• Beranda
  • ...
  • Sports
  • Diskusi Sejenak Tentang Penalti Yang Merusak Mental

FootballStoryAvatar border
TS
FootballStory
Diskusi Sejenak Tentang Penalti Yang Merusak Mental

Roberto Baggio, Trezeguet dan Cristiano Ronaldo pernah merasakan pujian dari sejagat raya atas keberhasilannya membawa tim yang dibela menjadi juara, namun ketika di momen tersebut mereka tergelincir maka bersiaplah selalu ada bayang² yang menghantui untuk segera dilunasi.

Kita tidak boleh menyepelekan hal terkecil sekalipun dalam sepakbola, apalagi tendangan penalti. Teori dan pengamatannya memang sederhana hanya 1 orang penendang dihadapkan oleh seorang kiper berjarak 12 meter dengan gawang yang harus ia bobol selebar 7 meter. Namun prakteknya ketika giliran sudah datang kepada para pemain, maka ia akan ditekan beban mental yang sangat kuat. Pertaruhan pasti terjadi antara menuju seorang pahlawan atau dianggap gagal sebagai pecundang, hal itu ada dihadapan sang pemain sampai wasit meniup peluit tanda harus dimulainya tendangan eksekusi.

Drama adu penalti pasti menjadi momok hidup dan mati untuk dilakukan pemain bintang, bahkan oleh seorang David Beckham yang piawai mengeksekusi bola mati. Tendangan sang selebriti melenceng jauh ke atas gawang Victor Baia pada perempat final Euro 2004 melawan Portugal. Karena pada turnamen tersebut Inggris disebut sebut sedang dalam era keemasan harus dipulangkan oleh tuan rumah. Sehebat apapun sang pemain sepanjang 120 menit, setangguh apapun pertarungan diatas lapangan, saat memasuki babak adu penalti bukan tidak mungkin sang pemain terkena tekanan psikologis dan wajar bila sangat sulit untuk mencetak gol dalam situasi seperti itu.

Secara logika seperti ini, jika satu tim kalah di lapangan dalam pertandingan open play, itu hal yang bisa di terima walaupun pasti ada perasaan menyesal, namun jika kalah karena adu penalti harus diakui itu lebih mendalam penyesalannya, terlebih lagi jika anda menjadi eksekutor yang gagal dan tim anda terkena imbas kekalahan. Saat adu penalti memakan waktu kurang lebih 15 menit, maka selama setahun atau lebih persiapan tim bisa dianggap sia².

Pelatih sebesar nama Fabio Capello yang melanglang buama di beberapa klub Eropa dengan kesuksesannya seperti Juventus, Real Madrid, AC Milan serta Roma. "Ketika adu penalti terjadi, sebagai pelatih harus memilih pemain yang akan melakukannya. Anda bertanya dan pemain menjawab: Mohon jangan saya! Dan bahkan itu terjadi pada pemain bintang paling hebat sekalipun yang pernah saya latih." Dalam babak adu penalti, pengalaman atau terbiasanya sang pemain mencetak gol penalti menjadi hal nomor sekian, melainkan kesiapan mental dari seorang pemain untuk melakukannya menjadi hal yang utama.

Sang Professor Penalti, Ignacio Palacios-Huerta. Asal Basque yang menjadi dosen di London School of Economics, sudah mempelajari tendangan penalti dengan intens sejak 2003. Menurutnya eksekutor penalti selalu punya cara masing-masing dan itu bisa dipelajari oleh para kiper. Ia mengambil studi kasus di Piala Dunia 2018 lalu.

Menurut Palacios-Huerta di the42.com “Penjaga gawang pada dasarnya memilih sisi dengan frekuensi yang sama dengan penendang, dan mereka cukup bagus dari perspektif ini. Dalam hal menebak sisi yang benar, kiper telah melakukannya dengan 10 dari 28 penalti yang terjadi dalam turnamen ini, yang sedikit di bawah tingkat harapan 48-50% penyelamatan.”

Tak hanya itu, menurutnya faktor utama kegagalan eksekutor adalah melakukan eksekusi tidak seperti biasanya oleh sang penendang. Messi yang berkaki kidal biasanya melakukan tendangan kearah kanan gawang alisas menyilang. Melawan Islandia, Messi melesatkan bola ke arah kiri gawang. Tendangannya gagal dan diantisipasi oleh kiper.

