nevertalk
TS
nevertalk
Dear Jokowi, Ini Saran ILUNI Matematika UI agar Pandemi Corona Segera Berakhir


Sepanjang 26-31 Maret 2020, jumlah tes spesimen baru Corona di Indonesia terus menurun. Apabila tes Corona ini dibiarkan terus berkurang dan tidak masif, akhir wabah Corona (COVID-19) bisa lebih lama.

Ikatan Alumni Departemen Matematika Universitas Indonesia (ILUNI Matematika UI) membuat pemodelan yang memprediksi fase puncak dan akhir wabah ini.

Pemodelan COVID-19 ini menggunakan sebuah model sederhana yang dikembangkan dengan model SIRU, Infected dan Unreported Case. Tim pembuatnya adalah Barry Mikhael Cavin, Rahmat Ali Kafi, Yoshua Yonatan H dan Imanuel M Rustijono.


Data yang digunakan untuk simulasi merupakan data kasus kumulatif dari tanggal 2 Maret hingga 29 Maret yang dipublikasikan oleh kawalcovid19.id. Data ini kemudian dihampiri dengan kurva eksponensial dan diestimasi dengan parameter X1, X2, X3. Asumsinya banyak orang yang terjangkit namun tak bergejala.

"Kita meyakini bahwa sebenarnya banyak orang yang terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala, seperti yang terjadi di negara lain," tulis Tim ILUNI Matematika UI dalam penjelasannya.



Berangkat dari kemungkinan orang yang terinfeksi dan kaitannya dengan physical distancing, mereka lantas membuat tiga jenis skenario berdasarkan laju interaksi antarmanusia tadi. Tiga skenario ini juga dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah dan kedisiplinan masyarakat Indonesia. Begini skenarionya:

Berikut ini hasil yang diperoleh dari tiga skenario ini. Dengan tetap melanjutkan kondisi sekarang, maka skenario yang paling mungkin ialah skenario 2.

Skenario 1: Puncak pandemi terjadi tanggal 4 Juni dengan 11.318 kasus baru dan akumulasi kasus positif mencapai ratusan ribu kasus. Pandemi berakhir pada akhir Agustus-awal September.

Skenario 2: Puncak pandemi terjadi tanggal 2 Mei dengan 1.490 kasus baru dengan akumulasi kasus positif mencapai 60.000 kasus. Pandemi berakhir pada akhir Juni - awal Juli. Skenario 2 yang paling mungkin terjadi jika kondisi saat ini dilanjutkan (kebijakan kurang tegas dan masyarakat tidak disiplin).

Skenario 3: Puncak pandemi terjadi tanggal 16 April dengan 546 kasus baru dan akumulasi kasus positif 17.000 kasus. Pandemi berakhir pada akhir Mei- awal Juni.


Kendati demikian, ketiga skenario ini sangatlah dinamis. Kurva prediksi bisa bergeser apabila pemerintah menjauh dari upaya untuk melakukan tes Corona masif dan physical distancing.

"Setiap ada kebijakan pemerintah yang menjauh dari arah tes masif dan physical distancing akan menggeser kurva tentu saja," kata salah satu tim ILUNI Matematika UI, Barry Mikhael Cavin, kepada detikcom, Kamis (2/4/2020).

Dia mengingatkan, selamat tiga hari belakang jumlah kasus baru Corona turun lantaran tes spesimen Corona juga tak banyak. Padahal, China--negara yang pertama kali melaporkan kasus wabah ini--sempat melaporkan sampel tes Corona hingga 10 ribu. Sementara itu, Amerika Serikat juga melakukan tes Corona hingga 10 ribu per hari menurut data Pusat Pengendalian Penyakit AS (CDC).

"Jumlah kasus baru corona turun itu juga karena yang dites nggak banyak. China setahu saya sempat 10 ribu-50 ribu sampel per hari loh," ungkapnya.

"Ini Amerika dari CDC, itu 10 ribu tes per hari. Indonesia, makanya death rate (tingkat kematian) kita tinggi. Soalnya kasus yang dilaporkan masih terlalu sedikit," lanjutnya.



Untuk diketahui, berdasarkan situs pemerintah, Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, yang dilihat detikcom pada Rabu (1/4/2020), tampak ada penurunan kasus baru positif COVID-19. Yakni pada tanggal 29 ke 30 Maret 2020, jumlah total positif COVID-19 di Indonesia mengalami penurunan sebanyak 1 kasus, dari 130 kasus ke 129 kasus baru COVID-19.

Sedangkan, tanggal 30 ke 31 Maret 2020, jumlah total positif COVID-19 di Indonesia turun lagi sebanyak 15 kasus, yakni dari 129 kasus ke 114 kasus baru COVID-19. Terakhir, tanggal 31 Maret ke 1 April 2020, jumlah total positif COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan 35 kasus, yakni dari 114 kasus ke 149 kasus baru COVID-19.

Tren penurunan kasus positif COVID-19 ternyata juga diikuti oleh penurunan jumlah tes spesimen baru. Dilihat dari situs Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, diakses detikcom, Rabu (1/4/2020), jumlah spesimen yang diperiksa di Indonesia dari 30 Desember 2019 sampai 30 Maret 2020 ada 6.663 spesimen. Sebanyak 78,8% dari total jumlah spesimen itu punya hasil tes negatif COVID-19. Jumlah spesimen sama dengan jumlah orang yang dites.



Berikut adalah jumlah spesimen baru per hari, selama lima hari terakhir:

- 25 ke 26 Maret 2020
Spesimen baru: 514 (4.336-3.822)

- 26 ke 27 Maret 2020
Spesimen baru: 1.439 (5.775-4.336)

- 27 ke 28 Maret 2020
Spesimen baru: 491 (6.266-5.775)

- 28 ke 29 Maret 2020
Spesimen baru: 268 (6.534-6.266)

- 29 ke 30 Maret 2020
Spesimen baru: 129 (6.663-6.534)

- 30 ke 31 Maret 2020
Spesimen baru: 114 (6.777-6.663)




https://news.detik.com/berita/d-4962...13.1541780864

SARAN YG BEGINI HARUS DIKUTI OLEH SEMUA JAJARAN REZIM KOWI

ATAU TIM MEDIS TERKAPAR SATU PERSATU

DAN LIANG LAHAT MAKIN LEBAR MENGANGA

Diubah oleh nevertalk 02-04-2020 09:10
4iinchsebelahblogtien212700
tien212700 dan 24 lainnya memberi reputasi
23
10.9K
113
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan Politik
icon
668.8KThread39.5KAnggota
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.