grahaologyAvatar border
TS
grahaology
CORONA ITALIA : KRONOLOGI 37 HARI


BACKGROUND
1. per 1 Desember 2019 Wu Wenjuan, seorang dokter senior di Rumah Sakit Jinyintan Wuhan mengatakan kepada BBC Chinese Service bahwa pasiennya memiliki ciri Ncov, pria lanjut usia yang menderita penyakit Alzheimer.

"Tempat tinggalnya (si pasien) berjarak empat atau lima kali naik bus dari pasar ikan laut, dan karena dia sakit, dia hanya tinggal di rumah" kata Wu Wenjuan. Dia juga mengatakan bahwa tiga orang lainnya mengalami gejala pada hari-hari berikutnya - dua di antaranya juga tidak terpapar dengan kawasan Huanan.

2. Per tanggal 1 January 2020 HUANAN MARKET ditutup karena 14 orang yang "related" ke pasar seafood tersebut terkena penyakit paru (dicurigai akibat virus) & dilaporkan ke WHO



2. Tanggal 23 January 2020 WUHAN LOCKDOWN saat pasien ke 495

kemungkinan WNA atau wisatawan asing di Wuhan maupun daerah Tiongkok lain berkumpul di Bandara "paling telat" 3 hari terakhir sebelum lockdown (20, 21 & 22 Januari 2020) untuk PULANG KE NEGARA MASING-MASING

ASUMSI PENYEBARAN
1. Jika berkumpul di Bandara tanggal 20-22 January 2020 & terpapar maka masa nCov adalah 14 hari sampe dengan tanggal 4 February 2020 atau disebut layer/gelombang PASIEN KE-1 dan yang pasti posisi MEREKA mulai tanggal 23 Januari sudah dimanapun diluar Tiongkok apalagi Wuhan



2. Jika orang Italia yang tidak ke Wuhan & terpapar sahabat atau orang lain yang pulang dari Tiongkok pada 2-3 February akan CARRIER/berinteraksi 5 hari pertama dia sembuh per tanggal 17 February, dia menjadi layer/gelombang PASIEN KE-2
3. Yang tertular sebelum 17 February, dia menjadi CARIEER/berinteraksi tanggal 4-11 February 2020 disebut layer/gelombang PASIEN KE-3 & sembuh per 31 February 2020

31 Januari 2020
PASIEN KE-1 & 2
dua kasus virus korona terkonfirmasi di Roma. Keduanya adalah turis Tiongkok yang tiba di Milan pada 23 Januari melalui Bandara Internasional Malpensa dan melakukan perjalanan ke Roma dengan bus pariwisata

16 Februari 2020
PASIEN KE-3
1. Pasien A, 38 tahun, warga Codogno, sebuah kota kecil di Provinsi Lombardia, masuk rumah sakit karena mengeluh gejala pernapasan. Dua hari sebelumnya ia memeriksakan diri ke dokter umum dan didiagnosis flu biasa,
2. tidak ada perlakuan khusus yang dilakukan karena pihak RS mengira pasien mengalami bronkopneumonia.
3. Setelah diketahui gejala mirip nCov maka belakangan diketahui bahwa pasien memiliki riwayat kontak dengan kolega kerjanya, yang pulang dari Tiongkok pada 21 Januari 2020

20 Februari 2020
(4 hari kemudian, hari ke-5)
PASIEN KE-4 & 5

Pasien A, istrinya yang sedang hamil, dan rekan pasien A dinyatakan positif COVID-19. Inilah tiga kasus positif COVID-19, yang awalnya diduga pneumonia.


21 Februari 2020
(1 hari kemudian, hari ke-6)
PASIEN KE-4 s/d 20

1. Ditemukan 16 orang lain positif COVID-19, dengan riwayat kontak dengan pasien A , maka lockdown diberlakukan di 11 kota di sekitar zona wabah.
2. Reaksi warga? Pemerintah kan sudah melakukan karantina, they’re going to take care of it – Also, a lot of quarantine memes on this day.

22 Februari 2020
(1 hari kemudian, hari ke-7)
PASIEN KE-92

1. Tercatat 76 kasus baru, dengan persebaran kasus ke wilayah lain di luar Lombardia.Semua acara publik di beberapa provinsi dibatalkan.
2. Seorang pria berusia 78 tahun, meninggal di rumah sakit Schiavonia di Padua, menjadikannya korban meninggal pertama di Italia. Pria itu tinggal di kotamadya Vò, yang ditempatkan dalam karantina.
3. Reaksi warga Italia? Memberitahu orang lain yang bereaksi kalau mereka overreacting.


