cicimasniAvatar border
TS
cicimasni
Bab 26 : Saran
Bab 26 : Saran

🌸🌸🌸

Varo baru selesai mandi dan membuka ponselnya. Pria itu mendapati pesan dari Lily yang menanyakan kapan ia pulang dan pesan itu sudah dikirim sejak siang tadi.

Varo meletakkan kembali ponselnya di atas meja samping tempat tidur. Ia mengambil ponselnya yang lain, lalu menelpon seseorang.

"Sebar video lengkapnya, juga terbitkan berita buruk mereka di media manapun. Karena mereka ingin terkenal, maka buat mereka menjadi paling terkenal!."

Setelah mengatakan hal itu, pria berganti pakaian dan membereskan pakaiannya yang lain dan memasukkannya ke dalam koper. Tadinya ia berencana pulang ke Indonesia besok, tapi setelah membaca pesan dari Lily, pria itu langsung memesan tiket pesawat dan pulang hari ini.

Untungnya masalah di Jepang terselesaikan dalam waktu 2 minggu, meski perampok di tokonya belum tertangkap, tapi masalah lainnya sudah diatasi dengan baik.

Varo juga sudah meningkatkan keamanan di toko-toko perhiasannya yang lain. Jadi sekarang ia merasa sedikit lega.

Masalah gosip pernikahannya ia ketahui dari Jinhyuk. Tentang keributan yang terjadi di lobi hotel, serta postingan video ucapan kejam Lily terhadap sanak keluarganya. Hal itu tak terlalu dipikirkan pria itu.

Ia yakin Lily tidak bersalah dan pasti ada yang sengaja menghancurkan nama baiknya. Jadi begitu rekaman lengkap CCTV dari lobi hotel di tonton oleh Varo, pria itu tak membahasnya di depan Lily. Menunggu gadis itu menceritakan masalah itu padanya. Sayangnya, Lily yang keras kepala yang dikenalnya, memilih menutup mulutnya.

Aku tau dua akan minta ma'af. Asal jangan minta cerai saja. Si pesimis ini, mesti diberi pelajaran.

Varo menyunggingkan senyumnya. Untuk Lily, ia punya rencana sendiri di otaknya dan yang pasti hal itu akan merubah sikap Lily terhadapnya.


🌺🌺


Varo sampai di rumahnya tengah malam. Pria itu hanya langsung masuk ke kamarnya dan tidur. Lily yang tak tau kalau Varo sudah pulang, tampak makin frustasi karena pesannya belum di balas.

"Apa papa mu benar-benar marah??"

"Tapi mama mau minta ma'af."

"....."

"Papa~papa~." Arion memanggil Varo dengan penuh semangat. Lily yang mendengar itu, menarik nafas dalam lalu mengelus rambut si kecil.

"Apa Rion merindukan papa??, Biar..mama telepon dulu, tunggu sebentar."

"....."

"Kenapa tidak diangkat???...sibuk kah??. Tapi ini baru jam setengah 7. Dia...tidak mungkin sudah bekerja kan??."

Lily terus berusaha menelpon Varo, tapi pria itu tetap tak mengangkat telponnya.

"Papamu pasti sibuk. Nanti kita telpon lagi." Lily menyerah setelah gagal menelpon Varo yang ke 4 kalinya. Gadis itu membawa Arion ke dapur, untuk sarapan. Sementara Arion terus tersenyum dan tertawa di pelukan gadis itu.

Varo berdiri di belakang Lily sejak tadi. Pria itu melambai ke arah Arion yang menyadari keberadaannya. Sayangnya Lily tak tau hal itu.

Kamar Varo ada di lantai 2. Pria itu hanya tidur-tiduran di kasurnya sambil mengecek perkembangan toko perhiasan lewat iPhone tablet di tangannya.

Namun samar-samar ia mendengar suara kecil Arion dan gedoran di pintu kamarnya.

Varo yang kaget bergegas mendekati pintu, tapi suara histeris Lily menghentikannya.

"Rion sayang, gimana kamu bisa naik kesini??. Jangan bikin kaget mama nak. Mama pikir kamu kemana."

