wilsonindraAvatar border
TS
wilsonindra
Indonesia 'Paksa' Cina Ajari Bikin Roket
TEMPO.COBogor - Indonesia menjalin kerja sama dengan Cina dalam pengembangan teknologi roket di tanah air. Sebuah kesepakatan sudah terjalin dan diteken pada akhir tahun lalu berupa transerteknologi yang diberikan Cina atas kompensasi izin perairan yang diberikan pemerintah Indonesia.
Kepala Pusat Teknologi Roket di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Sutrisno, pada Jumat 21 Februari 2020. Saat itu Sutrisno baru saja menerima kunjungan Menteri Ristek Bambang Brodjonegoro dan jajaran pimpinan Lapan di kantornya di Rumpin, Kabupaten Bogor.
Sutrisno menerangkan, pemerintah Cina butuh masuk perairan Indonesia untuk kepentingan pelacakan trayek satelitnya. Sempat menawarkan kompensasi teknologi lain, Sutrisno mengungkapkan kalau Beijing akhirnya setuju memenuhi permintaan transfer teknologi roket selama lima tahun ke depan.
“Jadi ini bukan beli lisensi ya, tapi transfer teknologi lewat kerja sama antar negara,” katanya sambil menjelaskan pembelian lisensi bisa sangat mahal dan belum tentu ada negara yang bersedia untuk teknologi roket.

Adapun kerja sama transfer teknologi, dijelaskannya, berupa pemberian pelatihan, pengadaan material dan peralatan, melakukan desain manufaktur. Termasuk uji di bawah supervisi ahli roket Cina yang dilakukan di negeri itu maupun di Indonesia.
Menurut Sutrsino, kerja sama akan sangat bermanfaat bagi peneliti roket Indonesia yang disebutnya masih mengembangkan teknologi asal 1960-an. Indonesia sangat membutuhkan kerja sama atau tranfer teknologi dari negara lain yang selama ini tidak pernah didapat untuk pengembangan roket.
Sebagai ilustrasi, dia membandingkan, kemampuan roket diameter 450 mm milik Lapan yang masih berdaya jangkau kurang dari 100 kilometer. Sementara Cina janji mengajari membuat roket baru yang dua tingkat dengan diameter yang sama dan mampu terbang sampai 200 kilometer ke batas atmosfer.

Menristek Bambang Brodjonegoro saat berkunjung dan melihat roket RX 450 di Pusat Teknologi Roket, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, di Rumpin, Kabupaten Bogor, Jumat 21 Februari 2020. TEMPO/WURAGIL.
“Yang roket Cina itu untuk meng-improve roket 450 kita…dan akan ada pengalaman dan hal baru. serta memantapkan apa yang sudah kita lakukan selama ini,” kata Sutrisno.
Roket berdaya jangkau 200 kilometer disebutnya bisa digunakan sebagai roket sonda untuk mempelajari karakter di lapisan atmosfer. Harapannya kemampuan nanti bisa dikembangkan untuk roket sonda 300 kilometer dan seterusnya hingga bisa membuat roket peluncur satelit sesuai roadmap teknologi roket yang sudah dibuat tiga tahun lalu untuk 25 tahun ke depan.

Sumber : https://today.line.me/id/pc/article/...n+Roket-qgvYly


Sudah tahun 2020, teknologi roket tahun 60-an aja indonesia masih belum menguasai dan akhirnya dapat hibah TOT roket dari negara cina. Sebagai imbal balik indonesia memberikan akses masuk perairan Indonesia untuk kepentingan pelacakan trayek satelitnya cina. Masih jauh dari penguasaan teknologi rudal, teknologi roket saja baru bisa mencapai jarak 100 km, dengan TOT dari cina diharapkan roketnya bisa terbang sampai jarak 200km. Kalau mau RND sendiri mungkin indonesia baru bisa buat rudal ICBM 100 tahun atau 200 tahun lagi. Bingung saya indonesia merdeka udah 75 taon, tapi apa yang sudah dilakukan pemerintah dan rakyatnya yg maha banyak ini, sampai teknologi roket tahun 60 an aja masih berjarak 100 km. Seingat saya hanya teknologi korupsi dan teknolog berita hoaks saja yang berkembang sangat cepat sejak era reformasi. 
i.am.legend.Avatar border
hhdxtAvatar border
nomoreliesAvatar border
nomorelies dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.7K
57
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.