24 Februari 2020
(2 hari kemudian, hari ke-9)
PASIEN KE-227
(nambah 135 orang)

Tercatat 227 total kasus.Sekolah dan universitas di seluruh Italia diliburkan hingga 1 Maret.Beberapa negara mulai memberikan restriksi masuk untuk warga Italia.

Reaksi warga Italia? Panic buying. Saya dan banyak sekali warga Italia masih merasa semuanya akan baik-baik saja, apalagi fasilitas kesehatan di Italia Utara bisa dikatakan yang terbaik di Eropa.


26 Februari 2020
(2 hari kemudian, hari ke-11)
PASIEN KE-445
(nambah 218 orang)

Tercatat 445 total kasus.Negara lain mulai melaporkan kasus COVID-19 yang berkaitan dengan cluster Italia. Italia telah melakukan 9.426 tes COVID-19.Hand sanitizer mulai tersedia di mana-mana.

Reaksi warga Italia (termasuk saya)? Don’t worry, COVID-19 tidak lethal untuk usia dewasa muda. Pada fase ini, belum ada istilah social distancing. Sekolah dan kampus libur = semakin banyak warga yang berlibur dan nongkrong di cafe, bar, dan public places. Ini poin yang paling critical dan merupakan fase penting apakah COVID-19 akan semakin menyebar. Indonesia sedang berada di fase ini.

1 Maret 2020
(6 hari kemudian, hari ke-17)
PASIEN KE-1694
(nambah 1.476 orang)

Tercatat 1.694 kasus di 12 dari 20 provinsi di Italia.Angka positif COVID-19 meningkat dua kali lipat per hari.52 orang dinyatakan meninggal dunia. Di region saya, Friuli VG, kasus pertama dilaporkan. Asalnya dari seorang dosen yang memberikan materi di conference Akibatnya, 10 orang yang seruangan dengannya positif COVID-19

Reaksi warga Italia? Ah okay, masih aman lah, selama cuci tangan dan menjaga daya tahan tubuh. Social distancing masih tidak familiar.

Saya? Bikin Q&A COVID-19, percaya bahwa everything is going to be okay. Things are fine.

2-7 Maret 2020
(1-6 hari kemudian, hari ke-23)
PASIEN KE-5.883
(nambah 4.407 orang)

Tercatat 5.883 total kasus.Sekolah dan universitas di seluruh Italia tetap diliburkan.Semakin banyak lockdown dilakukan di beberapa kota dengan kasus outbreak yang tinggi.

Reaksi warga Italia?

Aktivitas di daerah non-lockdown tetap berjalan seperti biasa.Bar, restoran, cafe, gym, dan beberapa public spaces berjalan seperti biasa.Cuaca mulai bagus, semakin banyak orang beraktivitas di luar.


8 Maret 2020
(1 hari kemudian, hari ke-24)
PASIEN KE 5.883

Perdana Menteri Giuseppe Conte mengeluarkan Dekrit lockdown bagi 25% daerah di Italia, yang melarang arus masuk dan keluar dari daerah lockdown, melarang kegiatan publik, dan memberlakukan social distancing berjarak satu (1) meter antar tiap orang.

Di sini terjadi kesalahan fatal. Dokumen dekrit dirilis oleh media cetak semalam sebelumnya. Yang terjadi, 10.000 orang dari daerah RED ZONE dalam semalam keluar dan menyebar ke kota-kota lain.

Efeknya? Mempercepat penyebaran ke hampir seluruh daerah di Italia.

9 Maret 2020
(1 hari kemudian, hari ke-25)
PASIEN KE-9.172
(nambah 4.765 orang)

Tercatat 9.172 kasus positif COVID-19.Rumah sakit mulai over capacity, sementara banyak pasien non-COVID-19 yang membutuhkan perawatan intensif.Dokter yang sudah pensiun diminta untuk turun tangan karena keterbatasan jumlah tenaga medis.

Reaksi warga Italia? Menyadari bahwa COVID-19 bukan soal apakah diri kita sendiri vulnerable atau high risk, bahwa prioritas kita adalah tentang melindungi populasi berisiko dan mencegah krisis yang terjadi di rumah sakit.

Tanggal 9 Maret menjadi hari terakhir aktivitas normal. Malamnya, PM Giuseppe Conte mengeluarkan dekrit untuk mengimplementasikan lockdown di seluruh Italia.