Faktor kedua adalah kemampuan kiepr membaca gestur tubuh eksekutor. Kegagalan penalti Ronaldo melawan Iran menjadi contoh, ia melakukan kebiasannya dengan menendang ke arah kanan gawang, gesturnya yang membuka badan bisa ditebak oleh kiper bahwa ia tidak akan melakukan sepakan yang berbeda dari biasanya, hal itu dilakukan secara benar oleh penjaga gawang Iran.

Bagaimana dengan adu penalti?
Menurut Palacios-Huerta, tim yang mengeksekusi penalti pertama memperoleh kemungkinan lebih besar sebuah untuk keluar sebagai pemenang. Mengambil contoh pada final UCL 2008, Rio Ferdinand sebagai kapten tim mengambil langkah yang benar. Menghadapi adu penalti, Ferdinand memenangkan tos koin yang memberinya hak memilih giliran. Ferdinand yang awalnya tidak yakin lalu memutuskan mengambil giliran pertama bagi United.

Keputusan Cech untuk ikut tidak bergerak ketika Ronaldo berhenti saat ancang² menjadi kunci suksesnya menahan tendangan Ronaldo. Chelsea di atas angin, namun yang menjadi banyak perbincangan adalah kegagalan John Terry yang terpeleset saat menjadi eksekutor.

Banyak pihak mengkambing hitamkan rumput Luzhniki yang licin karena hujan sehingga pijakan Terry tidak seimbang dan membuatnya terpeleset. Faktanya ada di buku Totally Frank, autobiografi milik Lampard, dibuku tersebut menjelaskan bagaimana buruknya Terry dalam mengeksekusi penalti. Disitu tertulis “Dia sangat sulit mengeksekusi bola. Menghadapi Portugal ia sedikit goyah dan nyaris terpeleset namun menjadi gol. Begitulah Terry, keseimbangannya buruk. Di Chelsea, ia kerap terpeleset saat latihan penalti, kadang masuk kadang juga tidak.”

Anelka yang menjadi eksekutor terakhir dan gagal, kalo ente perhatikan Anelka menjadi satu-satunya penendang Chelsea yang mengarahkan bolanya ke arah kiri. Menurut ane Van Der Sar memainkan permainan psikologi dengan menunjuk ke arah kanan di mana semua pemain Chelsea mengarahkan tendangannya seperti tendangan yang sudah², Anelka secara logis akan melakukan sepakan ke kiri, dan benar saja cerita berakhir menjadi sejarah yang membanggakan bagi United.

Dari yang ane perhatikan di UKM sepakbola dan futsal di kampus ane, eksekutor penalti sudah ditetapkan dari awal yang menjadi bagian dari startegi permainan tim jika permainan sudah berada di fase gugur. Pemilihannya sendiri bisa saja ditentukan oleh pelatih, kesepakatan tim, atau hasil diskusi antara pelatih dan pemain senior, tapi urutan eksekutor bisa saja berubah ditengah jalan sesuai situasi dan kondisi dilapangan.

Pemilihan eksekutor didasari statistik performa pemain di sesi latihan rutin mingguan, dari situ bisa diketahui siapa pemain yang punya skill dalam eksekusi bola mati. Kadang ada saja pemain yang bagus secara teknis dan gaya permainan sangat mendukung skema tim namun secara eksekusi bola mati ia tak cukup lihai, ada juga pemain yang akurat dan tenang dalam mengeksekusi bola mati termasuk tendangan penalti di babak open play namun saat babak adu penalti mentalnya tak cukup kuat, dan kemungkinan terakhir ada pemain yang seimbang egonya dan biasa² saja tidak terlalu ambis untuk menjadi eksekutor penalti. Maka pemain senior dan pelatih paham ia bisa jadi eksekutor yang dibutuhkan, karenanya tak jarang ketika nama² eksekutor penalti disebutkan selalu saja muncul nama² yang tidak diduga. Ada juga dalam permainan open play ketika hadiah penalti didapat eksekutor utama justru memberi pada pemain yang dijatuhkan atau yang membuat pemain lawan melakukan handsball, dan yang terakhir pasti ada momen dimana jika mendapat hadiah penalti eksekutor utama memberikannya pada pemain yang tahun depan akan lulus dan berpisah dari tim.


Bagaimana Menurut Pandangan Anda² Tentang Penalti? Atau Bagaimana Dengan Tim Sepakbola/Futsal Anda Dalam Menentukan Eksekutor Penalti? Diskusikan Dibawah!
#nodebat

ngutip dikit

Diubah oleh FootballStory 08-05-2020 05:28
capadesuAvatar border
nona212Avatar border
tien212700Avatar border
tien212700 dan 153 lainnya memberi reputasi
154
6.6K
139
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sports
Sports
icon
22.9KThread10.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.