Lily tadinya pergi sebentar ke halaman belakang untuk mengangkat jemuran. Gadis itu berniat pergi ke cafetaria dan pulang agak sore.

Begitu masuk rumah, ia malah tak melihat Arion di manapun, dan langsung panik. Begitu mendengar suara Arion dari lantai atas, Lily bergegas kesana dan ternyata Arion ada di depan kamar Varo dan sedang memanggil pria itu.

Arion langsung menangis karena tak berhasil menemui Varo. Sementara pria dibalik pintu itu sedikit merasa bersalah.

Lily akhirnya pergi bersama Arion ke cafetaria milik Revan. Pria itu dan istrinya marah padanya karena tak di undang, dan mereka juga tidak bisa datang di hari pernikahan Lily. Untungnya mereka punya waktu libur sekarang. Jadi Lily berjanji ke cafetaria untuk bertemu dengan mereka.

Revan dan Rere punya anak laki-laki berusia 5 tahun bernama Revo dan anak perempuan 3 tahun bernama Vani, mereka menjadi teman main bersama Arion dan berhasil membuat si kecil itu ceria lagi.

"Dari tadi pagi Rion rewel, mau pergi ke kamar Varo terus. Aku nggak berani masuk sana, jadi si Rion nangis." Jelas Lily ketika Rere bertanya kenapa mata Arion sembab.

"Udah suami istri kenapa masih nggak berani sih?. Kamar dia kan kamar kamu juga." Ledek Rere.

Mereka berdua mengobrol di sudut cafetaria, sambil sesekali memperhatikan anak-anak di ruang bermain yang disediakan dicafetaria itu. Mocca yang sangat menyukai anak-anak memilih bermain dengan mereka.

"Aku masih kecewa loh...meski kita temenannya juga lumayan baru, tapi nggak diundang itu rasanya....

"Ma'af-ma'af kan udah dijelasin kalau itu mendadak." Lily kembali meminta ma'af.

"Tau nggak, si Mocca bahkan shock, karena Varo gerak cepat, dia pikir kalian nggak bakal nikah sampai 2 atau 3 tahun lagi, karena kamunya nggak peka."

"....."

"....."

"Maksudnya apa nih??, Dia...nggak lagi bikin novel cinta yang objeknya kami kan??." Tanya gadis itu tiba-tiba. Dan cengiran dari lawan bicaranya menjawab segalanya.

"Judulnya 'The Reason Why', ini berkisah tentang si pesimis Lily dan si Introvert Varo. Keduanya belum pernah jatuh cinta dan sedang dalam proses mengenal cinta berkat bayi mungil yang mereka asuh. Ceritanya baru sampai pada tahap si cowok stalkerin si cewek, lalu mendadak plot cepat terjadi dan mereka nikah. Ceritanya menarik banget, coba baca aja deh." Rere mengirimkan link ke WA Lily.

"Gue penasaran banget sumpah, cerita itu udah nggak update 2 minggu dan si Mocca nggak ngasih clue apapun. Loe...bisa kasih tau gue nggak gimana perkembangan hubungan loe sama Varo. Abis nikah, kalian gimana??, Bulan madu dimana??, Udah coba test pack??."

"...." Lily hanya tersenyum mendengar pernyataan dan pertanyaan yang pindah jalur secara cepat ini.

"Gue bukan penggemar gosip, gue malah jarang nonton TV karena kebanyakan berita nggak pentingnya. Tapi...soal suami loh yang wow....ternyata super kaya itu...kita baca gosip yang tak mengenakkan persoal pernikahan kalian dan...gue juga nonton video viral itu."

"....."Lagi. Lily diam dan tak mengatakan apapun.

"Gue udah baca semua gosipnya, tentang elo yang katanya nggak pantas nikah sama Varo. Tentang latar belakang keluarga loe yang beda 360 derajat dari keluarganya Varo, tentang latar pendidikan loe yang biasa aja dan riwayat percintaan loe yang katanya jual badan."

"....."

"....."

