkah inkonstitusional pengambilan kekuasaan yang dilakuakn PKI yang disertai dengan kekejaman itu pemerintah pusat yang berada di Yogayakarta di bawahpimpinan Soekarno Hatta segera bersikap. Kemudian saat itu juga mengeluarkan kecaman dan sekaligus siaran kepada seluruh rakyat Indonesia agar tidak terkecoh oleh ajakan pemberontak dan setia menjaga pemerintahan dan bersatu padu merebut kembali Madiun:
“Kemarin pagi PKI Muso mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun, dan mendirikan di sana pemerintah Soviet di bawah kepemimpinan Muso. Perampasan ini mereka pandang sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintah Republik Indonesia. ....... Atas nama perjuangan untuk Indonesia merdeka aku berseru kepadamu. Pada saat yang begini genting, di mana engkau dan kita sekalian mengalami cobaan yang sebesar-besarnya dalam menentukan nasib kita sendiri dan adalah memilih di antara dua; Ikut Muso dengan PKI nya, yang akan membawa bangkrutnya cita-cita Indonesai merdeka atau ikut Soekarno/Hatta yang Insya’allah dengan bantuan Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia yang Merdeka tidak dijajah negara apapun juga. Rebut kembali Madiun, mari jangan ragu, Insyaallah kita pasti Menang.” Seruan Bung Karno saat itu.

Spoiler for spoiler:

Sebagai pemerintah yang sah dan sebagai presiden yang dicintai dan ditaati maka rakyat dan kalangan TNI memilih Soekarno dan melawan Muso. Karena itu Seruan Presiden Soekarno itu langsung dijalankan dengan melakukan orasi penumpasan PKI dengan mengerahkan Divisi Siliwangi yang saat itu sedang hijrah berada di Yogyakarta, serta didukung oleh pasukan Hisbullah dan Sabilillah yang berada di Yogya pula. Seruan presiden itu kemudian dicetak dijadikan pamflet yang disebar melalui udara ke berbagai daerah yang diduduki oleh PKI. Seruan presiden itu menyadarkan banyak kelompok yang tertipu oleh Muso. Akhirnya mereka sadar, ternyata mereka bukan diajak melawan Belanda tetapi melawan pemerintah yang sah melawan Bung Karno pemimpin Besar yang mereka cintai. Akhirnya mereka enggan ikut FDR PKI, mereka mulai berbalik melawan PKI untuk membela Bung Karno. Bersambung,,




Quote:



Baca Juga HotTread Ane Yang Lain Gan














Quote:
Diubah oleh dionlanang 29-05-2020 10:38
aviepnona212ikhwancool
ikhwancool dan 40 lainnya memberi reputasi
41
13.3K
88
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
icon
6.5KThread10.3KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.