10 Maret 2020

Jumlah kasus mencapai di atas 10.000.Angka kematian menjadi di atas 6%, melewati rata-rata mortalitas COVID-19 (2-3%). Sistem kesehatan mulai kolaps & di RUMAH SAKIT pasien bertumpuk
===========================================
Dokter dihadapkan pada STATUS TRIASE yang artinya: memilih pasien mana yang harus diselamatkan dengan melihat HARAPAN HIDUP PALING TINGGI ....
===========================================
Di Bergamo, laporan kematian di koran yang biasanya 1 lembar kini 10 lembar per hari, semua tindakan untuk mencegah penyebaran COVID-19 dilakukan yang saat ini sedang marak di negara lain. Kami baru menyadari di stage ini :

Stay at home
Minimalisasi kegiatan komunal
Social distancing

11 Maret 2020
(2 hari kemudian, hari ke-27)

Lockdown diperketat :

1. Tidak boleh ada lagi aktivitas bisnis yang buka selain supermarket dan apotek. Hampir seluruh aktivitas kerja ditiadakan.
2. Keluar rumah diwajibkan membawa surat resmi yang menuliskan identitas dan alasan keluar rumah.
3. Banyak mobil polisi yang berpatroli. Tanpa alasan yang jelas, seseorang akan didenda >200 eEuro atau penjara 3-12 bulan.
4. Hampir seluruh Italia seperti kota mati. The fear is in the air.

Semuanya terjadi kurang dari 30 hari.

Tiga minggu lalu, saya tidak pernah berpikir bahwa negara seperti Italia, yang melakukan pengawasan ketat terhadap COVID-19 sejak Januari, yang memiliki salah satu akses kesehatan universal terbaik yang telah melakukan 60.761 tes dalam waktu kurang dari 30 hari, akan berada pada kondisi lockdown, dan mempertaruhkan stabilitas ekonomi, kemungkinan resesi, demi keselamatan penduduknya.

Tiga minggu lalu, saya sendiri masih berpikir bahwa virus ini tidak mematikan. Tetapi semua ini bukan tentang itu, tapi tentang konsekuensi yang lebih fatal dari virus ini. It’s a silent killer untuk mereka yang berusia lanjut, mereka dengan penyakit-penyakit komorbid, ataupun yang memiliki sistem imun lemah, mereka yang merupakan pasien-pasien kritis yang tidak mendapatkan penanganan karena jumlah tenaga dan fasilitas rumah sakit yang di luar kontrol. You know they said in hospital life, ketika seorang dokter sudah dihadapkan pada situasi di mana mereka harus memilih pasien mana yang harus diselamatkan….

It’s a silent destructor for a healthcare system, for the economy, and social life.

Kondisi saat ini di Indonesia adalah Italia beberapa minggu lalu. Jangan biarkan terulang. Now you know the story, learn the lesson.


22 Maret 2020
(10 hari kemudian, hari ke-37, 1 bulan 1 minggu)
PASIEN KE-59.138
NAMBAH 49.000
KEMATIAN 5.476 (9,26%)

berdasarkan jumlah kasus COVID-19 per tanggal 22 Maret 2020, Italia berada di peringkat kedua dunia setelah Tiongkok, dengan 59.138 kasus kasus positif dan 5.476 angka kematian (9,26%)*, lebih tinggi dari negara manapun yang rate kematiannya berkisar di atas 5%. Jumlah kematian di Italia bahkan sudah yang paling lebih tinggi di dunia, melebihi Tiongkok sendiri. Untuk menemukan suatu perspektif, harap melihat pada 2 faktor ini:

1. Italia memiliki populasi penduduk tertua di Eropa dan kedua di dunia setelah Jepang. Sekitar 6,5% penduduknya berusia di atas 80 tahun, yang merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi pada tingginya angka kematian di Italia akibat COVID-19.

2. Sistem kesehatan Italia menggunakan state-funding healthcare (Servizio Sanitaria Nationale), seperti BPJS di Indonesia, yang menjamin fasilitas kesehatan gratis untuk seluruh penduduk Italia.

COPAS : Yogi Pratama (Medical doctor, biomolecular researcher, dan PhD Candidate di Fondazione Italiana Fegato/Italian Liver Foundation, Università degli Studi di Trieste)

POSISI INDONESIA
Diubah oleh grahaology 24-04-2020 13:41
tata604Avatar border
lina.whAvatar border
4iinchAvatar border
4iinch dan 8 lainnya memberi reputasi
9
2.5K
24
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita Luar Negeri
Berita Luar Negeri
icon
78.8KThread10.5KAnggota
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.