"Kita kenal juga baru setahun ini, belum terlalu akrab, ketemuan juga baru beberapa kali. Tapi...gue yakin gue nggak salah menilai orang. Dan menurut pendapat gue...elo bukan cewek murahan yang jadi bahan gosip itu."

Lily tersenyum mendengar kalimat terakhir itu.

"Gue tipe teman yang nggak tahan lihat teman gue susah. Dan gue tipe yang suka ikut campur masalah teman gue. Jadi...apa loe keberatan kalau gue ikut campur dan ngasih loe saran dan kritikan??. Kalau loe nggak keberatan gue bakal ngelakuin hal itu sekarang."

"....O...oke." Lily kembali tersenyum.

"Ada 3 tipe orang yang paling sering jadi bahan gosip. Pertama dia dari kalangan politik, kedua dia dari kalangan artis, dan ketika dia dari kalangan atas alias orang kaya. Varo termasuk di yang ketiga. Dia kaya, dan juga terkenal. Gosip orang semacam ini pasti seputar seberapa besar kekayaannya, gimana latar belakang keluarganya dan gimana kisah percintaannya. Gosip ini juga paling dinikmatin oleh para penikmat gosip sampah."

Rere meminum jus alpukat nya sebelum kembali bercerita. "Jujur, gue juga berasal dari keluarga sosialita yang rata-rata suka pamer harta. Dan kisah cinta gue jadi sorotan sebelum gue mutusin keluar dari lingkaran itu. Gue mutusin semua hubungan gue sama keluarga gue dan menikah dengan Revan yang dulu cuma seorang owner cafetaria kecil. Kita hidup susah dan senang bersama sampai sekarang. Berusaha nggak peduli sama omongan orang lain yang berpikir kalau gue nggak akan bisa bertahan hidup susah. Jadi intinya dari yang gue ceritain ini, kalau elo udah ngerelain diri loe buat masuk ke lingkaran orang kaya seperti Varo, loe harus tau resikonya dan harus terbiasa dengan itu."

"Loe harus tahan di gosipin yang nggak-nggak, harus tahan waktu di pandang rendah oleh mereka yang berpikir bahwa loe nggak pantas, dan harus percaya bahwa suami yang nikahin loe itu...bisa menangani masalah ini dan kalian wajib saling mendukung."

"Loe ngerti kan??." Tanya Rere, dan gadis di depannya mengangguk.

"Yang gue saranin ini, itu kalau elo dan Varo nikahnya karena atas dasar saling mencintai. Gue sama Revan bisa sampai sekarang karena kita komitmen bahwa perasaan kita bisa bertahan sampai kapanpun. Kerena kami saling mencintai, kami bersedia menanggung resikonya. Nah, sekarang gue tanya ke elo, kalian nikah...bukan sekedar buat dapat surat izin adopsi Arion kan??."

"......"

"Atau ada perjanjian lain di balik itu. Gue tau tentang ini karena Mocca nulis di ceritanya tentang adopsi, dan gue tau, Mocca bilang kalau elo pernah cerita ke dia, soal syarat Arion adopsi dan juga soal nyokap loe yang pengen loe cepet nikah."

".....dia...nulis semua itu di....

Rere mengangguk. "Loe cerita masalah itu ke penulis novel. Dia...tipe yang akan menulis true story orang lain ke novelnya, jadi...yah ma'afkan saja soal itu ya, hahaha."

"....."

"Oke, back to cerita kita tadi. Loe nikah sama Varo bukan atas dasar cinta kan??. Perasaan kalian berdua itu bahkan lebih dangkal dari pertemanan, karena elo belum mau terbuka sama dia benar kan??."

"...."

"Loe pasti mikir dari mana gue bisa tau. Gue biasa jadi mak comblang, jadi gue bisa tau semuanya, hahahaha."

