• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Di Nepal, Wanita Memiliki Banyak Suami. Bagaimana Jika Semua Suami Ingin Bercinta?

djalanloeroesAvatar border
TS
djalanloeroes
Di Nepal, Wanita Memiliki Banyak Suami. Bagaimana Jika Semua Suami Ingin Bercinta?
Poliandri, sistem perkimpoian yang memperbolehkan wanita memiliki lebih dari satu suami dalam waktu yang bersamaan, mungkin bisa dianggap menimbulkan persoalan sosial pada masyarakat modern sekarang ini. Ini terkait status hukum anak yang lahir dari sistem perkimpoian ini, warisan, status biologis anak, dan sebagainya. Karena itu, jika pun ada yang melakukannya, bisa jadi secara sembunyi-sembunyi.


Poliandri di Nepal; seorang wanita dengan dua suami dan dua anak mereka. Pria yang paling tua adalah ayah si wanita.

Namun, pada masyarakat tradisional di kaki Pegunungan Himalaya, poliandri masih terus berlangsung sampai saat ini. Alih-alih menimbulkan persoalan sosial, poliandri justru dipandang sebagai solusi terhadap permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat di sana.

Nepal, Bhutan, Tibet, dan India adalah negara-negara yang masyarakatnya masih mempraktikkan poliandri hingga kini, terutama pada masyarakat yang hidup secara tradisional di pedesaan di kaki Pegunungan Himalaya.

Di Nepal misalnya, di daerah Dolpa, Humla, dan Kosi yang merupakan pedesaan tradisional, praktik poliandri begitu kuat mengakar sebagai tradisi. Kendati hukum positif di Nepal telah melarang poliandri sejak tahun 1963, masyarakat di sana lebih taat pada tradisi ketimbang pada hukum negara. 

Di desa-desa tersebut adalah biasa terjadi fraternal polyandry, yaitu dua pria atau lebih yang statusnya bersaudara (kakak beradik) menikahi seorang wanita. Yang lebih unik lagi, tak jarang empat pria bersaudara menikahi dua wanita yang juga bersaudara. Mereka semua tinggal dalam satu rumah.

 Poliandri di Tibet; tiga pria dengan seorang istri dan lima anak mereka.

Poliandri empat pria kakak beradik dengan dua wanita yang juga kakak beradik pada mulanya tidak demikian. Awalnya empat pria tadi menikahi seorang wanita saja. Namun, karena wanita yang dinikahi itu lama tak memberi keturunan, keempat pria lalu menikahi adik atau kakak si wanita. 

Praktik poliandri di Nepal tak menjadi beban bagi si wanita. Mereka melakukannya dengan rela dan senang hati. Para wanita tidak merasa itu sebagai penindasan atau perbudakan dari laki-laki. Justru karena praktik poliandri, wanita menjadi pihak yang lebih berwenang dan berkuasa ketimbang laki-laki. Dan para wanita menganggap poliandri sebagai solusi dari kemiskinan yang telah lama mendera mereka.

Mirip-mirip dengan orang Indonesia yang menganggap banyak anak banyak rezeki, para wanita di pedesaan Nepal menganggap banyak suami banyak rezeki. Dengan banyak suami, para suami bisa melakukan berbagai pekerjaan yang berbeda. Ada yang bercocok tanam di ladang, menggembalakan ternak, menenun kain tradisional, atau menjadi buruh di kota. Rezeki pun mengalir dari berbagai pekerjaan yang berbeda-beda ini. Pendapatan keluarga menjadi berlipat.

Menurut para ahli antropologi dan etnografi, poliandri di Nepal bertujuan untuk pengendalian populasi manusia dan pengendalian kepemilikan sumber daya alam. Juga untuk meningkatkan kelangsungan hidup dan kesejahteraan anak. 

Kondisi kehidupan di pegunungan yang keras, terutama pada musim dingin, dan keterbatasan lahan yang bisa ditanami membuat masyarakat di sana melakukan poliandri. Dengan poliandri, lahan pertanian yang dimiliki keluarga pria menjadi tetap utuh, tidak terbagi-bagi. Jika setiap saudara menikah dengan wanita yang berbeda dan masing-masing memiliki anak, tanah keluarga akan terpecah menjadi kecil-kecil. 


Poliandri di India; lima pria bersaudara dengan satu istri dan seorang anak.

Dengan poliandri, anak yang lahir pun menjadi lebih sedikit. Jika setiap pria menikah dengan wanita yang berbeda dan masing-masing melahirkan anak, tentu akan banyak
anak yang harus dihidupi. Dengan jumlah anak yang sedikit, kelangsungan hidup dan kesejahteraan anak menjadi lebih terjamin. Apalagi dengan banyaknya ayah yang bekerja di bidang yang berbeda-beda, rezeki untuk menghidupi anak menjadi lebih tercukupi. 


Bagaimana dengan Urusan Seks?

Kepada pria yang mana anak yang dilahirkan memanggil ayah? Pada masyarakat Nepal yang mempraktikkan poliandri, si anak bisa memanggil semua pria yang menjadi suami ibunya sebagai ayah. Pada masyarakat di sana memang sudah tertanam keyakinan bahwa seorang anak bisa memiliki lebih dari satu ayah. Para pria itu pun memandang semua anak yang lahir sebagai anak mereka juga, tak peduli siapa ayah biologisnya.

Nah, bagaimana dengan urusan seks? Bagimana jika semua suami ingin berhubungan intim dengan istri mereka pada saat bersamaan? Ada kesepakatan tak tertulis yang berlaku di antara mereka. Pada prinsipnya, semua suami memiliki akses seksual yang sama terhadap istri mereka. Namun, agar tidak terjadi bentrok, ada aturan: suami yang memasuki kamar istri harus meninggalkan sepatu atau sandal di depan pintu kamar. Jika ada sepatu di depan kamar, berarti ranjang sudah “dikuasai” dan “permainan” sedang berlangsung di sana! Simpel kan? 



Referensi 1

Referensi 2

Referensi 3

Referensi 4

Referensi 5

Referensi 6

Referensi 7

Referensi 8

Sumber foto 1

Sumber foto 2

Sumber foto 3
Diubah oleh djalanloeroes 21-04-2020 03:39
sebelahblogAvatar border
tien212700Avatar border
Anna471Avatar border
Anna471 dan 57 lainnya memberi reputasi
58
6K
52
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The Lounge
icon
922.6KThread81.9KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.