"Nah, cerita ke gue. Apa masalah loe, biar gue bantuin cari pemecahannya. Jangan mengerutkan dahi seperti itu sayang. Pegawai gue bilang, loe 2 minggu ini sering kemari. Duduk di pojok sini sambil merhatiin Arion. Dan wajah loe itu murung banget. Dan... Elo cuma mesan jus tomat doang dari pagi sampai sore. Karena elo temennya gue, pegawai gue ini nelpon dan cerita ke gue. Makanya gue mutusin ke sini. Gue pengen tau masalah yang sebenarnya. Sekrang, ceritakan secara detail."

Pegawai yang di maksud Rere jelas adalah Jinhyuk.

Lily menarik nafas dalam. Gadis itu merasa beruntung, ia sejak dulu tak pernah punya teman akrab juga tak pernah bisa menceritakan apapun pada siapapun. Biasanya ia hanya memendam masalahnya sendiri. Tapi sekarang, melihat Rere yang rela bertemu dengannya dengan maksud baik. Lily menjadi semakin yakin bahwa sekarang ia bisa membuka hatinya pada orang lain.

Lily menceritakan semuanya pada Rere, tentang awal pertemuannya dengan Varo sampai akhirnya mereka menikah dan juga masalah yang menimpa Varo setelah mereka menikah.

"Dan...kalian belum ada komunikasi sampai sekarang?." Rere bertanya setelah mendengar cerita Lily. Gadis itu mengangguk.

"Dan elo juga nggak berusaha untuk minta ma'af atau menjelaskan hal yang sebenarnya??."

Lily kembali mengangguk. "Aku...nggak yakin omonganku bakal di dengerin. Aku....

"Minder??, Takut??, Itu juga jadi sifat yang paling gue benci dari laki gue."

"....."

"....."

"....." Lily mendapat tatapan kesal dari Rere. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa wanita di depannya itu mendadak kesal.

"Kenapa mesti minder, kenapa mesti takut. Orang kaya seperti kami bukan berarti kami nggak punya perasaan. Kami nggak sama seperti orang yang suka menyombongkan diri itu. Coba dulu bersikap jujur, coba dulu berani. Siapa tau ketakutan yang ada dipikiran kamu itu nggak sesuai dengan kenyataannya. Itu...kata-kata yang gue sampaikan ke laki gue waktu kita hampir putus dulu."

Oh..

"Gue tau loe beda sama Revan dan gue juga bukan Varo. Sikap orang juga berbeda-beda. Tapi...ada waktu dimana elo harus berani mengungkapkan isi hati loe. Lebih baik sekarang dari pada terlambat nantinya. Karena resikonya memang selalu ada dua. Elo terluka atau kalian sama-sama bahagia."

"Gue tau perasaan kalian belum sampai tahap saling mencintai, tapi kalau dari awal kalian nggak mau jujur satu sama lain. Maka sudah dipastikan nggak ada akhir bahagia untuk kalian."

"Kalau dia nggak nanya. Elo yang cerita. Kalau dia marah, elo yang minta ma'af. Dan kalau dia jadi benci sama elo....elo cukup berpaling dan cari yang lain. Cowok lain juga banyak!."

"......"

"......"

"......"

Terdengar suara batuk dari sopa dibelakang Lily dan gadis itu meminta Rere memelankan suaranya.

"Dengerin tuh...apa kata bini gue."

Varo, "......"

Di belakang sopa yang diduduki Lily. Ada Varo dan Revan yang sudah sejak tadi menguping. Mereka duduk disana sejak Lily masuk cafetaria dan gadis itu tak menyadari hal itu.

Jinhyuk yang mengantarkan mocca latte ke meja itu mendapat sunggingan senyum dari Rere.

Jinhyuk tersenyum dan diam-diam mengacungkan jempolnya pada Rere.

'Benar-benar mak comblang sejati'.


🌸🌸🌸
Bab selanjutnya :

https://www.kaskus.co.id/show_post/5...d29542d235cdc4
Diubah oleh cicimasni 21-04-2020 14:04
nitajungAvatar border
Richy211Avatar border
PupilsxoneAvatar border
Pupilsxone dan 33 lainnya memberi reputasi
34
1.5K
6
Thread Digembok
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
icon
31.5KThread•41.6KAnggota
Terlama
Thread Digembok
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.